"Huh ... huh, gila tuh si Marjuki masa cuma telat 15 menit harus lari keliling lapangan basket 30 kali!"
Nafas Violet tersenggal dalam usaha untuk menyejajarkan langkah kecilnya dengan Adam.
"Udah buruan 10 putaran lagi, ngomel mulu lo kayak ibu kosan."
Adam menyeka wajahnya yang penuh keringat dengan telapak tangan. Matahari cukup terik hari ini hingga membuat Adam cukup gerah setelah berlari di tengah paparan matahari langsung.
Adam mendadak menghentikan langkahnya, yang mau tak mau membuat Violet menabrak pungungnya dari belakang.
"Ih!! kalau berhenti ngira-ngira dong lo. Sakit tahu!"
Violet mengusap keningnya seraya menatap Adam yang tengah memperhatikan sesuatu. Violet pun akhirnya mengikuti arah pandangan cowok itu.
Violet melihat seorang gadis bertubuh kurus dengan jepit kupu-kupu berwana putih di sisi kanan kepalanya dengan rambut yang terurai. Gadis itu tengah membawa tumpukan buku berjalan ke arah ruang guru.
"Cantik." gumam Adam pelan.
"Lo naksir sama cewek yang pake jepit kupu-kupu itu?" selidik Violet sedikit mengangkat alisnya.
"Kayaknya dia anak baru deh, gue baru lihat tuh cewek." sambungnya lagi.
"Lo percaya cinta pandangan pertama?" Adam balik bertanya.
"Nggak lah, Cinta nggak segampang itu. Lo dehidrasi kayaknya, mending buruan deh kita selesain hukuman ini. Gue laper."
Violet melanjutkan larinya di ikuti Adam di belakang. Adam berlari di belakang Violet dengan pikiran yang terpusat pada gadis berjepit kupu-kupu.
***
Akhirnya mereka sampai di depan kantin setelah selesai menjalankan hukuman yang diberi oleh pak Marjuki. Violet langsung melangkahkan kakinya ke arah lemari pendingin, mengambil dua botol air mineral dan melemparkan salah satu botol mineral ditangannya ke arah Adam.
"Gue nggak mau berurusan sama si botak lagi, basah semua nih baju gara-gara lari-larian di lapangan siang bolong begini." Ucap Violet sambil mengibas bajunya yang setengah basah.
"Cemen lu!! Gitu aja ngeluh, gue yang lari 50 keliling tiap hari biasa aja." Tanpa menghiraukan ucapan Adam, Violet mengahampiri ibu kantin dan memesan dua porsi bakso kesukaan mereka.
"Wajar lah kalau itu biasa buat lo. Lo kan atlet, itu udah menjadi makanan lo sehari-hari. Beda sama gue, cewek yang suka rebahan terus keluar keringat kalau udah 'ngeden' pas boker doang." Cerocos Violet tidak terima saat Adam mengatainya cemen.
"Tuh mulut nggak bisa di filter ya. Mau makan nih." Ucap Adam sewot mendengar kata boker dari Violet yang kebetulan bertepatan dengan datangnya bakso yang mereka pesan tadi.
Violet tampak tak acuh mendengarkan sewotan sahabatnya itu dan sekarang fokusnya hanya pada bakso yang sangat menggiurkan dan membuat mata Violet berbinar tak sabar untuk menyantapnya.
Adam tersenyum simpul melihat ekspresi menggemaskan sahabatnya itu. Walaupun Violet gadis yang dingin dan bodo amat dia juga mempunyai sisi manis tersendiri yang tak banyak di sadari oleh orang lain.
"Apa rencana lo selanjutnya."
"Maksud lo?" Violet masih sibuk menambahkan sambal ke dalam mangkoknya. Gadis itu sangat menyukai makanan pedas, tak terhitung sudah berapa sendok sambal masuk ke dalam mangkok baksonya.
"Masalah mama lo itu." Ucap Adam hati-hati.
Seketika Violet menghentikan gerak sendoknya. Napsu makan yang tadi menggebu-gebu menguap entah kemana. Melihat itu Adam sedikit merasa bersalah.
"Mungkin gue bakal cari tahu dulu kebenarannya."
Violet menghela napas yang terlihat sangat berat, Ini memang sangat sulit untuknya. Jika selama ini Dia bisa bersikap cuek dengan sikap sang mama terhadap dirinya, mengingat mamanya itu adalah Single Parent sejak ia masih bayi. Dengan kegagalan membina rumah tangga membuat Aida terlihat dingin kepadanya.
Violet mengerti dan tidak banyak menuntut. Tapi lain halnya jika Aida terbukti bukan ibu kandungnya.Lalu siapa ibunya? Apakah ibu kandungnya akan menyayanginya jika tahu Violet adalah anaknya?
Menyayangi? Tentu tidak, jika ibu kandungnya menyayangi Violet maka hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.
Pikiran buruk berkecambuk di kepala Violet, ia merasa sakit mengingat kemungkinan jika Dia bukan bagian dari keluarga Bagaswara. Maka, ia akan lebih hancur lagi mendapati kenyataan jika orangtua kandungnya sendiri tidak menginginkannya.
Tatapan Violet kembali kosong. Dia seolah terhempas jauh dari dunianya. Adam segera bertindak untuk mencairakan suasana, tak ingin sahabatnya itu terpuruk dengan kenyataan yang belum terbukti kebenarannya.
"Hei melamun lagi nih anak, entar kalau lo kesambet, gue nggak mau ya megangin lo, jasa rukyah mahal sekarang." Hibur Adam yang terdengar garing.
"Gimana kalau nanti malam kita ke Party-nya Dion aja? lumayan kan buat malam mingguan." Adam menaik turunkan kedua alisnya. Violet menatap Adam dengan malas.
"Nggak ah, males gue. Ntar yang ada dia nembak gue lagi kayak yang udah-udah. Lo kalau mau ikut, pergi aja."
Giliran Adam yang berpikir bagaimana caranya agar Violet mau ikut dengannya ke pesta itu.
"Kita datang sebentar, kalau acaranya nggak asik lo main ke rumah gue aja bakar-bakar ikan. Ayolah hari gini malming di rumah? Kayak kembang desa aja lo." Adam masih berusaha membujuk Violet.
Adam benar-benar ingin pergi ke acara pesta Dion karena 'gadis' itu pasti juga di undang, mereka satu kelas. Sedangkan Adam bisa di undang di acara itu karena mereka satu organisasi dan Dion ingin Violet juga datang ke acaranya.
Violet ingin menolak, tapi melihat sahabatnya yang sangat antusias dengan acara itu ia tak sampai hati untuk tidak mengikuti keinginan Adam.
" Yaudah gue ikut. Tapi inget! lo jangan jauh-jauh dari gue, gue gak mau di repotin sama ulah cowok-cowok norak yang nanti ada di sana."
"Siap!!!. Apa sih yang gak buat sobat gue yang cantik ini." Akhirnya Adam berhasil membujuk Violet. Seperti biasa, setiap ada acara mereka akan pergi bersama layaknya sepasang kekasih.
Huuft akhirnya bisa juga up ...ini wp yg error apa jaringan gue yang jelek hadeeuh..
KAMU SEDANG MEMBACA
DAISY & VIOLET 17+ | REPOST
RomanceDesign cover by : Erika Dewi Pringgo just an ordinary story but it will be special if you appreciate it.