12

42.7K 2.1K 250
                                    

Gak tau ngefill atau enggk...
Gue nulis pas banget baru buka mata langsung pegang hp tanpa cuci muka atau ngumpulin nyawa dulu.

Suka baca, gak suka close aja. Jangan tinggalkan komentar buruk buat nyerang penulis secara pribadi. Hanya di perbolehkan komentar mengenai cerita.

Terimakasih buat komen reader-nim d part 11, komentar pertama yang nembus 100 lebih. Kesannya emang lebay tapi buat gue itu luar bisa karena baru bisa nembus komen 100.

Terimakasih juga buat Reader-nim yang banyak memberikan Vote.


Setelah membersihkan diri sisa pergumulan dengan sang suami. Luhan pamit pulang dengan perasaan senang yang membuncah.

Berbeda dengan Chanyeol yang memijat pangkal hidungnya sambil bersandar pada sandaran sofa. Ia menghela nafas hampir saja kebohongannya terbongkar.

"Baekhyun." Gumamnya saat ia teringat akan keberadaan si mungil.

Ia segera beranjak menghampiri meja kerjanya, dan sedikit menggeserkan kursi kebesarannya.

Hatinya merasa ngilu melihat keadaan si mungil yang tengah tertidur dengan posisi duduk dan kaki yang tertekuk, jangan lupakan sisa air mata yang sudah mengering masih tampak jelas terlihat di pipi bulat tersebut.

Chanyeol yakin jika Baekhyun telah mendengar semuanya, Semua ucapannya termasuk suara itu.

Ia berjongkok dan menempatkan tangannya di perpotongan tengkuk dan kaki baekhyun. Menariknya secara perlahan agar tidak terbentur sisian meja.

Setelah berhasil, Chanyeol menggendong Baekhyun dan menidurkannya di sofa, membuat si mungil menggeliat nyaman dalam tidurnya.

Chanyeol terduduk di lantai, merapihkan rambut Baekhyun yang sedikit basah dan menyeka keringat pada dahi kekasihnya.

Untuk ke sekian kalinya ia merutuki kebodohan dirinya sendiri yang tak bisa mengontrol nafsu. Sekarang lihatlah akibat dari perbuatannya, Baekhyunnya terluka.

"Maafkan aku. Sungguh maafkan aku." Chanyeol menggenggam tangan si mungil dan mendaratkan satu kecupan di dahinya.

"Eunghhhh.." Mata indah itu perlahan terbuka merasakan gangguan dalam tidurnya.

Kesadaran Baekhyun belum sepenuhnya kembali namun tubuhnya merasakan pelukan hangat dari pria yang dicintainya.

"Maafkan aku Baekhyun. Maafkan kebodohanku." Chanyeol semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Baekhyun.

"Maafkan aku, aku khilaf."

"Baekhyun percayalah apa yang ku katakan pada Luhan tak semuanya benar. Aku mencintaimu." Lirih Chanyeol terisak.

Baekhyun melepaskan pelukan itu, menatap lekat wajah tampan kekasihnya.

"Kau jelek jika menangis seperti ini." Baekhyun tertawa kecil menghapus air mata Chanyeol.

"Jika aku jelek apa kau tak akan menyukaiku lagi." Chanyeol memberenggut memanyunkan bibirnya dengan wajah memelas.

"Cih, jangan menunjukan ekspresi seperti itu lagi sungguh sangat membuatku mual." Si mungil berdecih.

Namun beberapa saat kemudian tawanya meledak. Chanyeol yang merasa sedang di kerjai hanya menatap Baekhyun yang tengah tertawa dengan tatapan datarnya.

"Sudah puas menertawaiku Nyonya Park?"

"Siapa yang kau panggil Nyonya park? Bukan kah Nyonya Park sudah pulang." Senyuman miring tercetak jelas d bibir tipis itu.

"Tentu saja kau, menurutmu siapa lagi? Bukankah sudah ku katakan jika kau Calon Nyonya Park."

"Calon Nyonya Park? Sudah jelas bukan masih terdapat kata Calon yang berarti belum bisa merubah margaku yang sekarang."

Untuk kedua kalinya Chanyeol merasa tertohok dan kalah telak dengan ucapan Baekhyun.

Ia akui jika apa yg di katakan Baekhyun memang benar adanya. Tapi merubah marga orang lain agar sama dengannya bukankah membutuhkan waktu untuk mengenal satu sama lain? Saling memahami juga yang terpenting selain saling mencintai harus di barengi dengan menerima kelebihan dan kekurangan pasangan.

Telapak tangan Chanyeol menapak tepat di atas kepala Baekhyun. "Aku, Park Chanyeol berjanji akan selalu mencintai Byun Baekhyun dan mengubah Margamu menjadi Park Baekhyun." Sesaat mata sipit itu terpejam sebelum akhirnya terbuka kembali mendengar sumpah janji yang terucap dari bibir sang kekasih.

"Chan........" Mata itu berkaca-kaca, hatinya berkecamuk merasakan dilema antara meraskan kebahagiaan atau justru kesedihan.

Tangan kecil itu meraih tangan yang masih setia bertengger di atas kepalanya. Menautkan jari-jari lentiknya di sela-sela jari besar itu. "Sangat pas bukan?" Komentarnya melihat kecocokan jarinya yang saling bertautan.

"Sesulit apapun rintangannya, seberapa banyak pun godaannya. Jika kita berjodoh  kita pasti akan kembali bersama. Kau pasti paham bagaimana sakitnya hatiku saat mendengar pengakuanmu di depan Luhan, bagaimana suara kalian yang terus menyebut nama satu sama lain saling bersautan. Tapi aku sadar bagaimana posisiku sekarang, bukan kah itu sebuah resiko yang ku dapat sebagai simpananmu?"

Chanyeol dapat meraskan jika wajah manis itu mulai menyendu.

"Aku senang jika kau benar-benar serius mencintaiku dan akan menjadikan ku Nyonya Park. Tapi ku mohon jangan pernah berjanji Chan." Mata indahnya tak lepas memandang penuh cinta pada pria tinggi yang kini ada di hadapannya.

"Kau tau? Karena Janjimu akan membuatku berharap, janjimu akan membuatku menunggu. Jadi sekarang yang ku inginkan bukti dari cintamu bukan sebuah janji." Baekhyun merasakan tautan tangannya semakin mengerat.

"Cinta kita sedari awal sudah salah Chan, Maka dari itu kita jalani saja. Biarkan takdir yang menentukan akhir dari hubungan kita. Ayo kita terus bersama untuk mengetahui bagaimana ujung takdir ini."

Chanyeol mendekap tubuh kecil Baekhyun, mengecupi pucuk kepala yang beraromakan wangi buah merah berbintik itu. Dia pikir Baekhyunnya akan marah, dia pikir Baekhyunnya akan pergi tapi sebuah ajakan untuk tetap bersama membuatnya bernafas lega.

Dalam hati ia sangat bersuykur dan tetap berjanji akan men-sah kan Baekhyun untuk jadi miliknya seutuhnya baik secara Hukum dan Agama.

"Ayo kita berusaha untuk bisa hidup bersama. Kau mau menungguku kan Baek?" Senyumnya tak tertahan saat sebuah anggukan kepala mengiringi jawaban atas permintaannya.

"Chan...." Si mungil mendongkak.

"Ayo kita hapus jejak istrimu dari seluruh tubuhmu." Sisi egois Baekhyun muncul kembali. Namun hal ini sangat di sukai oleh Chamyeol, tanpa Menunggu lama bibir tebalnya segera menyerang bibir si mungil yang tengah menatapnya lucu.

Tbc

TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang