Violet
Daisy"Dimana anak itu?"
Suara wanita paruh baya menggelegar di seluruh ruangan. Aida yang baru datang dari perjalanannya menghampiri Hera yang tak lain adalah Ibunya.
"Mama cari siapa?" tanya Aida masih bingung.
"Siapa lagi kalau bukan anak nakal itu."
Mendengar teriakan wanita tua itu, Aida tersentak dan ia baru menyadari sejak kemarin ia tidak melihat anaknya itu di rumah.Dengan gelagapan, Aida berusaha menenangkan Ibunya itu.
"It..itu Violet kemaren izin sama aku. Dia nginep di tempat temennya buat untuk ngerjain tugas, Ma," jawabnya bohong."Apa??" bentaknya lantang.
"Kamu biarin dia keluar rumah tanpa pengawasan. Berapa kali Mama bilang sama kamu apapun yang menyangkut dengan anak itu kamu harus kasih tau Mama. Tanpa terkecuali. Dan sekarang, kamu bisa-bisanya membiarkan dia pergi begitu saja." Hera terlihat murka.
Tentu saja Hera sangat marah mendengar bahwa Violet sudah tidak berada di rumahnya. Beberapa hari ini Hera, sedang disibukkan dengan kegiatan bakti sosial di berbagai daerah. Ada rasa takut tersendiri baginya. Ia tak ingin anak itu bertemu dengan orang-orang yang selama ini berusaha ia jauhkan dari hidup gadis itu.
"Aku akan minta dia untuk segera pulang." Aida tak bisa menyembunyikan wajah takutnya melihat bagaimana kemarahan Ibunya saat ini.
"Segera lakukan. Saat anak itu kembali, suruh dia menemuiku secepatnya." Hera meninggalkan Aida begitu saja.
Aida masih membatu. Ia ingat saat terakhir bertemu anaknya itu ketika mereka bertikai dan berakhir dengan tamparan yang diberikannya di pipi gadis itu.
Ia segera memasuki kamar Violet dan tak menemukan apa yang ia cari. Tentu saja Violet tidak berada disana. Jika ada, Ibunya pasti tidak akan bereaksi seperti itu.
Dengan cepat Aida mengambil ponselnya berusaha menghubungi Violet dan menanyakan keberadaan Anak itu. Tapi hasilnya nihil. Ponsel Violet tidak dapat dihubungi."Apa anak itu kabur?" batin Aida menerka-nerka.
Di dalam kamar, Hera tak henti-hentinya merutuki diri sendiri yang merasa lalai dalam mengawasi Violet. Cucunya itu.
Harusnya, ia lebih meningkatkan pengawasannya ketika dirinya sedang tidak berada di dekat Violet. Ia malah mempercayai Aida, anaknya itu untuk mengawasi cucunya tanpa pernah terpikir hal ini akan terjadi.***
Seketika kejadian masa silam itu terlintas.
" Aku mencintainya, Ma. Dan sekarang, dia sedang mengandung darah dagingku."
PLAKK
Sebuah tamparan melayang tepat di wajah pria yang tengan bersimpuh di bawah kaki perempuan paruh baya yang menatap dengan penuh kemurkaan.
"Tinggalkan wanita murahan itu! Kamu pikir dia pantas bersanding dengan penerus keluarga Bagaswara?" bentaknya kencang.
"Wanita yang mempunyai keluarga dengan gangguan jiwa itu tidak pantas menjadi istrimu. Keluarganya hancur. Ibunya sendiri dibunuh oleh kakaknya yang gila itu. Lalu dia juga mengalami depresi berat. Kamu pikir aku mau menerimanya menjadi menantu di rumah ini."
Pria itu masih setia bersujud di depan wanita yang tak lain adalah Ibunya dengan berurai air mata, ia kembali memohon. Berusaha meyakinkan ibunya yang terlihat semakin murka.
"Dia tidak salah, biarkan aku membahagiakannya. Hidupnya sudah cukup menderita. Aku mohon, biarkan aku hidup dengangannya beserta anak-anak kami."
"Jika itu maumu, silahkan saja. Angkat kaki dari rumah ini. Kamu bukanlah bagian dari keluarga besar Bagaswara. Dan saat anak itu lahir, aku akan mengambilnya. Jalani hidup seperti yang kamu mau. Setelah mendapatkan anak itu, aku tidak akan menggangu kehidupan kalian lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAISY & VIOLET 17+ | REPOST
RomanceDesign cover by : Erika Dewi Pringgo just an ordinary story but it will be special if you appreciate it.