#18 | Who's Him?

2.6K 207 5
                                    

Alena masih menatap serius kearah sosok tersebut. Begitupun sosok itu yang memandangnya sambil menautkan alisnya.
“Jangan bilang lo sepupunya Zara?!” tebak Alena sambil menunjuk sosok tersebut.

Noah yang tidak mengerti apapun hanya memandangi dua orang tersebut secara bergantian. Hingga datanglah Zara yang membawa beberapa camilan dan minuman.

“Kalian kenapa? Mukanya kok tegang gitu?” tanya Zara. “El ngapain?” tanyanya pada sepupunya yang sejak tadi menatap Alena.

“Gu–“ ucapan Dariel dipotong oleh Alena.

“Zar, dia orang yang gue ceritain waktu itu” ujar Alena pada Zara yang sedang mengingat-ingat kembali cerita mana yang Alena maksud.

“Gak sopan banget motong omongan orang” ujar Dariel yang terlihat ketus menatap Alena.

Alena mendengus menatap Dariel, “Lebih gak sopan mana sama lo yang seenaknya pergi pas orang ngajak kenalan tadi” ujar Alena tak kalah ketus.

Dariel mengerutkan alisnya tak paham. Kenalan? Kapan? Seingatnya mereka baru bertemu sekarang. “Kapan lo ngajak kenalan?”

Alena memutar matanya malas. Ia benar-benar kesal sekarang, orang dihadapannya ini memang pura-pura atau bagaimana sampai lupa kejadian di apotek tadi.

“Bentar dulu bentar” lerai Zara. “El, emang lo pernah ketemu sama Lena?” tanya Zara pada sepupunya itu.

Dariel terlihat berpikir sejenak, “Pernah, sekali. Cewek bego yang nyebrang jalan sembarangan waktu itu. Dan gue nolongin dia pas mau ditabrak truk” jelas Dariel.

Alena semakin kesal saat ia dikatai ‘bego’ oleh Dariel.

“Eh, kita kan ketemunya tiga kali. Pas dijalan itu, terus diatap rumah sakit waktu gue mau bunuh diri, terus tadi sore di apotek” ujar Alena tak terima. Sebenarnya sih terbawa emosi saja karena orang didepannya.

Noah yang mendengar kata bunuh diri lalu berdiri, “Lo mau bunuh diri, Len?” tanyanya terkejut.

“Enggak, gue cuman khilaf waktu itu” ucap Alena dengan suara yang kecil. Noah hanya memandang dengan raut tak suka mendengar jawaban Alena itu.

“Emang udah geser otak lo, Len! Terus sekarang yang bener yang mana nih? Dariel bilang cuma sekali, lo bilang tiga kali?” tanya Zara dengan nada bertanya menatap keduanya.

Dariel bersikap tak acuh dan kembali pada tujuan utamanya kesini. “Udah gini aja diributin. Zar, mana buku matematika gue! Dani bilang ada di lo” ujar Dariel pada Zara.

“Ada dimeja kamar, lo ambil aja. Btw makasih juga” ujar balik Zara.

Dariel langsung saja pergi ke kamar Zara guna mengambil bukunya kembali, meninggalkan mereka bertiga.

“Cih, sepupu lo itu emang sikapnya nyebelin dari lahir ya” ujar Alena dongkol karena perdebatan mereka belum selesai dan ditinggal begitu saja. Alena kembali duduk dan meminum minuman yang dibawakan oleh Zara tadi, untuk menengangkan dirinya yang sedang kesal.

Zara ikut duduk dan kembali pada bukunya, “Emang gitu sifatnya Dariel, cuek-cuek nyebelin. Tapi ga senyebelin adeknya, lebih parah malahan” ujar Zara.

“Dia punya adek?” tanya Alena yang dijawab anggukan oleh Zara. Alena jadi penasaran bagaimana adiknya kalau kakaknya saja seperti itu.

🌱🌱🌱

Alena bergerak-gerak gelisah sejak tadi. Ia tak bisa menahannya lagi, sudah diujung dan siap untuk keluar.

“Len, kenapa sih?” tanya Noah yang peka terhadap gerak-gerik Alena. Zara ikut memandang kearah Alena saat Noah bertanya.

HiganbanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang