#16 | Brother Sick

3.5K 234 39
                                    

Dariel mondar-mandir seperti itu sejak tigapuluh menit lalu. Matanya terus saja melihat kearah pintu depan dengan harap-harap agar Danial segera pulang.

Dariel cemas, takut dan marah. Entahlah, semua rasa itu menjadi satu sekarang. Dariel benar-benar kebingungan. Pening dikepalanya pun ia abaikan, hanya satu nama yang ada dipikirannya sekarang.

Danial.

Kenapa anak itu belum pulang-pulang juga. Sepuluh menit lalu ia baru saja menghubungi Hidan yang kata Zara, Danial berada di rumah Hidan. Tapi Hidan bilang Danial sudah pulang.

“Argg, bang*sat?!” berbagai kata-kata kotor tak luput Dariel ucapkan. Kalau benar-benar emosi, Dariel sudah menjadi Dariel yang lain.

“Dariel, tenang dulu lah. Bentar lagi pasti Danial pulang” ujar Zara yang sama-sama menunggu disana.

“Gue ga bisa tenang, Zar!? Dari tadi lo ngomong kaya gitu, tapi nyatanya Danial ga pulang-pulang” ucap Dariel. Sangat kentara sekali kalau Dariel itu sedang emosi sekarang.

Zara memilih diam saja daripada dimarahi oleh sepupunya itu lagi.

‘Danial, lo kemana sih astaga’

🌱🌱🌱

Disisi lain Danial masih mengendarai motornya dengan sedikit pelan daripada sebelumnya. Angin malam benar-benar sangat dingin ditambah lagi masih gerimis membuat tubuhnya benar-benar menggigil.

Danial tak bisa lagi merasakan jari-jarinya, sudah sangat kedinginan. Memakai jaketpun rasanya seperti hanya memakai selembar kaos tipis baginya. Danial ingin segera sampai rumahnya.

Dan senyumnya mengembang saat dirinya sudah sampai di komplek rumahnya. Begitu sampai didepan rumah ia segera saja masuk karena gerbangnya tak dikunci. Mungkin memang sengaja karena ia belum pulang.

Setelah memarkirkan motornya di garasi Danial langsung berlari kearah pintu rumah. Kunci motor Dariel pun ia tinggalkan begitu saja masih terpasang.

Yang terpenting sekarang segera masuk, Dariel pasti sangat marah.

Sebelum membuka pintu Danial sempatkan menggosok tangannya yang seperti membeku. Benar-benar dingin.

Ceklek…

“Gue pu–“

PLAKK…

“–lang“

Rasanya tubuh Danial membeku seketika, bukan hanya tangannya saja sekarang yang seperti membeku, tapi seluruh tubuhnya. Otak Danial masih memproses kejadian barusan.

Danial menatap lurus kedepan. Tepat dihadapannya Dariel berdiri dengan wajah yang sudah tak terdefinisikan.

“BANG*SAT!? LO KEMANA AJA BEGO?! LO GA PERNAH NGERTI DIKUWATIRIN SAMA ORANG, HAH?!” marah Dariel.

Danial masih diam, ia benar-benar syok. Dariel didepannya ini benar-benar seperti bukan Dariel yang biasanya.

“LO ITU HARUSNYA LEBIH PAHAM SAMA KONDISI LO SENDIRI?! BANG*SAT, BEGO ANJ*ING?!” maki Dariel sekali lagi.

Dariel mengepalkan tangannya kuat, ia sudah tidak tahan emosinya benar-benar dipuncaknya. Dariel tidak mau lagi harus melampiaskan emosinya pada Danial, ia berlalu pergi. Kembali ke kamarnya meninggalkan Danial yang masih termenung.

Zara yang melihat kejadian itu baru mendekati Danial. Demi apapun ia juga sama syoknya dengan Danial. Tak pernah sekalipun ia melihat sikap Dariel yang seseram itu saat marah.

Bahkan sampai menampar Danial.

“Dani… lo… gapapa?” tanya Zara pelan. Ia tau, tentu Danial sama syoknya.

HiganbanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang