12. Panik

933 192 8
                                    

"Nemuin siapa?"

Mereka berdua terkejut. Refleks, mereka menoleh ke sumber suara. Dan ternyata itu Jeno yang entah sejak kapan berdiri di belakang mereka berdua.

"Nemuin siapa sih?" tanya Jeno sekali lagi yang tidak mendapat respon dari kedua kakaknya itu.

"Emang nemuin siapa?" jawab Jaehyun yang berusaha tidak menjawab dengan gugup.

"Untung aja Bang Je ga gugup jawabnya, kalo gugup bisa curiga nih si Jeno," batin Minho lega.

Jeno terdiam. Menatap Jaehyun dan Minho dengan tatapan penuh selidik. Membuat mereka berdua semakin was-was jika Jeno mendengar semua percakapan mereka.

"Heh! Biasa aja kali natapnya!" sahut Minho.

"Tau tuh," sahut Jaehyun.

"Eheheh, takut ya sama tatapan gue? Emang mata gue itu mata elang," jawab Jeno sambil tertawa kecil.

"Apa hubungannya sama mata elang?"

"Ada lah pokoknya," jawab Jeno sambil berjalan ke arah tong sampah. Ternyata, ia keluar hanya untuk membuang sampah dapur yang sudah penuh.



19:30

"Kau lihat sendiri kan tadi? Mayatmu sudah ditemukan," kata Jeno pada hantu Saerom.

Ya, saat ini ia sedang berbicara dengan hantu Saerom di kamarnya.

"Iya aku lihat, terimakasih kau sudah mau membantuku untuk menemukan mayatku. Tapi, aku masih belum ingat siapa pelaku sebenarnya," jawab hantu Saerom yang melayang tak jauh dari tempat Jeno duduk.

"Tenang saja, aku akan membantumu mencari tahu pelaku kejam itu."

"Benarkah? Kau masih mau membantuku? Setelah kau menemukan mayatku?"

"Tentu saja, melihat wujudmu yang mengenaskan itu membuatku tak tega membiarkanmu masih bergentayangan di dunia nyata ini," jawab Jeno sambil melihat wujud dokter Saerom yang sangat menyeramkan itu.

"Maaf, apa perlu aku merubah wujudku terlebih dahulu? Agar kau nyaman bicara denganku?"

"Tidak perlu."

"Kenapa? Apa kau tidak takut melihat wujudku?"

"Tidak, aku sudah terbiasa melihat hantu-hantu menyeramkan sepertimu."

"Benarkah? Apa kau sebelumnya pernah membantu arwah penasaran sepertiku?"

"Belum, kau arwah yang pertama kali meminta tolong padaku."

"Sekali lagi terimakasih kau mau membantuku untuk mencari pelakunya." Jeno hanya menjawab dengan anggukan kecil.

Jeno terdiam beberapa saat. Hingga sebuah pertanyaan terlintas di otaknya. "Apa kau ingat siapa mayat anak kecil yang ditemukan bersama mayatmu itu?"

Dokter Saerom terdiam. Berusaha mengingat-ingat siapa anak kecil tersebut.

"Maaf, aku tidak ingat."

"Oke. No problem."



"Pa, Ma, tau nggak?" tanya Eric pada kedua orang tuanya. Iya, saat ini keluarga Grissham sedang duduk bersantai di ruang keluarga.

Tiffany yang semula melihat televisi mengalihkan pandangannya ke anak semata wayangnya itu. Begitu juga dengan Papa Eric, Leeteuk Grissham. Yang semula membaca koran itu juga mengalihkan pandangannya ke arah Eric.

"Ya nggak tau lah, kan kamu belum bilang," jawab Leeteuk.

"Kenapa sayang?" tanya Tiffany.

"Jadi gini, di depan rumah Jeno itu kan ada rumah kosong, nah tadi sore polisi nemuin dua mayat perempuan di dalem rumah kosong itu di dalem peti besar. Mayatnya udah busuk banget. Terus di sekujur tubuhnya itu ada banyak luka sayatan."

"Hah? Masa sih?" tanya Leeteuk.

"Iyaa Pa, serem banget pokonya."

"Terus?" sahut Tiffany.

"Terus aku sama Jeno sama kakaknya bantuin polisi itu buat evakuasi mayatnya. Ada wartawan juga Ma. Mungkin habis ini ada beritanya di tv."

"Breaking News!"

Ketiga orang yang berada di ruang keluarga itu sontak menolehkan kepalanya ke arah tv yang menampilkan sebuah berita.

"Nah itu beritanya Ma!" kata Eric.

"Ditemukan dua mayat perempuan di dalam sebuah peti besar di salah satu rumah di perumahan elit Pearl Residence. Diduga mayat tersebut sudah lama dibiarkan membusuk di dalam peti tersebut.

Pihak kepolisian masih menduga bahwa kasus ini adalah kasus pembunuhan karena di tubuh salah satu mayat masih terdapat sebilah pisau yang lumayan panjang.

Kedua mayat perempuan tersebut segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diotopsi. Pihak kepolisian saat ini tengah berusaha mencari pelaku pembunuhan tersebut."

"Lahiya ya, serem gitu Nak."

"Tega banget orang yang bunuhnya. Paling ga jauh dari masalah uang atau jabatan," kata Leeteuk yang diangguki oleh Tiffany.

"Kok Papa tau?" tanya Eric.

"Nebak aja."



4 Januari 2019

Dok Dok Dok!

"JEEENN!!! BUKAIN PINTUNYAAA!!!" Mark menggedor-gedor pintu kamar Jeno dengan sangat kencang.

Tidak ada sahutan dari dalam. Tentu saja, sekitar pukul dua dini hari siapa yang masih setia membuka matanya?

Dok Dok Dok!

"JENOOO!!! CEPET BUKAIIIINN!!"

Mark kembali berteriak dan mengetuk pintu kamar Jeno lagi. Berharap si empu kamar bangun dan membukakan pintu untuknya.

Selang beberapa detik, teriakan Mark membuahkan hasil.

Jeno membukakan pintu kamarnya dengan wajah kusut khas orang bangun tidur yang terpaksa.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Mark langsung saja masuk ke dalam kamar Jeno lalu merebahkan tubuhnya di kasur dan menyelimuti sekujur tubuhnya.

Persis seperti anak kecil yang sangat ketakutan setelah melihat sesuatu yang menyeramkan.

Jeno masih berdiri di dekat pintu dengan ekspresi kebingungan melihat tingkah Mark yang menurutnya sangat aneh itu. Ia ingin bertanya tetapi rasa kantuknya masih terlalu besar.

Akhirnya, ia memutuskan untuk menutup pintu kamarnya lagi lalu tidur di sebelah Mark.

Jika matahari sudah muncul ia akan menanyakannya pada Mark, pikirnya.

•~• •~• •~•

To be continue

Abandoned HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang