Hari ini seperti hari biasanya, Dariel yang akan pergi ke sekolah dan Danial yang akan menjalani homeschooling nya. Tapi ada sedikit keributan dirumah si kembar. Dan keributan tersebut ditimbulkan oleh Dariel yang ternyata bangun kesiangan. Mandi, berpakaian, menata buku, semua ia lakukan dengan terburu karena ia takut akan terlambat ke sekolah.
“Dani, sarapan lo udah gue siapin tadi dimeja makan. Kalo butuh apa-apa tinggal panggil maid aja, yah” ujar Dariel pada Danial yang baru saja bangun tidur. Sesibuk-sibuknya Dariel, ia tidak akan pernah lupa akan Danial. Danial pasti menjadi prioritas utamanya.
Mereka begadang semalaman, lebih tepatnya Dariel yang harus begadang untuk mengerjakan tugasnya untuk hari ini.
Dan Danial yang ngotot mau menemaninya mengerjakan tugas, meski sudah ia suruh tidur anak itu tetap tidak mau. Pada akhirnya mereka berdua tertidur saat jam sudah menunjukkan waktu duabelas malam. Mereka tidur bersama di kamar Dariel, dan itulah alasan kenapa Danial bisa dikamar Dariel sekarang. Juga alasan mereka berdua bangun kesiangan.
Dariel menutup resleting tasnya kemudian memandang Danial yang masih setengah terpejam sambil duduk memeluk bantalnya. Ia mendekati Danial dan menggoyangkan bahu anak itu pelan. “Dan, bangun jangan tidur lagi. Lo cepet mandi terus abis itu sarapan, bentar lagi guru private lo mau datang. Ah iya, jangan lupa minum obat lo. Gue mau berangkat, udah telat ini” ujar Dariel.
Sebenarnya ia sedikit tidak tega meninggalkan Danial di rumah, meski ada beberapa maid yang menemaninya. Tapi mau bagaimana lagi, ia sudah terlalu sering absen.
“Lo denger gue ‘kan, Dan?!” ujar Dariel lagi memastikan.
Danial mengangkat kepalanya yang semula ia taruh diatas bantal. “Iya gue denger, dasar bawel. Udah cepet berangkat sana, katanya telat” ucap Danial dengan ogah-ogahan. Dariel hanya berdecak mendengarnya.
“Ya udah gue berangkat, inget pesen gue tadi” ujar Dariel sambil mengacungkan jari telunjuknya didepan wajah Danial. Danial menepisnya kasar dan bergumam.
Dariel kemudian benar-benar pergi dari sana.
Danial diam selama beberapa menit, masih dengan posisinya diatas tempat tidur Dariel. Ada rasa iri saat melihat Dariel yang bisa bersekolah formal dan bisa memakai seragam sekolah, memiliki banyak teman. Tidak seperti dirinya yang hanya bisa belajar di rumah, teman yang ia milikipun hanya Dariel dan penghuni rumah yang lain (minus kakak perempuannya).
Danial ingin sekali bisa kembali bersekolah formal lagi, seperti dulu. Tapi ayah dan ibunya melarang keras. Yah, alasannya tidak lain tidak bukan karena kondisinya sendiri. Danial menghela nafasnya memikirkan itu.
Ia bangkit dari tempat tidur Dariel dan beranjak ke kamarnya sendiri untuk membersihkan tubuhnya seperti yang disuruh oleh Dariel. Sebentar lagi guru yang mengajarinya datang, tidak mungkin ia belajar dengan keadaan lusuh khas bangun tidur.
Jadwalnya hari ini hanyalah belajar seharian, membosankan.
🌱🌱🌱
“Woi! Dariel!”
Dariel menoleh merasa namanya dipanggil. Seorang anak laki-laki tengah berlari kearahnya dengan melambai-lambaikan tangannya.
Hupp…
Anak laki-laki itu menerjang tubuhnya dengan keras, membuatnya hampir terjungkal kalau saja pertahanan tubuhnya tidak bagus. Dariel mengela nafasnya tidak habis pikir dengan temannya satu ini. Tidak bisa bersikap seperti orang normal dan malah absurd begitu.
“Lo kemaren kenapa ga masuk sekolah? Ditelepon ga diangkat, dichat ga dibales lagi. Lo anggep apa gue, El?! Hah?” ujar Jerio –atau Dariel suka memanggilnya Jeje– dengan nada yang dilebih-lebihkan. Anak itu memang kadang suka mendramatisir suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Higanbana
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ... Gue cuma pengen nikmatin sisa hidup gue, sama keluarga dan sama temen-temen Keinginan gue cuma itu aja kok... Sederhana 'kan? Ga susah juga Kalo emang udah waktunya pergi, tolong kalian jangan tahan gue. Relain gue... Gu...