#10 | Playing Basket

2.8K 265 38
                                    

Sudah kelima kalinya ponsel Danial berbunyi dan kelima kalinya juga Danial membiarkannya.

“Zar, gimana ini si Dariel nelpon terus!” ucapnya bingung.

Zara hanya mengangkat bahunya tak peduli dan lebih memilih bermain diponselnya, melihati hasil jepretan kegiatannya menjadi stalker. “Angkat aja terus bilang ‘Hai Dariel, kenapa?’ gitu kan beres” ujarnya santai.

“Ck, yang ada ketauan gue ga di rumah. Bisa-bisa Dariel marah, terus diaduin ke ayah sama ibu. Ga bantu banget sih lo” ucap kesal Danial.

“Gue ga peduli dong, salah siapa kesini”

Sumpah Danial ingin sekali memukul kepala Zara, bikin kesal mulu dari tadi. Tapi kalau itu Danial lakukan sekarang disini, bisa-bisa ramai dan dikira dirinya sedang menganiaya anak orang. Danial memilih mematikan ponselnya dan mengantonginya.

Biarlah nanti ia akan membuat seribu alasan yang bisa meyakinkan Dariel karena tidak mengangkat panggilannya. Danial kembali melihat ke lapangan saat babak ketiga akan dimulai. Begitupun Zara yang sudah excited dengan kehadiran Alvaro lagi di lapangan.

🌱🌱🌱

“Theo sama Galvi, kalian tetep jaga dua orang tadi. Jerio, lo harus bisa baca permainan lawan dan kalau bisa beri umpan ke Dariel. Terus Dariel, lo yang paling gue andalin sekarang, sebisa mungkin lo cetak poin sebanyak-banyaknya. Gue yang bakal jaga si Alvaro…” ujar Kevin kepada keempat anggota timnya.

Mereka berempat mengangguk mengerti. Wasit kemudian membunyikan peluit tanda babak ketiga akan dimulai. Para pemain segera memasuki lapangan, sebelum itu Kevin memberi arahan lagi. “… satu lagi, kalau ada kesempatan jarang ragu untuk melakukan ‘shooting’ ya. Ayo semangat!!”

Babak ketiga dimulai.

Para penonton bersorak menyemangati tim sekolah mereka.

Seperti yang diucapkan Kevin tadi, Dariel mencoba memasukkan bola sebanyak-banyaknya kedalam ring. Mereka harus membalik keadaan. Yang menjadi penghambat mereka sekarang hanya Alvaro.

Selain cepat, cara bermain anak itu sedikit kasar. Alvaro tidak segan-segan untuk menyakiti lawan agar tidak bisa memasukkan bola. Itu adalah keahlian Alvaro, menyerang lawan dititik buta wasit agar ia tidak terkena pelanggaran. Dan posisi Dariel terancam sekarang.

Dariel mendribble bola kearah ring lawan, ia dengan gesit melewati dua orang dari tim lawan. Dan tibalah sekarang, ia berhadapan dengan Alvaro (men to men).

Seharusnya bukan dirinya yang berhadapan dengan Alvaro, padahal sedikit lagi sampai dekat ring. Dariel melihat dimana posisi Kevin sekarang, cukup jauh darinya dan sedang dijaga seseorang. Teman-temannya yang lain juga.

‘Kalo gini posisinya, gue yang harus hadepin sendiri’ batin Dariel. Tangan kanannya masih mendribble bola dengan mata yang menatap intens Alvaro.

Alvaro tersenyum sinis, “Yakin mau lawan gue?” tanyanya meremehkan.

Dariel tidak memperdulikannya. Ia melirik sekilas papan skor, 62-73. Mereka tertinggal cukup jauh. Setidaknya untuk memperkecil selisihnya, Dariel harus bisa. Ia harus mencobanya.

Melawan Alvaro.

Dariel mengambil ancang-ancang sedikit mundur kebelakang, dan akan maju untuk melewati Alvaro. Tapi ternyata Alvaro melihatnya.

Saat Danial maju, Alvaro menjegal kaki Danial membuat anak tersebut terjatuh. Bola ditangan Dariel terlepas begitu saja. Wasit langsung meniupkan peluitnya, pelanggaran pertama untuk Alvaro.

HiganbanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang