"Tuan Park kami turut berduka cita, semoga anda di beri banyak kesabaran dan bisa melalui semuanya dengan baik." Ucap salah satu pelayat yang mengikuti proses pemakaman Luhan.
"Terimakasih." Chanyeol membungkuk hormat sebagai tanda terimakasih.
"Kalau begitu kami pamit Tuan Park, sekali lagi kami turut berduka cita."
Dengan wajah sendu Chanyeol serta ayah dan ibu Park menyalami satu persatu para pelayat yang berpamitan pulang setelah prosesi selesai.
Ketika para pelayat telah meninggalkan area pemakaman barulah Chanyeol jatuh berlutut di pusara sang istri. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah membahasi batu nisan yang bertuliskan nama seseorang yang ia kasihi.
Melihat itu, ayah dan ibu Park tak kuasa menahan tangisnya. Sementara Kai dan appa Byun memalingkan wajahnya menahan air mata yang mungkin sewaktu-waktu mengalir tanpa bisa di cegah.
Ayah Park memeluk sang istri yang memang sudah terisak semenjak jenazah Luhan di bawa oleh pihak rumah sakit ke pemakaman. Hingga beberapa saat kemudian ibu Park jatuh tak sadarkan diri.
"Yeobo--"
"Nyonya Park." Teriak Kai dan appa Byun bersamaan.
Mendengar teriakan ketiganya Chanyeol ikut menoleh, segera menghapus air mata dan menghampiri orang tuanya. Membantu ayah Park menggendong sang ibu dan menidurkannya di mobil.
"Ayah pulang saja, bawa ibu istirahat." Perintah Chanyeol yang segera di angguki oleh ayahnya
"Tuan Byun, mau pergi bersama kami?" Tanya ayah Park, karena sedari awal appa Byun ikut bersama mobil ayah Park.
"Tidak kau duluan saja, segeralah bawa istrimu untuk beristirahat. Aku bisa ikut dengan mobil teman menantuku."
Bisa di katakan sebuah kebaikan bagi Chanyeol karena semenjak kepergian Luhan, hubungan ia dan appa Byun menjadi lebih baik.
Mobil ayah Park mulai meninggalkan pemakamam, Chanyeol pun segera meminta Kai mengajak appa Byun pulang. Ia tak ingin kondisi kesehatan appa Byun menurun karena kurangnya istirahat saat membantunya mengurus segala proses untuk pemakaman Luhan.
"Lalu bagaimana dengamu?" Kai sedikit tak setuju dengan ide Chanyeol yang harus membiarkan Chanyeol sendirian di pemakaman.
"Tak usah khawatir, aku bisa pulang menggunakan taksi."
"Kenapa harus seperti itu, kita bisa pulang bersama nak." Appa Byun menyela mencoba membujuk Chanyeol agar pulang bersama.
"Tidak appa, aku masih ingin disini sebentar lagi. Istriku pasti kesepian di dalam sana."
Jika tidak dalam keadaan sedang berduka appa Byun ingin sekali berteriak. "Kau fikir anakku yang baru saja terbangun dari koma tidak membutuhkanmu!"
Sayangnya appa Byun masih tahu diri untuk tidak meneriakan hal itu secara langsung.
"Baiklah jika itu pilihanmu. Berhati-hatilah." Appa Byun mulai melangkahkan kakinya menuju mobil Kai, dan mendudukan dirinya di samping kursi kemudi sambil menunggu Kai yang masih berbicara dengan menantunya.
"Yakin tak ingin pulang bersama kami?"
Chanyeol mengangguk. "Aku masih ingin menemani Luhan. Dia takut dengan gelap, sedangkan di dalam sana pasti sangat gelap. Aku harus menemaninya agar ia tak menangis." Lirih Chanyeol menatap gundukan tanah yang masih basah itu.
"Aku tau kau sangat kehilangannya Park. Luhan Sahabat sekaligus istrimu, ia memang punya ruang sendiri di hatimu dan mungkin ia sudah membawa separuh hatimu pergi bersamanya-- tapi ingat Park, separuh hatimu masih di miliki orang lain yang saat ini sedang menunggumu. Segeralah kembali dia membutuhkanmu." Kai menepuk bahu Chanyeol dan setelahnya ia pamit pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga
Teen Fiction"Bagaimana jika istrimu melihat kita?" Baekhyun semakin menggoda chanyeol dengan melingkarkan kedua kakinya di pinggang pria jangkung itu. "Jika dia melihatnya aku tak masalah, lagipula ia sedang tak berada dirumah." Chanyeol mengecup bibir mungil...