C&F 22 (Berakhir)

652 62 0
                                    

Gara menatap lurus perempuan yang sejak tadi diam tanpa suara. Perempuan yang dia tarik saat akan memasuki toko perhiasan itu tidak balik menatapnya dan lebih memilih menatap ke luar jendela yang langsung menyajikan pemandangan jalan raya di malam hari.

Gara tidak tahu apa bagusnya pemandangan jalan yang hingga malam saja masih penuh kendaraaan. Tapi dia tetap mensyukuri keadaan ini, dimana dia bisa lagi memandang wajah perempuan yang begitu dia rindukan dari jarak sedekat ini. Tak apa jika Ara tak ingin melihat wajahnya sekalipun.

Di dalam hening yang menjadi jarak mereka, Gara memuaskan matanya untuk merekam gambaran wajah rupawan di depannya sebanyak mungkin. Dia ingin mengisi memori kepalanya dengan wajah cantik yang begitu dia rindukan. Jika saja dia berani, Gara ingin sekali menyentuhkan jarinya di wajah Ara. Dia ingin memastikan jika yang ada di depannya saat ini benar-benar Maura Azalea Putri.

"Maura," panggil Gara lirih. Dia tidak bermaksud menganggu lamuman perempuan itu, hanya saja bibirnya tak kuasa untuk tidak segera mengeja nama indahnya.

Ara menoleh pada Gara, lalu cepat-cepat dia mengalihkan pandangannya saat beberapa detik lalu dia merasa bahwa pandangan Gara padanya penuh binar kerinduan. Tidak. Itu tidak mungkin kan?

Ara sendiri bingung dengan keadaan saat ini. Bagaimana bisa dia hanya diam saja ketika Gara menariknya menjauh dari toko perhiasan tadi. Padahal Ara ingin sekali menghampiri Delia. Dia ingin sekali memastikan kebenaran yang ada di dalam pikirannya.

Tapi tunggu, Gara ada di saat dia ingin menghampiri Delia. Laki-laki ini menariknya menjauh dari toko itu karena tahu Delia ada di sana kan? Mungkin saja Gara sudah ada di lokasi itu sejak lama, dan ikut menguntit Delia juga kan? Mungkin saja Gara juga curiga kenapa Delia pergi bersama pria lain. Atau mungkin saja Gara sudah tahu semuanya.

Ara menatap Gara. "Apa... kamu sudah tahu semuanya?"

Gara masih diam. Dia tahu apa yang dimaksud Ara. Kepalanya mengangguk singkat.

"Sejauh apa yang mas tahu tentang mereka?" Tanya Ara

"Semuanya. Sejak awal."

Dahi Ara berkerut. "Maksudnya?" Ara mulai menghubungkan benang merah yang ada di kepalanya. Mulai dari hilangnya Gara, munculnya delia, berita kehamilan tiba-tiba, apa yang dilihat di hari pertunangan, sampai apa yang dia dapat hari ini.

Ara mengusap wajahnya, lalu kembali menatap Gara seakan meminta penjelasan lebih lanjut. Mungkin ini memang bukan masalahnya, tapi dia ingin sekali tahu apa yang terjadi. Di sudut hatinya yang paling dalam dia masih berharap pada Gara.

"Delia hamil bukan dengan mas. Tapi mas Aryan."

Terkejut? Jelas saja. Ara tahu siapa mas Aryan, dia kakak Gara. Mereka pernah dikenalkan dulu dan Ara tahu kalau kakak Gara sudah berumah tangga. Karena terlalu terkejutnya, Ara bahkan tidak tahu harus merespon seperti apa. Tapi jujur dia lega karena bukan Gara yang menghamili Delia.

"Tapi mas Aryan sudah--"

"Menikah," sambung Gara. Laki-laki itu masih menatap Ara, kali ini ada getar takut di dirinya. Dia takut pembahasan ini akan menyakiti perempuan di depannya lagi.

"Itu kenapa mereka tidak bisa bersatu, Maura. Mas Aryan tidak bisa menikahi Delia, karena Delia tidak ingin menjadi istri kedua. Dia mau mas Aryan menceraikan mbak Sandra lebih dulu, sedangkan mas Aryan tidak ingin berpisah dari istri dan anak-anaknya. Tapi mas Aryan juga tidak bisa melepaskan Delia karena kehamilan ini."

Ara tersenyum miris sekaligus jengkel. Kenapa ada orang yang begitu egois setelah melakukan hal yang salah. Lalu, kenapa Gara masuk ke dalam lingkaran orang-orang egois ini?

Code & Food Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang