17. Bola Basket

1.5K 296 28
                                    

Rihanna - Bitch Better Have My Money.

Happy Reading Guys!

Selepas kepergian ketiga gadis sok keren ini, Hanbin mendekati mejaku dan Lisa. Ternyata dari tadi anak-anak menunggu di luar kelas, karena tahu ada Krystal cs di dalam, mereka menunggu sampai urusan mereka denganku selesai.

"Kalian buat masalah apa sama mereka?" Tanya Hanbin, beberapa anak mulai masuk ke dalam kelas sambil menatap aneh padaku dan Lisa.

Aku hanya mengangkat bahu pertanda tidak tahu. Karena memang aku tidak tahu apa yang dimaksud mereka.

"Kalian berhati-hatilah dengan mereka. Tiga gadis tadi terkenal kejam jika sudah membully orang." Hanbin beranjak dari hadapan kami. Aku menatap Lisa yang hanya diam. Kuharap dia tidak berhenti berteman dengan dua Kim itu..

×××

Jam 12, aku berjalan hendak ke kantin bersama Lisa. Akhirnya dia mau menemaniku kali ini. Namun tetap saja, dia semakin dingin dan datar.

Kami berjalan melewati lorong kelas-kelas. Dalam hening, aku hanya berjalan menunduk melihat gerak sepatuku yang tidak seiringan. Baru beberapa hari yang lalu Lisa mulai cair bicara padaku, sekarang dia dingin lagi. Heuhh..

Aku mendongak menatap Lisa, ia menatap lurus kedepan tanpa ekspresi. Tanpa mimik wajah lain yang berarti.

"Lisayaa, apa kau mau menerima Jennie?"

Okay, aku akan menjaga bicara ku mulai sekarang. Melihat Lisa yang menatapku tajam membuatku sedikit ciut.

"Haahh.."

Kudengar Lisa menghela nafas sedikit panjang. "Aku gak suka dia Chaeng.."

"Bisa dibilang aku baru kenal dia kemarin, dan paginya dia bikin rusuh gitu bahkan hingga tiga kakak kelas itu bikin onar di kelas gara-gara kita. Aku saja tidak tahu apa hubungannya mereka sama Jennie."

"Kurasa dekat dengan Jennie itu adalah hal yang tidak ba-AWAS CHAEYOUNG-AHH!!"

Aku memejamkan mataku saat Lisa tiba-tiba mendekapku dan badanku terasa berputar.

"Aduh!!"

Aku kaget melihat Lisa yang mengaduh sampai ia terjatuh di depanku. Tangan kirinya memegangi kepala bagian belakang.

"Lisayaa?!! Are you okay?!" Aku memegangi bahu Lisa dan membuat gerakan seakan mengecek apakah badannya ada yang hilang.

"Mmm.. i'm okay."

"Rose!"

Aku dan Lisa menatap beberapa orang lelaki yang berlari menghampiri kami. "June?"

"Kamu gak papa kan?" Tanya June padaku.

Aku hanya menggeleng tanpa bersuara.

"Hey, apa kau baik-baik saja? Maaf tadi aku nggak sengaja, pas aku shoot bolanya kena ring dan mental ke arah kamu." Ucap seorang lelaki yang kukira dia adalah teman June.

Lisa menatap lelaki yang tadi minta maaf padanya. Beberapa detik hingga tautan tatap itu terlepas.

"Aku tidak apa-apa kok."

"Kalau gitu kami lanjut main dulu, Rose."

"Eh, i-iya.."

"Sekali lagi maaf ya.. kalau nanti sakit bilang ke aku ya. Aku anter ke rumah sakit."

"Oh ya, nama kamu siapa?"

Tangan Lisa terulur menyambut jabat tangan teman June ini.

"Lisa."

"Hai Lisa, aku Sehun."

"Ayo main lagi."

Seorang teman June kembali berlari menuju tengah lapangan. June dan dua teman lainnya mengikuti. Namun tidak dengan lelaki yang bernama Sehun ini. Ia masih mengobrol dengan Lisa. Sementara manik mataku menatap sosok lain dari sisi lapangan basket ini.

"Bagaimana kalau sebagai permintaan maaf aku traktir kalian di kantin?" Tawar Sehun padaku dan Lisa. Namun aku tidak tertarik sama sekali. Karena pasti Lisa juga akan menolak. Daripada aku kepedean, biar Lisa saja yang menolak.

"Emm boleh deh."

WHAT THE?

Astaga mimpi apa aku semalam? Kenapa Lisa mau menerima tawaran si Sehun ini? Aku menatap tidak percaya pada Lisa. Ini pertama kalinya dia langsung mau dekat dengan orang baru.

"Aku tidak ikut saja ya? Ada urusan lain." Aku meninggalkan mereka dan berjalan menghampiri seorang yang dari tadi menatapku.

"Dia kenapa sih kok jadi aneh gitu. Sekejap dingin, sekejap cair. Haish.." Aku bergumam sendiri di tengah jalanku. "Kayak Jisoo sama Jennie aja. Sekejap ade, sekejap tak ade.."

Ketika aku menoleh kebelakang, Lisa dan Sehun sudah tidak ada di tempat mereka tadi. Mungkin mereka sudah ke kantin. Bodo amat lah.

"ASTAGA!!"

Badanku terlonjak kaget saat melihat Jennie sudah berdiri di depanku. Padahal tadi dia berada di ujung lorong.

"Yaaaa Jennieya.. kau mengagetkanku.."

Jennie hanya diam sambil menatapku tajam. Jarak wajah kami mungkin hanya 15cm. Sangat dekat.

"Aku tahu kamu cemburu. Tapi tolong wajahnya jangan dibuat serem gitu Jen.. darahnya keluar banyak banget.."

</tbc>

Dead RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang