C&F 18 (Pertunangan)

505 56 3
                                    


Ara memoles bibirnya dengan pemerah bibir sebagai sentuhan akhir riasan wajahnya. Setelah menatap cermin di depannya cukup lama, Ara mulai beranjak memakai heels dan kemudian melenggang keluar kamar. Di ruang tamu Ara melihat Azel yang sedang memasang Arlojinya, kakaknya itu sudah tampak rapi dengan setelan batik yang warnanya senada dengan gaun yang dia pakai sekarang. Ara celingukan sebentar mencari sosok bundanya yang belum terlihat.

"Dimana bunda?" tanya Ara saat duduk di samping Azel.

Azel menatap penampilan Ara sebelum mendesah pelan. Pemuda itu sama sekali tak setuju dengan keputusan Ara yang ikut mendatangi acara pertunangan Gara dan Delia. Tapi Ara benar-benar keras kepala, dan lihatlah! Dia sudah tampil sangat cantik untuk bertemu sang mantan kekasih. Benar-benar membuat Azel kesal sampai ingin menghajar Gara.

"Kamu yakin mau ikut?"

"Ara tidak punya alasan untuk menolak." Azel geram sendiri. Menurutnya ada banyak alasan yang bisa membuat Ara untuk tidak hadir di sana. Bahkan Azel bisa mengarang ribuan alasan jika nanti keluarga ayahnya menanyakan keberadaan sang adik. Tapi sekali lagi, Ara benar-benar keras kepala.

"Mas Azel tenang aja, Ara bisa mengatasi jika nanti hati Ara memberontak."

"Dan membiarkanmu menangis lagi?" Ara tersenyum menatap Azel. Lalu kepalanya menggeleng yakin.

"Ara sudah janji malam itu yang terakhir. Jika Ara tidak datang, itu artinya Ara yang kalah dengan hati Ara sendiri. Itu berartinya Ara belum bisa melihatnya bahagia dengan orang lain. Dan akan sampai kapan seperti itu, mas? Ara tidak ingin ke depannya terus menghindari fakta bahwa dia bahagia bersama Delia, bukan Ara."

Azel hanya bisa diam mendengar keyakinan Ara yang dia semogakan akan menjadi baik ke depannya. Tangan Azel terulur membelai sisi kepala Ara lembut.

"Mas hanya minta untuk tidak menangis seorang diri, Ra. Kamu punya mas dan bunda untuk dijadikan sandaran. Jangan bersembunyi seperti malam itu."

Ara mengangguk. Sebenarnya Ara tidak bermaksud menyembunyikan rasa sesaknya seorang diri malam itu. Malam dimana dia dan Gara benar-benar berakhir. Ara hanya sedang menikmati tangisnya, lukanya dan kesedihannya yang akan berakhir karena setelah malam itu Ara tak akan menangisi Gara lagi. Mungkin!

***

Ara, Azel dan bundanya sudah tiba di sebuah rumah di kawasan perumahan elit. Rumah ayahnya ini disulap begitu cantik dengan pernak-pernik yang menandakan bahwa sedang digelar sebuah acara di sini. Benar-benar cantik.

Ara mengekori bundanya yang menghampiri sanak saudara dari pihak ayahnya. Walaupun sedikit canggung karena sudah lama tidak bersua dengan om, tante, dan sepupu-sepupunya Ara tetap menyalami dan ikut berbincang bincang bersama mereka.

Ara sedikit banyak hanya tertawa saat ditanya kapan menyusul Delia? mana pasangannya? Atau hanya bisa tersenyum singkat saat satu-dua di antara mereka mulai membicarakan kesalahan Delia yang hamil duluan.

Sebenarnya, Ara malas mendengar obrolan mereka, tapi Ara bisa apa di saat bundanya lebih memilih menemani tante Mila menyiapkan apa saja yang kurang dan Azel yang ikut membantu apapun yang bisa dibantu. Sedangkan Ara, dia tak ingin ikut serta dalam acara ini lebih jauh lagi karena dia memposisikan dirinya sebagai tamu yang diundang oleh kedua pasangan bukan sebagai saudara tiri pihak perempuan.

Tak selang beberapa lama keadaan depan rumah sudah ramai oleh rombongan keluarga Gara yang baru saja tiba. Beberapa orang termasuk ayahnya keluar untuk menyambut calon besannya. Tapi tidak dengan Ara, dia tak beranjak dari tempat duduknya, dia malah tampak gusar memikirkan akan melihat wajah Gara kembali, dadanya berdebar cepat memikirkan apa dia yang akan kalah melawan hatinya sendiri. Dan di saat seperti ini, tangan hangat seseorang menggenggam erat tangannya. Ara yang sejak tadi menunduk dengan menautkan jari-jarinya kini mendogak melihat Azel yang menatapnya khawatir.

Code & Food Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang