C&F 27 (Cookies Rara)

631 50 3
                                    

Sudah seminggu Ara kembali ke Indonesia, tapi sejak pertemuannya dengan Gara di bandara-- saat pria itu mengantarnya dan keluarganya pulang, sejak itu juga Ara tidak lagi melihat sosok Gara.

Pertemuan singkat tanpa kata itu malah meninggalkan sesak di dada. Sejujurnya, Ara senang bisa melihat Gara kembali. Dia bersyukur bahwa pria itu baik-baik saja secara fisik. Tapi Ara tetap bisa melihat sorot kesedihan di mata pria itu, tak ada kebahagian saat mata itu tak sengaja bersitatap dengannya.

Sejak kapan? Sejak kapan cahaya mata itu meredup? Apakah kematian Delia sangat melukai pria itu? Apa perasaan kehilangan yang dirasakan Gara terlalu dalam sampai tidak dia temukan sorot kebahagian di matanya lagi?

Ara bukannya marah atau iri karena mengetahui fakta bahwa Delia begitu berarti bagi Gara. Dia hanya merasa sakit melihat pria itu terluka sendirian.

4 tahun Ara menahan diri untuk tidak mencari kabar Gara. Dia melarang keluarga dan teman-temannya menceritakan soal pria itu. Walau kadang kala, Mama Mila dengan sifat kerasnya beberapa kali menyebut nama Gara. Ara tetap pada pendiriannya, seketika di menulikan telingan pada setiap selentingan kabar tentang pria itu. Ara menguatkan hatinya untuk tidak lagi mengusik kehidupan Gara. Dia meyakini bahwa inilah yang terbaik untuk mereka.

Tapi saat dihadapkan kembali seperti kemarin, apa hati Ara masih sekuat yang dia harapkan?

***

Suara tangisan yang memekik itu membuat putaran kursi roda Ara semakin cepat. Dari posisinya di ruang makan, Ara segera menuju ke arah ruang tamu di kediaman Ayahnya.

Dahi Ara berkerut dengan bibir sedikit terbuka karena bingung melihat keadaan di depannya. Balita berusia 4 tahun itu sedang merengek dengan berguling di karpet, sedang Mama Mila mencoba untuk membujuk.

Ara melihat tidak ada siapapun selain kedua orang itu, mama Mila yang masih membujuk dan balita yang merengek.

Ara mendekat. Saat kursi rodanya berhenti tak jauh dari mamanya, wanita paruh baya itu menoleh.

"Aryan janji beliin Rara ice cream. Tapi kayaknya ada masalah di kantor. Dia langsung pergi setelah dapat telpon," jelas Mama Mila saat Ara menatapnya penuh tanya.

"Rara nih rewel, Ra. Terlalu di manja sama Aryan dan Gara. Jadi kalo gak diturutin nangis kejer gini."

Ara hanya meringis. Dilihatnya putri Delia yang baru dua kali dia temui ini, balita itu masih saja menangis dan memanggil-manggil papanya.

🎵The wheels on the bus go round and round
Round and round
Round and round
The wheels on the bus go round and round
All through the town

The wipers on the bus go Swish, swish, swish
Swish, swish, swish
Swish, swish, swish
The wipers on the bus go Swish, swish, swish
All through the town

The horn on the bus goes Beep, beep, beep
Beep, beep, beep
Beep, beep, beep
The horn on the bus goes Beep, beep, beep
All through the town

The doors on the bus go open and shut
Open and shut
Open and shut
The doors on the bus go open and shut
All through the town

The Driver on the bus says "Move on back
Move on back, move on back"
The Driver on the bus says "Move on back"
All through the town...

Alunan lagu anak-anak terdengar nyaring dari ponsel Ara. Seketika itu juga, tangis Raisha terhenti. Balita 4 tahun itu langsung bangun dari posisi gulung-gulungnya di lantai, beralih duduk menghadap ke arah Ara dengan mata yang melebar dan masih basah. Sambil sesenggukan, bibir Raisha mulai ikut mengumandangkan lagu yang Ara sengaja nyalahkan untuk mengalihkan perhatian sang balita. Lucu sekali.

Code & Food Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang