18.30
"Gue nginep di sini aja deh, boleh ya? Abang gue yang sok sibuk itu pada pulang tengah malem. Masa iya gue pulang ke rumah tengah malem? Yang ada ntar gue diculik, kan bahaya."
"Halah, siapa juga yang mau nyulik lo?"
"Tante-tante genit. Boleh ya?"
"Ya boleh lah, lo ambil seragam dulu gih ke rumah."
"Gak usah."
Eric mengernyit heran. "Lo besok ga sekolah?"
"Udah bawa di tas."
"Kok bisa bawa?"
"Firasat aja sih, eh ternyata bener."
"Alah gaya lo firasat, emang Roy Kiyowo?" tanya Eric. Sedangkan Jeno hanya terkekeh.
Keduanya mendadak saling diam, kembali sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Eric yang sedang berkutat dengan pensil dan kanvasnya. Sedangkan Jeno yang sedang sibuk membalas satu persatu chat yang masuk ke handphonenya.
"Gawat Ric! Tugas biologi yang tadi dikasih dikumpulin besok!" seru Jeno panik setelah membaca pesan pemberitahuan dari ketua kelas di grup kelasnya itu.
"Terus?" Eric hanya menanggapi dengan ekspresi biasa saja dan tetap berkutat dengan kegiatan menggambarnya.
"Ya terus gue kan ga bawa buku biologi," jawab Jeno.
"Tunggu deh, bukannya dikumpulin Rabu depan?" tanya Eric sambil mengalihkan pandangannya ke arah Jeno.
"Tadi dikasih tau Yoshi kalo dikumpulin besok. Coba cek grup deh," jawab Jeno menjelaskan. Iya, Yoshi merupakan ketua kelas di kelas mereka berdua.
Eric langsung mengecek notifikasi grup di ponselnya. "Untung aja gue udah ngerjain tadi siang."
"Hah? Tumben amat lo ngerjain pas siang? Biasanya juga pagi-pagi udah nyontek ke gue."
"Ga tau, kayanya gue kesambet dedemit baik deh, makanya ngerjain tadi siang."
"Yaudah gampang deh."
"Gampang apaan maksud lo?"
"Ya gampang, gue tinggal nyalin punya lo aja, eheheh."
Eric hanya memutar bola mata jengah.
"Temenin gue ke rumah yuk," ajak Jeno pada Eric yang masih sibuk dengan kegiatan menggambarnya.
"Hayuk," jawab Eric sambil meletakkan pensil dan kanvasnya lalu mengambil jaket yang ia gantungkan di belakang pintu kamarnya.
Cklek!
"Eh Mama," sapa Eric ketika pintu utama rumahnya terbuka dari arah luar.
Menampilkan ibunda Eric sambil tersenyum menatap mereka berdua. Tiffany Grissham. Ia baru saja pulang dari kantornya.
Ia langsung menyalimi tangan Tiffany. Begitu juga dengan Jeno yang ikut menyalimi tangan mama sahabatnya itu.
"Eh ada Jeno," kata Tiffany sambil menatap Jeno dan tersenyum ramah.
"Iya Tante, saya boleh ya nginep di tumah Tante?" tanya Jeno.
"Ya boleh dong," jawab Tiffany. "Kalian ini pada mau ke mana?" lanjutnya ketika menyadari Eric membawa kunci motor di tangannya.
"Ini mau nganter Jeno dulu ambil buku biologi di rumahnya," jawab Eric.
"Oh yaudah hati-hati di jalan, ga usah kebut-kebutan," jawab Tiffany sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
"Siap Tante!"
•
•
•Jeno segera naik ke lantai dua dimana kamarnya berada lalu mengambil buku biologinya, sedangkan Eric menunggu di ruang tamu.
"Udah?" tanya Eric ketika melihat Jeno berjalan menghampirinya.
"Udah, lo keluar duluan aja, gue mau ngandangin si Mue dulu," jawab Jeno yang mendapat anggukan kecil oleh Eric.
Eric segera berjalan ke luar rumah terlebih dahulu. Ia menatap sekeliling perumahan Pearl Residence yang suasananya sangat sepi itu.
Pandangannya berhenti pada rumah yang berada tepat di depan rumah Jeno. Tepatnya di balkon rumah kosong itu.
Di sana, terlihat seorang perempuan cantik yang sedang berdiri menatap Eric sembari tersenyum manis.
Eric yang diberi senyuman oleh perempuan itupun membalasnya.
"Weh anjir, enak banget si Jeno bisa ketemu sama cewek itu tiap hari," gumam Eric sambil masih menatap perempuan itu.
"Lo ngapain diem di situ?" tanya Jeno tiba-tiba dari arah belakang.
"Eh Jen, itu cewek namanya siapa sih? Cantik banget, bagi nomer WAnya dong," tanya Eric sambil menunjuk perempuan di balkon itu.
Jeno mengikuti arah tunjuk Eric.
"Ayo cepet balik ke rumah lo!" kata Jeno terkejut sambil menarik tangan Eric.
Eric yang kebingungan dengan tingkah Jeno hanya menuruti kata-kata Jeno lalu segera menuju rumahnya kembali.
"Lo kenapa sih?" tanya Eric yang sebenarnya sudah kebingungan sejak tadi. Dan tentu saja sudah sampai di kamarnya lagi.
"Lo pengen tau nama cewek yang tadi siapa?" tanya Jeno memastikan. Eric mengangguk semangat.
"Namanya--" Jeno menggantungkan ucapannya.
Eric semakin penasaran. "Siapa?"
"Gue juga ga tau namanya siapa," jawab Jeno santai.
"ANJIR! GUE KIRA LO TAU NAMANYA SIAPA!"
"Emang gue ga tau namanya siapa. Tapi--"
"Tapi apa?"
"Tapi sebenernya dia itu setan Ric!" jawab Jeno dengan suara berbisik.
Eric terbelalak. "HAH?!"
"Emang ekspresi gue keliatan bercanda?" tanya Jeno dengan memasang ekspresi datar di wajahnya.
Eric semakin terbelalak. "HAH?! LO SERIUS?!"
Jeno hanya mengangguk pelan.
"Tapi kok bisa sih kalo dia itu setan?" tanya Eric yang masih tidak percaya.
"Ya bisa lah."
"Kok dia cantik gitu?"
"Ya kan lo yang liat, bukan gue."
"Serem ga sih wujudnya?"
"Banget."
Jeno segera mengeluarkan alat tulis dari dalam tasnya dan bersiap akan mengerjakan tugas biologi. Ah tidak, menyalin pekerjaan Eric lebih tepatnya.
"Ric, mana buku tulis lo?" tanya Jeno. Namun Eric hanya diam, ia masih memikirkan wanita yang berdiri di balkon rumah kosong itu.
"Yaelah Ric, ga usah dipikirin gitu. Dia itu emang setan, bukan cewek cantik. Lo jangan terjebak sama dia," sahut Jeno yang seolah mengerti isi pikiran Eric.
"Terjebak gimana maksudnya?"
"Ya terjebak, contohnya kayak tadi, lo terpesona kan sama cewek itu?"
"Iya juga sih."
"Nah makanya, sekarang mana buku biologi lo?"
"Tuh ambil aja di meja," jawab Eric sambil menunjuk meja belajar lalu kembali sibuk dengan kegiatan menggambarnya yang tadi sempat tertunda.
Lima menit berlalu...
"Lo serius ga sih kalo yang tadi itu setan?" tanya Eric lagi. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Jeno tadi.
Jeno menoleh. "Yaelah, ngapain juga gue becanda soal gituan."
"Oh atau jangan-jangan lo bilang kalo dia itu setan biar gue gak minta WAnya dia gitu?"
"Yaampun Ric, gue harus bilang berapa kali sih ke lo? Yang tadi itu beneran setan. Kalo ga percaya yaudah terserah."
•~• •~• •~•
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Abandoned House
Mystery / ThrillerTentang Jeno dan ketiga kakaknya yang mengungkap misteri rumah kosong. [END]