15. Rapat Mendadak

922 183 1
                                    

15:15

"Loh, kok ada di sini?" gumam Eric ketika baru saja menemukan benda yang tak seharusnya berada di meja di kamarnya sendiri.

Iya, benda itu adalah kalung kristal yang ditemukan Jaehyun tempo hari.

"ERIIIIC! AYO TURUN MAKAAAAN!" teriak Tiffany dari lantai bawah.

Eric tidak menjawab teriakan Tiffany. Ia hanya terdiam kaku. Karena,

sosok hantu anak kecil itu muncul di kamar Eric. Melayang di balik jendela kamar dengan tatapan tajam ke arahnya.

Eric menelan salivanya. Dengan susah payah ia memalingkan pandangannya dari wajah hantu anak kecil itupun tidak bisa.

Alhasil, ia terus menatap hantu anak kecil yang saat ini sudah berada di hadapannya.

"Itu punyaku!" ujar hantu anak kecil itu sambil menunjuk kalung kristal yang dipegangnya.

Eric masih terdiam. Terdiam karena rasa takutnya ketika melihat wajah hantu anak kecil itu dari jarak yang sangat dekat. Sampai akhirnya,

Cklek!

"Eric, ayo makan."

Sosok hantu anak kecil itupun seketika menghilang dari hadapan Eric ketika Tiffany tiba-tiba membuka pintu kamar Eric tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Nak, kamu kenapa?" tanya Tiffany sambil mengguncangkan tubuh Eric karena ia hanya terdiam kaku setelah melihat sosok hantu anak kecil itu.

"Hey Nak! Sadar!" sahut Tiffany lagi. Kali ini ia menepuk-nepuk kedua pipi Eric. Namun tetap saja ia belum tersadar dari keterkejutannya.

Tiffany mencoba menepuk-nepuk pipi Eric sekali lagi. Berharap anaknya itu segera sadar dari keterkejutannya.

"A-ada hantu Ma..."



20:10

"Loh, itu kucing siapa Bang?" tanya Jeno ketika melihat Jaehyun sedang duduk di sofa sambil mengelus kucing yang ia tidak kenal itu kucing milik siapa.

"Punya temen gue, dia nitip sehari di sini," jawab Jaehyun. Masih tetap mengelus kucing yang berada di pangkuannya itu.

"Dia ngebawain makanan kucingnya ga?"

"Engga."

"Lah terus makanan si Mue dibagi sama kucing itu dong?"

"Iya lah."

"Pokoknya kalo makanan si Mue habis, lo harus gantiin!"

"Iya-iya, pelit amat sih lo."

"Bukannya pelit, makanan kucing itu belinya pake duit gue sendiri. Mahal lagi."

"Woy! Bisa diem gak sih?! Gue fokus liat tv nih!" sahut Mark yang memang sedari tadi duduk di sofa sambil menonton TV.

"Tau tuh si Jeno," sahut Minho yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Baru dateng nyalahin, tau juga kagak!" sahut Jeno tak terima.

"Gimana tadi? Apa kata si pemilik kosnya?" tanya Mark mengalihkan pembicaraan.

"Kita gak nanya ke si pemilik kos itu," jawab Minho yang kini sudah duduk di sofa bersama yang lainnya.

"Lah terus? Ke siapa?" tanya Jaehyun.

"Ke nenek tua," jawab Jeno.

"Jadi gini ceritanya--" Jeno menghela nafas sejenak lalu menceritakan semua kejadian di rumah nenek tua itu pada Jaehyun dan Minho.

"Jadi dokter Saerom menghilang sejak tiga tahun yang lalu?" ulang Jaehyun.

"Dan dia menghilang sehabis dari rumah pasiennya?" ulang Mark.

"Iya, aneh kan?" jawab Minho. Jaehyun dan Mark mengangguk.

"Berarti kalo kita mau nyelidiki masalah dokter Saerom lebih dalem, kita harus tau pasiennya waktu itu siapa. Kan bisa jadi dia yang terakhir kali liat dokter Saerom," sahut Jaehyun.

"Nyari pasiennya di mana? Itu kan kejadian tiga tahun yang lalu. Pasiennya bisa aja udah gede atau udah--" Minho menggantungkan ucapannya.

"Meninggal!" sahut Jeno.



7 Januari 2019

06:50

"Nyet!" panggil Eric pada Jeno yang sedang sibuk bermain game di ponselnya. Saat ini, mereka berdua sedang berada di dalam kelas. Atau lebih tepatnya duduk di bangkunya sendiri.

"Napa?" tanya Jeno. Matanya masih tetap melihat layar ponselnya.

"Gue kemaren dihantui sama hantu anak kecil yang lo ceritain itu," jawab Eric.

Jeno yang awalnya fokus bermain game, seketika langsung tertarik dengan topik yang dibicarakan Eric.

"Terus?" tanya Jeno penasaran setelah mempause gamenya.

"Nih kalungnya, lo aja yang bawa." Eric mengeluarkan kalung kristal itu dan memberikannya pada Jeno.

"Loh, kok ada di lo? Perasaan gue ga ngasih kalung ini ke lo deh."

"Gue juga gatau, tiba-tiba aja udah ada di meja di kamar gue."

"Oh gitu. Terus gimana hantu anak kecil itu?"

"Jadi gini--" Eric menghela nafas sejenak lalu menceritakan semua kejadian di kamarnya sendiri pada Jeno.

"Jadi, kalung ini punya hantu anak kecil itu dong?"

Eric mengangguk. "Iya mungkin, katanya sih gitu."

"Btw, kemaren gue sama bang Minho udah berhasil nyari info tentang dokter Saerom."

"Dapet info apa?"

"Jadi dokter Saerom itu menghilang sejak tiga tahun yang lalu."

Eric terbelalak. "Hah? Kok bisa?!"

Jeno hanya mengedikkan bahunya tanda tidak tahu.



Para guru SMA Garuda Sakti hari ini tengah mengadakan rapat mendadak. Sehingga para murid dari kelas X sampai XII dipulangkan lebih awal yaitu jam sepuluh. Tidak seperti biasanya pada jam tiga sore murid-murid baru dipulangkan.

"Ric, lo ga pulang?" tanya Jeno ketika melihat Eric masih menunggu di depan pagar sekolah.

"Nunggu jemputan," jawab Eric.

"Lah, tumben lo dianter?" tanya Jeno.

"Motor gue lagi di bengkel, tadinya mau bareng Hwall tapi ga jadi," jawab Eric. Memang kebetulan rumahnya bersebelahan dengan rumah Hwall. "Lo bawa motor kan? Gue nebeng lah sampe rumah," lanjutnya.

"Gue nunggu jemputan juga," jawab Jeno lalu mengeluarkan ponselnya dari tasnya dan ikut duduk di sebelah Eric.

"Lah terus gimana dong, mana gue tadi bilang ke Papa pulang jam tiga lagi," sahut Eric.

"Angkot juga gak ada yang lewat," sahut Jeno sambil memperhatikan jalanan yang sangat sepi.

"Telpon abang lo gih, suruh jemput ntar gue nebeng."

"Di rumah ga ada orang, pada di kampus semua."

"Sambil nunggu jemputan kita pergi ke warkop situ aja kuy! Gabut juga lama-lama nunggu di sini."

"Cabut!"

Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menunggu di warkop yang letaknya tepat bersebelahan dengan sekolah mereka. Namun baru saja mereka beranjak dari duduknya, tiba-tiba...


































GREP!

•~• •~• •~•

To Be Continue

Abandoned HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang