Yuqi POV
Lambat laun aku mulai merasa kedinginan karena sekarang hujan kembali turun. Dan ya, aku merutuki diriku sendiri yang meninggalkan kardiganku di dalam kelas. Dan sialnya walaupun aku berada di dalam ruangan aku tetap merasa kedinginan.
Aku melirik ke arah meja Bu Irene, hanya memastikan apakah aku yang duduk di pojok baca ini terlihat olehnya. Aku menyender, agak mundur agar bisa melihatnya. Sepertinya dia tidak bisa melihatku karena mejanya menghadap ke Selatan, di sebelah kiri pintu masuk. Cukup jauh dari tempatku.
Setelah puas memperhatikannya, aku mulai menaikan kedua kakiku ke kursi. Membentuk sebuah silangan, di bawah lipatan rok milikku. Untuk mengurangi dingin, kalau kau ingin tahu. Berulang kali aku juga mengusap kedua tangan sebatas bahu berusaha menciptakan hangat.
Biasanya aku akan pergi ke Perpustakaan bersama Shuhua atau setidaknya Wooyoung. Tapi hari ini Shuhua ijin, dia perlu mengurus sesuatu katanya. Dan Wooyoung? Ah dia pasti tengah bersama dengan Yeosang entah karena apa. Makin kesini aku juga semakin tidak ingin membebani lelaki itu untuk terus ikut bersamaku. Toh, Wooyoung pasti ingin melakukan sesuatu juga. Terlepas dari yang ingin dilakukannya bersamaku.
Oh ya, ngomong-ngomong, saat ini semua guru tengah melakukan rapat. Tidak tahu untuk apa, acara tahunan sekolah mungkin. Aku juga tidak yakin, jadi daripada aku bosan di kelas karena tidak ada Shuhua lebih baik aku di sini bukan? Menghabiskan waktu dengan membaca novel penuh romansa. Aku sedikit miris sih, semua kisah itu terlihat sempurna. Tidak, bukannya aku mengeluh mengenai hidupku atau apa, tapi seperti aku tidak pernah mengalami hal-hal luar biasa seperti yang tengah kubaca. Ah ralat, kemarin bukankah aku baru merasakannya? Bersama Kak Mingi.
Tanpa sadar bibirku melengkung ke atas, membentuk sebuah simpul senyuman. Entah kenapa kalau aku mengingatnya aku bisa sangat menjadi malu tiba-tiba. Kenapa juga aku bisa sampai seperti itu kepada lelaki kecuali Wooyoung dan Kakakku tentunya. Karena mereka adalah dua orang yang sudah ada di hidupku sejak lama. Tapi, apa itu wajar jika aku melakukannya kepada Kak Mingi? Kakak kelas yang bahkan belum genap dua bulan ku kenal.
"Apasih," aku berdecih kecil lalu menggelengkan kepalaku. Bisa-bisanya aku memikirkan hal seperti itu, benar-benar bukan tipeku kurasa.
Mencoba melupakan apa yang baru saja terlintas dalam pikiranku. Aku memutuskan untuk kembali fokus pada bacaanku. Kalau aku sendiri tidak salah, sepertinya sudah hampir setengah jam aku disini. Biarkan saja, rapat itu akan berlangsung sampai pulang sekolah. Jadi aku akan puas membaca dengan tenang disini.
Aku seperti benar-benar tenggelam dalam bacaanku sampai akhirnya aku mulai merasakan tak lagi kedinginan. Aku melihat kardigan hijau mint milikku sudah tersampir di kedua bahuku. Aku mengerutkan kening, lalu mendongak.
"Uhuk, K- Kak?" aku kaget, sampai sempat terbatuk kecil. Sejak kapan Kak Mingi berada masuk dan menyampirkan kardigan ini di bahuku. Demi apapun, aku tidak merasakan ada orang yang mendekat tadi.
"Eh kok batuk?" aku menutup mulutku dengan tangan kiri, sedangkan yang kanan kugunakan untuk mengelus tenggorokanku yang agak aneh.
Setelah beberapa menit mereda, aku melihat Kak Mingi. Sekarang lelaki itu sudah duduk di sebelahku, lengkap dengan baju OSIS miliknya yang di keluarkan. Benar-benar tipe badboy pada umumnya. Tapi kadang aku juga berpikir, Kak Mingi itu sangat populer tapi dia 'seolah' dekat denganku. Ah aku tidak tahu sih, dia hanya dekat denganku atau dengan yang lain juga. Aku tidak bisa menebak pikiran orang populer bukan?
"Sori, sebenernya tadi gue udah bawa minum tapi lo tahu kan di perpus gak di bolehin?" ucap Mingi kepadaku.
"Eh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
❝𝐓𝐡𝐚𝐧𝐤 𝐘𝐨𝐮❞ - 𝐌𝐢𝐧𝐠𝐢 [𝐀𝐓𝐄𝐄𝐙]
FanfictionSong Mingi, lelaki itu punya keluarga lengkap. Tapi tetap merasakan arti tak dianggap. Memang benar, kadang yang terlihat baik-baik saja tidak selalu seperti kelihatannya. Song Yuqi, gadis biasa yang mencoba memahami apa itu kebahagiaan bagi seoran...