Berdua?

11 2 0
                                    

"Key..."
"Key..."
"Key-Kirani..."

Kirani terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Ia menatap Benedct yang membangunkannya.

"Udah pulang, Key... Gak mau gue anterin ke Dokter? Panas lo gak turun-turun, Key."

"Iya... Temenin ya,  Pak." Kata Kirani dengan suara serak.

"Yaudah, pakai jaket gue aja ya.. " kata Benedct sambil memberikan jaket tebal berwarna hitam miliknya.

Kirani memakai jaket itu karena tubuhnya menggigil. Benedct mengambil tas Kirani yang tadi sudah ia bereskan di kelas.

"Berangkat, yuk.."

Tubuh Kirani yang lemas itu dipapah oleh Benedct. Ia memasuki mobil Benedct yang besar. Dan menikmati perjalanannya.

Mobilnya ia biakan disekolah, toh tak ada yang akan mengambilnya juga.

"Udah sampai, Key... Ayo turun. Aku bantu ya." Tawar Benedct.

Kirani membuka pintu mobil, dan berjalan disamping Benedct. Jalannya seperti melayang. Tapi ia menguatkan dirinya untuk tetap kuat.

Tak banyak waktu yang dihabiskan di Klinik itu. Kirani hanya diberikan beberapa papan obat yang harus ia minum.

"Pak Ben... Lapar..." Kata Kirani membuyarkan suasana hening.

"Hehehe.. Iya, gue juga.. Makan apa nih?"

"Terserah... Kirani kangen makan nasi padang." Jawab Kirani sambil menatap Benedct.

"Gak boleh! Kirani lagi sakit. Kirani gak boleh makan makanan pedes. Gue beliin bubur ayam ya..."

"Yaahhh... Gak mau... Maunya nasi padang!" Gadis itu berkeinginan kuat.

"Yaudah... Tapi gak pedes ya.."

Mereka berhenti di sebuah rumah makan masakan padang di perempatan apartemen tempat tinggal Benedct.

"Mbak.. Nasi padangnya 2 yang biasa ya... Yang nggak pedes 1.." Kata Benedct kepada seorang pelayan di rumah makan itu.

Beberapa menit kemudian, Kirani dengan lahap memakan nasi padang dihadapannya. Ia sangat menyukai ini. Sudah lama ia tidak memakan ini? Hampir 5 tahun.

"Hmm.. Enakk..." Kata Kirani sambil mencomoti rendang dipiringnya.

"Enak dong.. Gue sering makan disini..." Jawab Benedct sambil mengacak-acak rambut Kirani.

Sesudah makan, Benedct memberikan obat tablet kepada Kirani.

"Minum obat lo.. Jangan lupa loh.."

"Iya, pak..." Katanya sambil mengambil obat itu, lalu menalannya. Diteguknya air dalam gelasnya hingga habis.

"Jangan panggil gue bapak deh kalo di luar... Gue ngerasa gue kayak tua banget.."

"Maunya dipanggil apa donk?"

"Rian.. Kayak dulu... Lo nggak lupa sama gue kan, Key?"

Kirani membelalak kaget. "Jadi selama ini..."

"Iya, gue anak yang lo temuin di taman rumah sakit waktu itu... Kita sering janjian di taman bermain setelah kita kenalan... Lo ngilang tanpa kabar.. Dan, gue kembali bertemu dengan lo setelah sekian lama,"

"Jadi selama ini anak laki-laki yang dulu gue panggil Rian itu kamu?"

Mata Kirani berbinar. Waktu tak pernah salah mempertemukan orang. Waktu selalu tepat, dan selalu membawa kebahagiaan. Waktu berjalan, kapanpun, dimanapun, apa saja bisa terjadi.

Mawar Merah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang