#20 | Bad Day

3K 238 35
                                    

Hidan menghembuskan nafasnya lesuh. Dan untuk kesekian kalinya ia melakukan hal tersebut. Matanya melirik jam dinding didepan kemudian menghela nafas kembali. Ia menaruh kedua tangannya dimeja dan menenggelamkan kepalanya disana.

Beberapa detik kemudian ia menoleh kesamping, masih dengan kepala diatas meja. Ia melihat ke bangku kosong disampingnya yang dua hari ini tidak tempati oleh pemiliknya.

Ya, dua hari ini Danial tak masuk sekolah. Dan entah kenapa bisa mengganggu seorang Hidan yang tidak pernah peduli apapun yang terjadi disekitarnya. Kecuali kalau menyangkut orang-orang yang berharga baginya, contohnya sang kakak.

Sepertinya, seorang Danial sudah berhasil masuk kedalam kehidupan Hidan. Tak butuh waktu lama, hanya dengan beberapa hari lalu anak itu datang sebagai anak baru di kelasnya dan mengganggunya setiap di sekolah.

Rasanya cukup aneh. Hidan yang sudah bisa terbiasa dengan sikap Danial yang banyak tingkah, dua hari ini ia merasa ada yang kurang setiap di kelas.

Hidan tak pernah seresah ini. Aneh...

Ia melihat kearah bangku lain tak jauh darinya. Melihat Jerio yang baru datang dan duduk dibangkunya, sendirian. Dua hari ini juga Dariel tak masuk. Sebenarnya apa yang terjadi pada si kembar itu?

"Arhhh"

Hidan mengusak-usak rambutnya sendiri. Sejujurnya ia ingin bertanya pada Jerio tapi masih terlalu canggung baginya.

Hidan menegakkan tubuhnya, ia sudah ambil keputusan. Nanti saat istirahat pertama dirinya akan bertanya pada Jerio. Demi apapun, kalau belum dapat jawaban Hidan benar-benar tidak tenang.

🌱🌱🌱

Jam istirahat pertama.

Jerio tengah bermain ponselnya didalam kelas. Tak ada niatan pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Jerio sedang malas ke kantin karena tak ada sahabatnya untuk diajak makan di kantin.

Saat sedang asik dengan ponselnya, Hidan datang dan berdiri disampingnya. Jerio mematikan ponselnya dan menatap anak itu dengan pandangan bertanya.

"Ada apa?" tanya Jerio.

Selama beberapa detik Hidan tak kunjung mengeluarkan suara. Anak itu sibuk memandangi arah lain dan tak memandang kearah Jerio. Membuat Jerio semakin bingung.

Dan Jerio masih setia menunggu. Hingga akhirnya Hidan mengeluarkan suaranya.

"Ada yang pengen gue tanyain..." ujar Hidan pelan.

Jerio mengerutkan alisnya. Jarang-jarang Hidan mau bertanya padanya.

"Ya? Mau tanya apa?" tanya Jerio.

Hidan terlihat sedikit ragu untuk bertanya pada Jerio tentang Danial. Padahal tadi ia sudah memantapkan dirinya untuk bertanya pada Jerio. Rasanya Hidan tak pernah secanggung ini.

'Susah banget sih buat ngomong' -gerutu Hidan dalam hati.

"Lo mau tanya soal si Al, ya?" tebak Jerio. Dan Hidan sontak mendongak. Tebakan Jerio benar-benar tepat sekali.

"Iya..." jawab Hidan pelan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Jerio tersenyum mendengar jawaban Hidan barusan. Ternyata tebakannya benar. Ia tak menyangka anak seperti Danial bisa membuat seorang Hidan yang terkenal dingin itu bisa menjadi seperti ini.

Raut muka Jerio kemudian berubah, terlihat lesuh. Hidan masih setia menunggu jawaban dari Jerio.

"Si Al lagi dirawat di rumah sakit. Dia lagi sakit" jelas Jerio.

HiganbanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang