29. Mimpi? (18+)

3.1K 286 42
                                    

Rendy Pandugo - Silver Rain.

18+

Happy Reading!!

"Kau tahu betapa kakek menyangimu lebih dari aku? Bukan cuma kamu, dengan Jennie juga."

"Iya aku tahu, karena appa lebih muda dari appa mu. Dan appa selalu di manja oleh kakek. Bahkan dua kakek kita."

"Kakek bilang padaku semua harta keluarga Kim dan Kang akan di berikan padamu dan Jennie 70%. Dan aku sisanya. Alasannya karena kalian berdua dan aku anak tunggal. Entah kenapa aku merasa ga adil aja haha."

"You know Seul, aku dan Jennie sepakat akan membuka bisnis kami sendiri. Di usia kita saat ini kita tidak tahu akan jadi apa kita nanti. Tapi apa salahnya berusaha?"

"Humm.. usaha apa by the way?"

"Jennie ingin membuka manajemen entertaiment. Dengan keahliannya di bidang talenta dan kepimimpinanku dia bilang semua akan sangat pas untuk kita."

"Tetap saja.."

"Astaga!" Rose terbangun dari tidurnya dengan mata yang terlihat bingung dan berfikir. "Tadi itu.. cuma mimpi?"

Gadis berkulit putih itu masih melihat sekitarnya. Ia mengenali tempat ini. Bagaimana tidak? Ini adalah kamarnya.

"Setengah enam.." Gumam Rose saat melihat jam digital di nakas yang berada di samping tempat tidurnya.

Ia menyibak selimut berwarna putih miliknya dan hendak turun dari ranjang empuk kesayangannya sebelum suara ketukan pintu mengusik niatnya.

"Rose? Cepat bangun! Kita sarapan bersama ya?!"

Rose sedikit membulatkan mata mendengar suara papanya dari balik pintu. Tidak biasanya papa membangunkannya dan mengajaknya sarapan. Bahkan di hari minggu sekalipun. Biasanya papanya akan bangun siang karena kelelahan akibat lembur di hari sabtu.

"Iyaa paa..."

Rose sudah sempurna beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Ia memakai kaos longgar tipis berwarna putih yang nyaman untuk tidur dan juga celana pendek diatas lutut berwarna hitam.

Namun lagi-lagi langkahnya terhenti karena mendengar suara notifikasi dari hanphone kesayangannya.

Kak Seulgi
Jangan lupa jam 10 hari ini, okay?

Rose hanya tersenyum tipis. Ia menaruh handphone dan menaruhnya kembali di atas nakas. Melanjutkan langkah menuju kamar mandi dan melakukan kegiatan rutinnya di dalam sana.

30 menit berlalu dan Rose sudah siap dengan dirinya. Ia keluar kamar dan turun ke lantai bawah, menuju meja makan.

Dia merasa ada yang berbeda dari rumah ini. Semalam juga tumben sekali papa pulang lebih awal dan mengajaknya ngobrol sambil nonton pertandingan bola tim kesayangan mereka. Dan tentu saja Rose menceritakan apa yang ia alami di sekolah akhir-akhir ini.

Papanya hanya menanggapi secara biasa, ia sudah terbiasa dengan mama nya yang dulu juga seperti itu.

"Pagi pa- eh mama?! Kok ada di sini dan eh selamat pagi dad.."

Rose terkejut saat melihat meja makan yang penuh dengan suasana hangat dimana ada mama Jessica dan om Seungri yang sudah di panggilnya dengan sebutan 'daddy' itu.

"Heii kenapa kau memanggilnya daddy huh?" Papa Siwon terlihat tidak suka dengan panggilan yang baru saja di lontarkan oleh anak semata wayangnya itu.

"Yhaaa appa..." Rose merengek sambil duduk di kursi samping mamanya. Sementara papa Siwon dan daddy Seungri duduk bersebelahan.

"Heii.. papa cemburu tauuu.." Rose dan Seungri terkekeh mendengar nada bicara appa Siwon yang terdengar seperti anak muda jaman sekarang.

"Kau ini Siwon.. cepat makan, sudah siap dan mari kita berdoa." Mama Jessica menggeleng kecil melihat tingkah laku orang-orang tersayangnya ini.

Acara sarapan berjalan dengan saksama dan dalam suasana sehangat-hangatnya. Hingga mama Jessica mulai membicarakan tentang sekolah anak perempuan satu-satunya ini.

Semua dapat dijawab Rose dengan lancar hingga mamanya menanyakan hal lain yang membuatnya sedikit bingung mau menjawab apa.

"Bagaimana proses kenekatanmu dengan teman-teman mu kemarin?"

Rose tersenyum tipis, "Pasti papa yang kasih tau mama.."

"Perjalanan kami baru akan dimulai ma.. doakan anak cantikmu ini."

×××

Kamar Lisa

"Mmmmmhhhh aahh yaahh.. terusshh.."

Desahan demi desahan.

Gesekan demi gesekan.

Sentuhan demi sentuhan.

Aktivitas mereka belum juga selesai hingga pagi menjelang. Lisa, gadis itu masih sibuk dengan keindahan ciptaan Tuhan yang berada di bawahnya ini. Ia terus membuat gadis di bawahnya terus mendesah dalam kungkungannya.

Hingga saat jari tengahnya perlahan masuk ke dalam liang surga yang sudah teramat basah akibat ulahnya.

"Mmh aasshh yahh terusshh babee.. ughh.. yahh!!"

"Hmmm... terusshh desahkan namaku sayanghhh.."

Dua jari lainnya ikut memasuki liang itu dan kembali membuat mereka mendesah keenakan setengah mati.

"Mmhhh ahhh kumohonn... ahh jangannnhh.. berhentiihhh.. ahhh.. mmhh shh.. demi akuuhh.. aahh yaahh.. aku.. mauu ahh keluarrh!!"

Lisa menelusuri lekuk tubuh yang terpahat indah ini dengan jarinya yang terus bekerja. Ia berhenti tepat di telinga kana sang gadis.

"Keluarlah J..."

"Aaahhhh Lisaaaaahhh!!"

"Lucid dream lagi.."

Lisa hanya mendengus kesal setelah terbangun. Ia mengusap wajahnya dan menatap kasur yang ia tiduri sekarang.

"Kalau saja kau nyata dan aku bisa memilikimu, J." Matanya menerawang menembus jari tangan kanan yang diangkatnya.

"Hanya denganmu aku bisa se liar ini. Bahkan di mimpi."

"Aku akan menjemputmu."

Tangan gadis Manoban itu mulai menggerayangi seluruh area kasur mencari handphonenya.

Setelah ketemu, dia langsung mengetik pesan untuk Rose.

Lisa : Bersiaplah, kita akan menemukan cinta kita :*

Tak lama dari itu, Rose membalas pesan singkatnya.

Rose : Aku sudah siap dari dulu. Kamu saja yang masih tsundere. Dan lagi, aku jijik dengan emot mu itu-_-







</tbc>

Dead RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang