Hari ini entah kenapa merasa semangat sekali. Penilaian Akhir Semester baru saja selesai, dan sekolah sudah tidak ada kegiatan belajar lagi. Bukankah sangat menyenangkan? Dan saat ini aku tengah menunggu seseorang, jadi tebaklah siapa. Dia lelaki kok hehe.
Oh ya, bukankah aku belum berkenalan dengan kalian? Oke aku akan memperkenalkan diriku pada kalian. Yuqi, itu namaku, lebih lengkapnya? Song Yuqi. Terdengar familiar bukan di telinga kalian?
"Yuqi, udah nunggu lama?" aku mendongak, lalu tersenyum. Wooyoung berdiri di hadapanku dengan tangan kanannya yang penuh dengan tentengan. Berani menebak itu isinya apa? Aku sih yakin seratus satu persen kalau isinya adalah camilan.
Kalian tahu sendiri kan, jika sekolah sudah tidak mengadakan KBM maka semua siswanya akan benar-benar seperti tidak punya kerjaan. Dan inilah pekerjaan yang ku berikan pada Wooyoung, membeli camilan untuk kita makan bersama. Tentunya sembari melihat pertandingan futsal yang akan berlangsung sebentar lagi.
"Gak kok, Makasih ya nyet!" ucapku sambil mengambil alih tentengan yang dibawa Wooyoung.
"Sama-sama," jawab Wooyoung lalu ikut duduk di depanku.
Oh ya kalau kalian bertanya siapa itu Wooyoung maka akan aku jelaskan. Wooyoung adalah satu-satunya spesies di sekitarku yang berjenis sahabat dari kecil. Ah entahlah, kalau ada yang bertanya kenapa aku bisa bersahabat dengan lelaki ini maka akan dengan tegas ku jawab kalau aku tak tahu.
Wooyoung itu berisik, dan itu adalah fakta. Dia akan sangat cerewet tentang hal-hal yang akan aku lakukan, dia pasti akan menasehatiku bolak-balik baru aku boleh melakukannya. Meskipun begitu Wooyoung adalah sosok orang yang setia, dalam keadaan apapun dia benar-benar tak pernah meninggalkanku sedetikpun. Dan inilah Wooyoung, aku bangga memilikinya disisiku sebagai sahabat tentunya.
"Lo tadi gak sarapan?" tanya Wooyoung tiba-tiba hingga aku yang baru saja mengecek belanjaan terpaksa menoleh. Biar ku tebak, pasti Wooyoung melihat mangkuk bubur yang sudah kosong di sebelahku, makanya dia bertanya.
"Lah ini gue sarapan." jawabku enteng. Yakinlah kalau sebentar lagi Wooyoung akan mengomel panjang lebar mengenai alasan kenapa aku tidak sarapan di rumah.
"Yuqii, berapa kali gue bilang..."
"Lo harus sarapan di rumah, kalo lo pingsan dijalan kan gak lucu Nyet, ntar siapa yang angkat bayi gajah kayak lo," ucapku panjang lebar meniru persis ucapan Wooyoung yang selalu dikatakannya kepadaku.
Sumpah demi apapun, aku sampai menghafalnya diluar kepala. Ah itu mungkin efek Wooyoung yang selalu memarahiku seperti itu setiap aku lupa sarapan di rumah. Benar bukan dia itu cerewet?
Bisa kulihat Wooyoung mencebik, lelaki itu terlihat menghela napas panjang sambil kembali menatapku.
"Gue udah sarapan Wooyoung sayang, nih baru abis. Dan gue di jalan tadi gak pingsan kok,"
Wooyoung menaikkan satu alisnya, mungkin dia lelah karena terus menasehatiku. Salah satu kebiasaan burukku yaitu aku tak biasa sarapan di rumah, ya karena aku hanya tinggal berdua dengan kakakku yang juga sekolah itu. Tapi nyatanya aku kan tidak pingsan di jalan karena tidak sarapan di rumah. Jadi Wooyoung tidak perlu mengomel panjang lebar bukan?
"Yaudah yaudah, yang penting lo udah sarapan." ucap Wooyoung yang membuatku tersenyum sekarang.
"Lo udah sarapan?" tanyaku kepada Wooyoung.
Wooyoung menganggukkan kepalanya, "Iya udah."
"Bagus deh, ayo ke lapangan. Gue gak sabar mau nonton!" ucapku penuh semangat.
Wooyoung tersenyum sambil geleng-geleng kepala ketika melihatku melesat duluan. Aku berjalan riang menuju ke lapangan sambil sesekali menoleh ke belakang, sekedar memastikan kalau Wooyoung berada di belakangku. Dan benar saja, lelaki itu berjalan di belakangku dengan kedua tangannya yang tenggelam ke dalam saku celana.
Thank You
"Wooyoung kita duduk disana aja!" ucapku sembari menunjuk tempat duduk di bawah pohon yang cukuo rindang. Dan kebetulan juga, disana agak sepi jadi aku dan Wooyoung bisa menonton pertandingan antara kelas 11-3 dan 12-2 dengan hikmat.
"Lo kesana dulu Qi, gue ke bang Mingi bentar." ucap Wooyoung lalu melesat menuju ke tempat dimana kumpulan anak kelas 11-3 berkumpul.
Dan ya itu membuatku agak cemberut, karena Wooyoung sering meninggalkanku sendirian seperti sekarang. Kalau saja Shuhua ada disini, aku pasti tidak akan kesepian seperti sekarang. Jadi bukankah aku harus berbesar hati ketika Wooyoung meninggalkanku seperti sekarang karena teman-temannya? Okee aku terima.
Bisa kulihat ada beberapa orang teman Wooyoung disana. Dan parahnya yang aku tahu hanyalah Kak Mingi, entah kenapa pertama kali aku bertemu Kak Mingi aku langsung dengan mudah menghafalnya. Mungkin karena tubuh jangkungnya dengan mata sipit itu jadi aku mudah mengenalinya.
Kuperhatikan mereka semua, satu persatu. Mulai dari teman Wooyoung yang paling tinggi, yang membawa apel, yang paling mini. Sampai kemudian ke Kak Mingi, dan seketika aku membeku. Benarkah yang kulihat ini, Kak Mingi menatap ke arahku?
Thank You
Haii:)
Mari kita ciptakan Song-Song couple versi kita❤
Tapi ini bahkan masi awal, so kita lanjut?
Ready?
Tinggalkan vote+comment yaaa biar apa? Biar cepet lanjuttt 😂
Salam
94
KAMU SEDANG MEMBACA
❝𝐓𝐡𝐚𝐧𝐤 𝐘𝐨𝐮❞ - 𝐌𝐢𝐧𝐠𝐢 [𝐀𝐓𝐄𝐄𝐙]
FanfictionSong Mingi, lelaki itu punya keluarga lengkap. Tapi tetap merasakan arti tak dianggap. Memang benar, kadang yang terlihat baik-baik saja tidak selalu seperti kelihatannya. Song Yuqi, gadis biasa yang mencoba memahami apa itu kebahagiaan bagi seoran...