BAB 14

1.2K 86 4
                                    


Happy Reading


Sedan hitam itu berhenti di depan rumah minimalis bercat putih. Hari ini Adam akan mengajak kekasihnya itu untuk bermain di apartemennya, mengingat saat ini keadaan sang pujaan hati tidak cukup baik jika bermain di tempat jauh. Tidak lama setelah memencet bel, wanita dengan rambut disanggul anggun muncul dengan senyuman ramahnya.

"Eh, ada Adam."

"Siang Tante. Daisy nya ada, Tan?"

"Ada di dalam. Silahkan masuk."

Adam menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tamu sembari menunggu seseorang yang ingin ia jumpai beberapa hari ini.

"Adam mau minum apa? Tadi Tante udah panggilin Daisy. Sebentar lagi dia keluar."

"Jangan repot-repot, Tan. Saya cuma mau jemput Daisy buat main ke rumah." Ada nada gugup terbesit di ucapan Adam. Ia ragu apakah Ibu dari kekasihnya ini tahu hubungannya dengan sang putri.

"Oh jadi kalian udah sangat dekat, ya, Daisy belum cerita banyak ke Tante tentang Adam."

"Kurang lebih begitulah, Tan, jujur sebenarnya saya sayang sama anak Tante," ujar Adam spontan.

"Benarkah? Tante senang mendengarnya. Kalau begitu, tolong jaga Daisy, ya. Dia gadis yang rapuh dan pendiam. Tante harap dengan adanya Adam di sisi Daisy bisa membuat dia lebih ceria," ucap Amira penuh harap.

Setelah bercakap-cakap sebentar, gadis yang ditunggu-tunggu pun datang dengan blouse putih selutut dan tas kecil berwarna merah muda. Beberapa detik Adam terpana melihat penampilan manis Daisy.

"Udah siap?" tanya Adam.

Gadis itu hanya mengangguk dan berpamitan dengan sang Ibu.
"Kita pamit dulu ya, Tan." Adam meraih tangan Amira berpamitan.

"Hati- hati, ya. Pulangnya jangan kemaleman," ujar Amira di ambang pintu.

Mobil pun keluar dari perumahan sederhana itu . Sekarang mobil mereka sudah berada di jalan raya menuju ke kediaman Adam. Lantunan lirih tembang dari radio menemani perjalanan mereka.

"Kamu masih ingat Violet, kan? Teman yang sering sama aku," ujar Adam mengawali percakapan.

"Hmm," jawabnya singkat.

"Sekarang dia ada di rumahku. Beberapa waktu lalu, dia mengalami kejadian buruk. Aku rasa kita bisa sedikit menghibur dia," ucapnya masih fokus dengan kemudi.

"Baiklah. Apa dia akan suka kalo aku dateng ke sana?" tanya Daisy ragu untuk bertemu dengan teman dekat kekasihnya itu. Selama ia bertemu dengan Violet di sekolah, gadis itu tidak menyambutnya dengan hangat. Mereka pun tak saling berbicara.

"Tentu saja. Dia nggak punya banyak temen, sama kayak kamu." Adam terkekeh dan mengacak-acak rambut Daisy dengan gemas.

Mobil berhenti di depan gedung mewah dimana Adam selama ini menetap. Daisy mengikuti dari belakang dengan membawa bingkisan berisi buah-buhan segar. Sebelumnya, mereka memang sengaja berhenti di toko buah.

Saat sampai di depan pintu apartemen Adam, cowok itu memencet beberapa kombinasi angka pintu itu pun terbuka.
Adam terlebih dahulu masuk dan meminta Daisy mengikutinya ke dalam dan menemui Vuolet di kamarnya.

Adam membuka pintu kamar dengan perlahan dan alangkah terkejutnya ia melihat Violet tergetak lemah dengan darah mengalir deras di pergelangan tangannya.

"Vio!!!" pekik Adam menggema ke seluruh ruangan. Cowok itu berlari ke arah violet yang bersimbah darah dengan pisau buah yang tergeletak di sisi kanannya.

Daisy yang melihat itu seketika menjatuhkan bingkisan buah di tangannya lalu menutup mulut tak percaya. Lututnya terasa lemas melihat kejadian di hadapannya. Wajahnya berubah pasi di ambang pintu kamar tersebut.

"Vio, lo denger gue." Adam menepuk-nepuk pipi Violet agar gadis itu tidak kehilangan kesadaran. Dan mengangkat tubuh Violet ala bridal style keluar kamar tanpa menghiraukan Daisy yang tampak masih mematung di bibir pintu.

Daisy yang menyadari itu segera mengikuti langkah Adam yang berlari ke arah mobil. Ia juga membantu Adam membukakan pintu.

"Kamu masuk duluan. Pegangin Violet di belakang." Tanpa menunggu lama, Daisy masuk ke dalam mobil bagian belakang dan Adam langsung menyandarkan kepala Violet di pangkuannya.

Dengan tergesa-gesa, Adam masuk ke bangku kemudi dan menjalankan mobilnya dengan cepat.
Daisy yang sedang memangku kepala Violet tampak tegang berbalut rasa cemas, baru kali ini ia dihadapkan dengan situasi mengerikan seperti ini.

Adam sesekali melihat ke arah belakang dengan raut wajah cemas yang sangat kentara.

"Vio, bertahanlah."

Daisy merasakan dadanya sesak selama perjalanan dan ia berusaha menarik napas perlahan. Rasanya pasokan oksigen di mobil itu tidak cukup untuknya bernapas. Diraihnya benda kecil yang selalu ia bawa di dalam tasnya lalu mengarahkan benda itu kemulut dan menghirupnya dalam-dalam.
Adam yang tak sengaja melihat itu pun mendadak menghentikan laju mobilnya.

"Sayang, kamu kenapa?" Ia hendak turun tapi Daisy dengan cepat menghentikannya.

"Aku nggak apa-apa. Cepet! Kita harus segera bawa Violet ke rumah sakit sebelum terlambat," ujar Daisy terbata-bata.

Adam kembali melajukan mobilnya lebih cepat. Ia tak dapat berpikir jernih. Dua orang yang dikasihinya kondisinya sama-sama buruk sekarang.








DAISY & VIOLET 17+ | REPOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang