#27 | Jevan Javiero

2.1K 183 39
                                    

Matahari hampir kembali keperaduan, begitupun dengan orang lalu lalang dijalanan yang ingin secepatnya kembali pulang. Reyna duduk di halte yang berada tak jauh dari kampusnya, memandangi lalu lalang kendaraan yang melintas didepan matanya.

Terhitung sudah lima belas menit dirinya duduk disini. Bukan untuk menunggu bis, kalau untuk menunggu bis jelas dua menit lalu dirinya sudah duduk anteng didalam bis. Reyna melirik jam tangannya sekilas diakhiri dengan sebuah gerutuan. Orang yang ditunggunya tak kunjung datang membuatnya kesal bukan main. Terpaksa Reyna harus menunggu lagi.

Jalanan mendadak sepi, kendaraan yang tadinya banyak melintas tiba-tiba tak lagi ada. Ditambah Reyna hanya seorang diri di halte ini.

Reyna menghela nafasnya gusar. Sejak duduk di halte tadi ia merasa sedang diperhatikan. Entah perasaannya saja atau memang ada yang mengikutinya. Dan itu terjadi sejak beberapa hari lalu. Manik Reyna menelusuri sekitar, menemukan dua orang laki-laki berpakaian hitam lengkap dengan topinya berdiri didepan kampusnya.

"Lagi-lagi dua orang itu" gumam Reyna. Dua orang yang beberapa hari ini sering ia lihat disekitaran kampusnya. Bukannya terlalu kegeeran, tapi feeling Reyna itu kuat. Dan kalau benar, dirinya adalah target dari mereka.

"Haru kemana sih, kok belum dateng-dateng. Katanya bentar"

Reyna mengeratkan pegangannya pada tali ransel begitu melihat pergerakkan dari dua orang mencurigakan tersebut. Dua orang itu mulai berjalan kearah halte, dan itu membuat Reyna sedikit takut.

"Mana ngga ada orang lagi. Sial banget" Reyna beranjak bangkit dari halte dan berjalan menjauh. Setidaknya ia harus berada dikeramaian. Kalau feelingnya tepat, dirinya juga yang dalam bahaya. Apalagi Reyna tidak tau mereka orang baik atau jahat. Tapi dilihat dari gelagatnya sepertinya tidak bisa dikategorikan orang baik.

Reyna melangkahkan kakinya menuju jalanan besar yang terdapat banyak orang. Ia menengok sekilas kearah belakang dan sialnya ternyata dua orang itu benar mengikuti dirinya. Reyna mempercepat langkah kakinya sedikit berlari dan dua orang dibelakangnya malah ikutan berlari. Sialan!

"Kalo hari ini gue mati ditangan dua orang itu, gue pastiin Haru jadi orang pertama yang gue gentayangin" gerutu Reyna ditengah-tengah larinya.

Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil cukup kencang membuat Reyna hampir mengumpat saking terkejutnya. Reyna melihat kearah jalan disebelah kanan yang terdapat sebuah mobil merah yang ia kenali.

"Reyn, kenapa lo lari-lari? Bukannya nungguin gue?"

Itu Haru. Entah sekarang Reyna harus mengumpat atau berterima kasih pada teman Jepangnya itu. Tapi yang terpenting sekarang adalah keselamatannya. Reyna berhenti begitu mobil Haru berhenti. Ia langsung masuk kedalam mobil Haru dengan nafas ngos-ngosan.

Haru langsung melajukan mobilnya kembali. Reyna menoleh kearah belakang, dua orang tadi sudah tidak ada lagi. Ia bisa bernafas lega sekarang.

"Lo kenapa, Re? Kaya abis dikejar setan, sampe ngos-ngosan gitu" tanya Haru sambil terkekeh melihat wajah Reyna yang sedikit kacau.

Reyna berdecih mendengarnya. "Gue hampir jadi korban begal gara-gara nungguin lo tau!?" Kesal Reyna. Ia mengambil botol minuman yang berada didalam mobil Haru. Tanpa bertanya dulu pada yang punya, Reyna meminumnya dengan rakus.

"Korban begal?" Ulang Haru. Bukannya khawatir, Haru malah tertawa mendengar ucapan Reyna itu. "Lo masih mikir dua orang laki-laki yang sering wara wiri kampus beberapa hari ini itu ngikutin lo?"

Mendadak Reyna ingin menarik pipi tembam milik temannya itu karena mentertawakan kekhawatirannya. "Asal lo tau, dua orang itu tadi ngejar gue" ujar Reyna dengan nada sewot.

HiganbanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang