Hari Ini

91 18 4
                                    

Yuqi POV

Aku tidak tahu kalau rasanya akan sangat tidak mengenakan seperti sekarang. Aku juga tidak tahu kalau misal Kak Mingi akan membawaku ke tempat ini. Jujur, dengan bodohnya tadi aku menangis di depan Kak Mingi. Dan parahnya lagi itu karena masalah yang tidak aku ketahui sama sekali. Seseorang, tolong bilang kalau aku bodoh.

Aku menghela napas, menggigit bawahku dengan pandangan yang terus tertuju ke bawah. Sudah lima menit sejak Kak Mingi meninggalkanku sendiri disini. Lelaki itu berjalan ke arah Selatan, entah kemana aku juga tidak tahu pasti. Yang pasti lelaki itu mewanti-wanti agar aku tetap pada tempatku duduk saat ini.

"Nih," aku sempat melirik sebentar sebelum akhirnya sempurna mendongak. Menatap sebuah cone  es krim yang kini terulur di hadapanku.

Aku menerimanya, tanpa sadar dengan sedikit tersenyum. Sedangkan Kak Mingi juga mengambil duduk di sebelahku. Sementara aku hanya meletakkan es krim itu di pangkuan, tanpa berniat untuk memakannya.

Ngomong-ngomong, aku sudah tidak membutuhkan apapun, sungguh. Kalau misal pertanyaan itu masih belum sempat di jawab oleh Kak Mingi, aku akan benar-benar mencoba untuk menerimanya. Bagaimanapun juga, pasti Kak Mingi butuh waktu untuk semuanya. Dan dengan bersikap seperti tadi bukankah aku terdengar sangat egois? Ya, aku memang seburuk itu.

"Dimakan dong, gue udah beliin lho masa gak dimakan."

Lamunanku buyar, lamat-lamat aku menolehkan kepalaku menghadap lelaki yang dengan senyum lebarnya itu juga menatapku.

Kak Mingi menaikkan sebelah alisnya, sedangkan aku hanya diam. Kembali menatap pemandangan di depanku dengan pandangan yang sama datarnya dengan permukaan air itu. Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi rasanya aku sangat enggan untuk berbicara, meskipun aku tidak marah dengan Kak Mingi sekalipun.

Beberapa kali angin yang berhembus membuatku kesusahan. Karena helaiannya yang menutup mengganggu mataku. Aku membuka bungkus es krim itu dan mulai memakannya. Tapi lagi-lagi angin itu seperti menggangguku.

"Nanti rambut lo kena es krim." rasanya jantungku seperti berhenti berdetak saat itu juga. Kak Mingi sudah ada di belakang bangku yang sebelumnya dia duduki. Aku merasakan kedua tangannya menangkup rambutku menjadi satu dan mengikatnya dengan karet yang entah dapat darimana.

Demi apapun, aku hampir tidak bisa bernapas ketika jemari besar itu menyentuh setiap helai rambutku. Rasanya benar-benar tidak terduga.

"Nah udah selesai," Kak Mingi kembali ke tempatnya duduk. Dan masih sempat-sempatnya melemparkan senyuman lebarnya itu kepadaku.

"Kalo gitu kan rambut lo gak akan kena es krim," lanjutnya.

Tuhan, pasti sekarang wajahku sudah bersemu karena ulahnya. Sekarang bagaimana aku harus bersikap di depan Kak Mingi.

Aku benar-benar malu, sungguh. Dan bukannya menjawab pertanyaannya, aku malah semakin cepat menghabiskan sisa es krim di tanganku. Lengkap dengan senyum tertahan dan hatinya yang semakin menghangat.

Siapa bilang aku bisa marah lama-lama dengan Kak Mingi? Nyatanya sikapnya hari ini jauh lebih membahagiakan daripada apapun. Jadi, bagaimana aku bisa marah dengannya. Dasar Yuqi bodoh, untuk apa aku bertingkah seolah aku marah padanya kalau akhirnya aku sendiri akan jatuh kedalam pesonanya lebih dalam?.

Benar-benar bodoh.

"Ekhem," aku berdeham, benar-benar tidak tahu harus bilang apa ataupun bersikap bagaimana kepada Kak Mingi.

Dan yang aku tangkap adalah dia masih sibuk menghabiskan es krim miliknya tanpa ada gangguan sama sekali.

"Makasih," ucapku pelan. Setelah aku pikir-pikir, mana mungkin kami berdua akan diam terus menerus begini. Setidaknya harus ada sepatah kata yang keluar dari mulutku untuk merespon tindakannya.

❝𝐓𝐡𝐚𝐧𝐤 𝐘𝐨𝐮❞ - 𝐌𝐢𝐧𝐠𝐢 [𝐀𝐓𝐄𝐄𝐙]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang