Setelah kejadian pingsannya Danial tadi siang, Dariel memilih membawa Danial untuk pulang ke rumah. Ia menyuruh Jerio untuk meminta izin kepada guru. Jadilah Dariel dan Danial meninggalkan sekolah dan tidak mengikuti pelajaran setengah hari.
Dariel menelepon sopir pribadi keluarganya agar menjemput Danial. Karena tidak mungkin ia membawa Danial yang dalam keadaan pingsan itu dengan motornya.
Dariel sudah akan membawa Danial ke rumah sakit saat anak itu tak kunjung bangun hingga jam enam sore. Tapi setengah jam kemudian anak itu baru siuman.
Seharusnya memang sejak awal Dariel tak mengizinkan Danial ikut olahraga. Ia tau akibatnya bisa seperti ini. Kenapa juga ia bisa luluh hanya karena muka memelas Danial.
“Kalo lo ga bangun-bangun tadi udah mau gue bawa ke rumah sakit tau”
Danial mendengus mendengar kata rumah sakit yang diucapkan Dariel. Ia masih berbaring diranjangnya karena tubuhnya masih luar biasa lemas.
Gila saja ia pingsan lebih dari enam jam. Yang seingatnya sebelum pingsan hari masih terang dan dirinya masih memakai baju olahraga. Tau-tau waktu bangun dirinya sudah diranjang kamarnya dengan pakaian yang sudah diganti dan langit yang sudah mulai petang.
“Lo bawanya rumah sakit mulu sih, males gue” rengut Danial.
“Lo sih segala pake acara pingsan, enam jam ga bangun-bangun. Tau gini tadi gue beneran ga ngijinin lo olahraga”
Dariel yang semula duduk disebelah Danial mulai ikut berbaring.
Danial hanya diam memikirkan kejadian pingsannya tadi. Aneh tau, pas waktu basket gantiin Dariel hari itu saja dirinya tidak kenapa-kenapa. Ya meski malamnya sempat demam juga karena kecapekan, tapi tidak sampai pingsan.
Lah tadi baru lari satu setengah putaran aja udah langsung tumbang.
“Dar, kayanya tubuh gue makin aneh deh”
“Hah? Aneh gimana?” Dariel menghadap kesamping dan menatap Danial.
Tumben Dariel ga protes saat Danial panggil ‘Dar’ lagi.
“Waktu itu gue masih bisa tanding basket ‘kan, itu juga masih beberapa hari lalu. Tapi tadi lari dikit aja udah pingsan. Aneh aja menurut gue” belum lagi perut gue sering nyeri dari berapa hari lalu, lanjut Danial dalam hati. Ia tak mau mengatakan kalimat terakhir itu pada Dariel.
Dariel berpikir sejenak dan ia mulai memikirkan hal yang tidak-tidak karena perkataan Danial barusan.
“Mungkin lo kecapekan aja kali, terus lo juga jangan banyak pikiran” ucap Dariel berpikir positif. Danial mengangguk mengiyakan.
“Iya kali ya”
Sekarang keduanya hening sejenak.
Brakk…
“Kalian berdua gamau makan malam, nih?!”
Zara tiba-tiba saja masuk tanpa mengetuk pintu dulu dan langsung membuka pintu dengan kasar. Membuat Danial dan Dariel terkejut bukan main.
“Anjir, bisa ga sih buka pintunya pelan-pelan!?” marah Dariel.
“Tauk, Zara bego! Ngagetin aja tau” timpal Danial yang sama kesalnya.
Zara yang mendapat semprotan dari si kembar bersikap tak acuh dan membalikkan tubuhnya. Yang penting ia sudah mengingatkan waktu makan malam.
“Gue tungguin di ruang makan. Kalau kalian berdua ga dateng-dateng gue buang jatah kalian” ancam Zara sebelum pergi.
Danial mendengus kesal, “Berasa rumah sendiri tuh anak”
KAMU SEDANG MEMBACA
Higanbana
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ... Gue cuma pengen nikmatin sisa hidup gue, sama keluarga dan sama temen-temen Keinginan gue cuma itu aja kok... Sederhana 'kan? Ga susah juga Kalo emang udah waktunya pergi, tolong kalian jangan tahan gue. Relain gue... Gu...