31. Dead R

1.7K 268 30
                                    

2 Bulan Kemudian

Aku sedang duduk di bangku taman sekolah. Tepatnya di ujung sebelah kiri pohon jati. Kebetulan juga suasana sedang ramai di halaman depan gedung sekolah.

Ujian kenaikan kelas baru saja berakhir. Dan kelas 12 juga sudah selesai ujian kelulusan satu bulan lalu.

Aku kembali menggores pensil 2B ku di atas sketchbook yang bercover pemandangan. Dan juga, aku sedang mendengarkan Yerin yang sedang on air sekarang. Entah kenapa aku sering menggambar akhir-akhir ini. Karena tidak ada kegiatan lain selain belajar.

Ya, tidak ada.

Lisa juga kulihat sedang duduk di bangku seberang. Gadis Manoban itu juga sedang menggambar kurasa, dengan earphone yang menyumpal kedua telinganya. Dia kembali dingin, setidaknya tidak padaku. Dia hanya menjadi pendiam lagi untuk semua orang. Kecuali diriku.

Teman yang aktif berbicara denganku sekarang hanya Mina dan Nancy. Lihatlah, baru saja ku deksripsikan mereka sudah terlihat berjalan mendekatiku.

"Hai Rowzeehhh..." Nancy menyapaku dengan panggilan super lebay yang 2 bulan lalu sering kudengar dari mulut Jennie. Ah, dia..

Mina dan Nancy duduk di samping kiri dan kananku. Hari ini adalah hari terakhir ujian dan kami bebas kelas sekarang. Hanya beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang memberikan jam tambahan atau sekedar gathering biasa.

Klub Radio ku juga seperti itu, tidak ada siaran libur dalam seminggu. "Itu Yerin yang siaran?"

Aku mengangguki pertanyaan Mina. Mereka ini cerewet sekali.

"Rose? Kurasa sekarang kau lebih sering diam. Ada apa huh?"

Mina dan Nancy memang tau segalanya. Aku juga sadar jika aku lebih sering diam dan menyendiri dua minggu ini.

"Yhaa.. bukan cuma radiomu yang dead air, sekarang kamu yang dead R. Dead Rose. Rose yang ku kenal dulu seperti sudah dead. Paham kan kamu Roseanne Park?" Mina kembali berkata dan perkataannya seakan menamparku.

Apa benar aku begitu?

"Rose?" Aku, Mina dan Nancy seketika mendongak melihat seorang siswi berdiri di depanku, "Eunha?"

Ya, benar. Eunha sang ketua Osis. Wajahnya nampak ramah, ada angin apa dia mencariku? "Eh kamu. Ada apa?" Tanyaku.

Dia hanya tersenyum mengembangkan pipinya. "Kepala Sekolah ingin menemuimu di kantornya sekarang." Ucapnya dengan nada ramah. Tapi, kenapa Kepala Sekolah?

"O ya? Kapan?"

"Sekarang. Ayo ku antar."

Aku mengangguk. Kutatap Mina dan Nancy sekejap, memberikan mereka tatapan 'aku pergi dulu' dan mereka hanya mengangguk dan berkata "Sana pergi." Dan "Semoga kita bertemu di kelas dua belas Rose."

Aku sedikit aneh dengan perkataan terakhir Nancy. Apa maksudnya aku akan di keluarkan?

"Em.. Rose? Kepala Sekolah ingin bertemu denganmu dan Lisa." Ucap Eunha. Dan kulihat Lisa di ujung taman langsung berdiri dan berjalan ke arahku.

"Ayo."

Singkat cerita, kami mengobrol di perjalanan menuju ke ruang Kepala Sekolah. Eunha bilang Kepala Sekolah ingin membicarakan tentang kejadian dua minggu lalu.

Aku merasakan gugup yang luar biasa. Dan ku yakin Lisa juga merasakan hal yang sama.

"Tenanglah, kalian kan tidak salah."

Aku hanya mempercayai kalimat penenang dari Eunha barusan. Namun aku tetap khawatir.

Di ruang Kepala Sekolah, aku masuk bersama Lisa dan Eunha ke dalam. Melewati sebuah sofa dimana ada kak Seulgi dan kak Irene dengan pakaian bebas mereka sedang duduk sambil memakan camilan dan kak Seulgi hanya tersenyum miring sambil melambaikan tangannya padaku.

"Semoga sukses adek-adekku!" Ucapnya.

Sial! Aku semakin gugup menghadapi kepala sekolah.

Kulihat Kepala Sekolah sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menelfon seseorang.

"Baiklah, biar Seulgi yang kesana."

". . ."

"Iya. Tunggulah di apartmen."

". . ."

Kepala Sekolah pun menutup telfon dan memperhatikan aku dan Lisa bergantian. Raut mukanya terlihat tidak bersahabat.

"Terimakasih Eunha. Kau boleh pulang sekarang. Dan tolong katakan pada Seulgi mereka sudah siap." Eunha mengangguk dan membungkuk di depan Kepala Sekolah. Kemudian ia melangkah pergi.

Ku yakin dia berhenti dan memberitahu kak Seulgi, tapi aku tidak mau menoleh untuk memastikannya.

"Baiklah Rose, Lisa, silahkan ikut aku." Kepala Sekolah berdiri dan melangkah. Aku dan Lisa pun mengikuti beliau.

Beliau duduk di sofa yang tadi dipakai kak Seulgi dan kak Irene. Mereka sudah pergi. "Silahkan duduk, senyaman kalian. Kalian akan lama disini."

Aku menelan ludahku, perasaanku tidak enak.

Setelah kami duduk, akhirnya Kepala Sekolah menanyakan hal yang aku takutkan. Aku bahkan tidak mau mengingatnya lagi.

"Ceritakan bagaimana kejadian dua minggu lalu bisa terjadi!"



</tbc>

Dead RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang