C&F 25 (Babak baru)

577 49 1
                                    

Ara menatap layar laptopnya yang sedang memuat video call, menampilkan sepasang asmara di depannya. Sejak tadi Ara tak berhenti tersenyum melihat sosok di balik layar yang juga menampilkan senyum bahagia.

"Bagaimana terapimu hari ini?" Tanya Azel setelah perdebatan kecilnya dengan Andine, sahabat Ara yang juga calon istri Azel.

"Hm. Baik seperti biasa," jawab Ara.

"Syukurlah. Maaf ya bunda masih bantu mas di sini."

Ara menggangguk. Dia memaklumi bahwa bundanya juga dibutuhkan untuk membantu mengurusi keperluan pernikahan Azel dan Andine karena jelas saja Azel tidak ahli dalam hal itu, sedangkan melimpahkan semuanya pada calon menantu hanya akan membuatnya lelah.

Jika saja Ara bisa membantu, dia akan turut andil dalam hal itu. Tapi dia tidak bisa membantu apa-apa selain ikut memberi pendapat untuk pemilihan undangan dan dekor.

Sebenarnya, Andine dan Azel tidak ingin mengadakan pesta besar untuk pernikahan mereka. Tapi keluarga besar jelas menuntut hal itu selagi masih bisa. Maka, Ara mengusulkan pesta dengan tema outdoor yang kesannya simple tapi tetap layak di nikamti.

"Bagaimana persiapannya?" Tanya Ara.

"Sudah 90%. Tapi apa kamu tahu, Ra? Mas mu ini benar-benar penyemburu. Dia melarangku menggunakan gaun dengan punggung terbuka."

"Kamu bisa masuk angin setelahnya," timpal Azel. Andine hanya mendengus.

"Dan lagi, dia juga melarang untuk mengundang mas Adit. Sedangkan dia mengundang semua kenalan perempuannya."

"Aku hanya mengundang klien yang dekat, Andine."

"Tetap saja itu perempuan. Cantik. Dan kebanyakan Single."

"Ho lihat siapa yang cemburu?"

"Baik. Aku akan undang mas Adit juga."

"Jangan coba-coba Andine!"

"Aku tidak takut sama mas Azel ya."

Ara tertawa melihat kakak kembarnya menghela napas meladeni sikap Andine. Sejak dulu dia merasa bahwa Andine lah perempuan yang cocok untuk mendampingi kakaknya. Sikap Andine yang terlihat dewasa dan dingin pada mas Azel membuat kakaknya gemas dan penasaran. Tapi setelah semakin dekat, kakaknya akan dibuat takjub dengan perubahan sikap Andine yang kadang terlewat manja. Andine lah orang yang bisa mewarnai kehidupan kelabu Azel selama ini.

"Ara senang, mas akhirnya bahagia," kata Ara yang membuat kedua pasangan itu diam. Mereka menatap lurus pada Ara.

"Mas harus bahagia. Harus." Ara mengusap matanya yang berair.

"Jangan menangis. Mas gak ada disana."

Ara terkekeh, masih menghapus air matanya. "Ara udah besar. Bukan bayi mas lagi."

"Kita bahagia, Ra. Kamu juga harus bahagia. Itu janjimu padaku saat menerima lamaran mas Azel," kata Andine menyodorkan jari kelingking ke kamera. Ara semakin tak kuasa menahan tangisnya. Dia menangguk lalu ikut menyodorkan jari kelingkingnya.

***

"Ra, aku lapar. Keluar yuk, cari pasta."

Salah satu sahabat Ara tiba-tiba menerobos masuk ke dapur saat Ara membuat adonan es cream.

Dina-- perempuan cantik yang sedang berdiri di depan Ara dengan tangan mengusap perut itu adalah sahabat yang menemaninya selama 2 tahun hidup merantau di Singapura.
Setahun setelah Ara di Singapura, Dina menyusulnya dengan alasan ingin hidup mandiri.

Mereka hidup bersama di flat yang Azel sewakan untuknya, Dina jugalah yang mencentus ide untuk membuka cafe yang digabung dengan butik yang dia kelola.

Code & Food Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang