21. Penjelasan I

1.4K 258 4
                                    

Bazzi - I.F.L.Y

Rose dan Lisa akhirnya pulang dengan kebaikan hati dari Seulgi dan Irene. Rose juga sudah memberi alamat rumah mamanya pada Seulgi.

Ya, Rose memilih pulang ke rumah mamanya dulu. Tenang, tadi dia sudah whatsapp papanya dan untunglah diizinkan.

"Jadi kamu itu tinggal sama papa kamu ya?" Tanya Irene memecah keheningan. Sudah hampir separuh perjalanan mereka habiskan dalam diam.

Rose mengangguk. Seulgi sedikit mengintip dari spion tengah.

"Iya kak, papa sama mama udah cerai beberapa tahun lalu dan aku tinggal sama papa. Tapi untunglah papa dan mama tidak ribut seperti orang lain."

Lisa masih saja diam diantar obrolan tiga orang di sekitarnya ini.

"Kak? Rose boleh tanya sesuatu ga?"

Ciiiiitttt....

Seulgi mengerem dalam karena di depan tiba-tiba lampu merah menyala. "Tentu saja, mau tanya apa?"

Rose melirik kenarah Lisa sekejap.

"Kak Seulgi cucu pemilik sekolah kan?" Pertanyaan Rose hanya diangguki oleh Irene. "Iya, kenapa?" Dan hanya dibalas seadanya oleh Seulgi. Kakinya menginjak gas saat lampu sudah hijau.

"Kakak tahu geng kak Krystal yang suka semena-mena juga?"

Irene dan Seulgi bertatapan selama beberapa detik. Keduanya masih tidak tahu harus menjawab apa.

"Kak?"

Irene menghela nafas sekejap. "Krystal dan Kai. Mereka adalah kakak beradik. Ayah mereka adalah anggota komite yang berpengaruh di sekolah. Hanya anggota komite. Itulah yang menyebabkan mereka semena-mena. Mereka punya backingan orang dalam."

"Lalu kenapa kak Seulgi diam saja? Kak Seul kan cucu pemilik sekolah?" Rose bertanya dengan menggebu-gebu.

Lisa mulai tertarik dengan percakapan ini, ia mendengarkan apa yang teman dan kakak kelasnya ini bicarakan.

"Tidak ada yang tahu Seulgi cucu pemilik sekolah." Ucap Irene.

"Tidak ada yang tahu, kecuali kalian, Jisoo, Jennie, Irene, dan Krystal." Sambung Seulgi. "Krystal tahu aku akan diam saja karena aku pasti menuruti perintah kakek."

Air muka Rose berubah, ia bingung akan semua ini.

"Perintah?"

"Maksud kakak?"

"Kita sudah sampai."

Rose menoleh ke luar jendela. Benar saja mereka sudah sampai di rumah mama Jessica.

"Kakak-kakak turun dulu. Aku ingin tahu lebih tentang semua ini. Mungkin akan membantuku menemukan Jisoo dan Jennie." Pinta Rose sambil membuka seatbelt.

Irene dan Seulgi tidak punya pilihan lain. Mereka menurut dan ikut turun setelah Seulgi memarkirkan mobilnya di halaman rumah mama Jessica.

Tok.. tok.. tok..

"Mama?? Ini Rose maaa!"

Tidak lama setelah Rose mengetuk pintu, mamanya keluar dan sedikit terkejut melihat Rose yang bersama Lisa dan Seulrene.

"Eh sayang? Kok ga ngabarin mau kesini sama temen-temen? Masuk dulu anak-anak.."

"Eh.. i-iya tante.."

×××

"Jadi tante juga bisa lihat hantu?" Tanya Irene. Mereka baru saja mengobrol 7 menit dan sudah mulai akrab dengan mama Jessica.

Sambil menyeruput minuman yang sudah dibuatkan oleh mama Jessica dengan bantuan oleh Rose, Irene dan Seulgi mendengarkan asal-usul Rose yang bisa melihat hantu.

Mama Jessica mengangguk pelan. "Iya, tante juga udah dari umur tujuh belas tahun." Irene dan Seulgi hanya mengangguk paham. "Tante merasa bersalah disaat seperti ini tidak bisa nemenin Rose karena keadaan." Air muka mama Jessica berubah menjadi sendu.

"Ma.. udah, Rose gapapa kok."

Otomatis suasana menjadi hening. Tidak ada yang berani bicara atau sekedar memecah suasana.

"Biasanya Bunny-ah yang jago mecahin suasana kayak gini nih.. yaaa Bunny-ah.. please.." Batin Seulgi sambil menatap kekasihnya.

Seakan paham kekhawatiran Seulgi, Irene memberanikan memecah suasana. Dengan modal matanya yang menatap mama Jessica yang masih memakai apron yang terikat di tubuhnya Irene menemukan ide untuk bertanya.

"Tante tadi sedang masak ya?"

Seketika semua orang menghela nafas lega. Dan mama Jessica reflek memperhatikan tubuhnya, ia tersenyum. "Eh, iya. Tante lupa. Kalian lanjut ngobrol aja. Tante lanjut masak dulu ya?"

Mama Jessica beranjak dari sofa dan menuju ke dapur meninggalkan 4 anak muda di ruang tamu.

"Mama kamu cantik dek, pantes kamu juga cantik." Ucap Seulgi pada Rose. Sedetik kemudian, sebuah cubitan menemui perut area kanan Seulgi.

"A-awww.. bunny ah sakittt... kenapa dicubit sih.." Rintih Seulgi sambil mengusap-usap perut yang baru saja di cubit Irene.

"Pasti biru deh nanti.."

"Kak, tolong ceritakan lagi tadi.. please..." Rengek Rose pada dua kakak kelas di depannya ini.

Seulgi menghela nafas pelan, "ahh.. arra arra.. Sampai dimana kita tadi?"

</tbc>

Dead RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang