#B - 35

5.5K 970 115
                                    



"ES TEROSSS! Pilek kan tuh!"  Teriak Dowoon terhadap Brian.

"Uhuk!"

"Udah pilek, batuk. Sengsara amat bos idup?"

"Banyak omong ya anak ini." Sungut Brian yang mendapati Dowoon mengoloknya karena ia sedang merasakan sakit.

"Bentar lagu ulang tahun kok sakit. Beneran kasian banget?" Kini Wonpil ikut menimpali.

Brian hanya menggelengkan kepalanya dan merasakan sakit yang kini ia rasakan. Batuk, pilek, tenggorokan kering dan badan yang terasa tak enak membuat Brian sekarang hanya duduk dengan hoodienya di sofa Studio.

"Lo mending ke RS." Usul Jackson. "Nyebar virus lo bos. Nanti kalau anak anak sakit semua, siapa yang mau kerja?"

Brian diam mendengarkan perkataan Jackson. Bukan bermaksud jahat, tapi Jackson juga capek liat Brian yang belagak kuat masih bisa melakukan kegiatan sesuka hatinya padahal kondisinya sekarang jika disentuh sedikit mungkin akan pingsan.

"Gue balik."

Akhirnya Brian memilih untuk mengikutu perkataan Jackson. Ia memutuskan untuk pergi ke RS yang dekat dengan apartmentnya.

Ia segera memdaftarkan namanya untuk periksa dengan dokter umum. Ia mengikuti perkataan Jackson agar ia cepat sembuh dan rencana mengadakan showcase tiga hari lagi akan benar-benar terjadi dan berjalan dengan lancar.

"Silahkan ke lantai 3, Mas. Keluar dari lift langsung ke kanan pojok. Disitu ruangan dokter umum." Jelas staff RS yang membuat Briang menjawabnya dengan anggukan.

Brian segera menuju ke ruangan dokter umum. Ketika sampai ke lantai yang dituju, Brian berkeinginan untuk ke kamar mandi. Letak kamar mandi tak jauh dari ruangan dokter umum. Setelah selesai dengan urusannya, Brian keluar. Betapa terkejutnya ketika baru saja ia keluar dari kamar mandi dan mendapati mangan kekasihnya dengan keadaan pucat dengan jaket kebesaran yang ia tau jelas siapa pemiliknya.

"Ci?"

"Ian?"

Tidak hanya Brian, Archiera pun tak menyangkan akan bertemu Brian sejarang di kamar mandi RS.

"Loh? Kamu kok pucet? Kamu sakit?" Tanya Archiera khawatir sambil ingin mencoba untuk mengeck suh badan dari Brian, tetapi terhenti. Archiera seakan tertampar dengan status mereka yang sudah berubah.

Brian mengambil tangan Archiera yang tak jadi mengecek suhu badannya lewat kening. Setelah digenggam tangan dari Archiera, Brian membawanya untuk menempelkan tangan Archiera di keningnya.

"Kamu.. sakit.."

Brian mengangguk membenarkan.

"Kamu juga sakit."

Archiera terkekeh sedih dengan matanya yang tak berani melihat Brian dan memilih untuk menatap ke arah bawah.

"Kita sama-sama sakit." Bisik Archiera yang masih terdengar oleh Brian. Lalu apa yang bisa Brian lakukan? Dia hanya memilih diam. "Udah minum obat? Kamu sakit dari kapan?"

Ada satu hal yang Brian ingin sekali tanyakan terhadap Archiera. Awalnya ia ragu, tetapi akhirnya dia membulatkan keinginannya untuk bertanya kepada Archiera.

"Ci?" Panggil Brian. Archiera mendongakkan kepalanya dan menatap mata Brian. "Kamu sama ja—"

Pertanyaan Brian terhenti karena seseorang yang datang untuk mencari Archiera.

"Chiera! Kok lam—a banget di kamar mandi?" Sempat tertahan pertanyaan dari Jae ketika melihat Brian kini berada di depan Archiera.

"Eh Kak? Iya.. ngobrol sebentar sama Ian."

"Oh hai bro? Gue kira lo langsung balik apart buat istirahat?" Tanya Jae untuk menghilangkan rasa canggung yang ada.

"Jadi ini pesenan nyokap lo?" Brian langsung to the point. Ia ingat sekali dengan alasan yang Jar katakan ketika ia secara terburu-buru pergi dari Wang Studio.

"We better goin right now, Archiera. Cause you've been called by nurse to come to doctor's room. Shall we?"

Jae tak menanggapi Brian. Ia lebih memilih menyuruh Archiera untuk cepat masuk ke dalam ruang dokter karena namanya sudah dipanggil. Brian benar-benar tak habis pikir dengan Jae yang kini mengajak Archiera pergi dengan tangannya yang bertengger di pundak Archiera.

Jelas, ini semua diluar ekspetasi Brian. Brian pikir, Jae masih dengan cewek yang baru saja dipertemukan kembali setelah sekian lama. Meski keadaanya kini cewek tersebut sudah mempunyai suami. Tetapi Brian ingat dengan jelas, bahwa Jae ingin membawa cewek tersebut pergi dan lepas dari suaminya yang tak beradab.

Brian tak hanya diam saja mencoba untuk menerkan apa yang sedang teman satu bandnya itu lakukan terhadap mantannya. Kini Brian duduk di bangku tunggu depan ruangan dokter yang akan ia masuki. Beberapa menit kemudian, ruangan dokter terbuka dan yang keluar adalah Jae dan Archiera yang sedang terbatuk-batuk.

"Bapak Brian!" Panggil suster tersebut dan Brian langsunh berdiri dari duduknya.

Brian seakan malas melihat Jae dan Archiera, ia memilih untuk seperti tak melihat mereka berdua dan masuk ke ruangan dokter tanpa menyapa keduanya.

Tadinya Archiera ingin pamit terhadap Brian, tetapi melihat Brian yang mengindarinya membuat Archiera mengurungkan niatnya dan ia merasa sedih.

"Kita makan dulu ya. Mau makan apa?" Suara Jae membuat Archiera kembali dalam dunia nyata.

"Aku mau pulang aja, Kak."

Archiera memutuskan untuk pulang dengan Jae yang mengantar Archiera pulang.

"Ini musim pancaroba ya, penyakitnya pada sama semua." Dokter yang memeriksa Brian berkata tetapi tak dapat tanggapan dari Brian. Brian sedaritadi hanya diam dengan kepala yang mengulang adegan Archiera dan Jae yang ia lihat tadi.

"Sudah sejak—"

"Dok, cewek yang tadi kenapa? Dia sakit apa? Parah gak?"

Dokter tersebut sedikit bingung mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Brian.

"Cewek yang tadi?" Tanya dokter tersbeut dan Brian menjawabnya dengan anggukan. "Yang tadi banget, Mas?"

"Iya, Dok."

"Ooh. Sama penyakitnya kayak, Mas."

"Saya kenapa emang?"

"Tadi saya jelasin Mas emangnya gak denger?"

"Gak."

Dokter tersebut menghembuskan nafasnya sedikit kasar. "Batuk, pilek dan demam."

"Tapi dia gak separah itu kan, Dok?"

"Enggak ada yang parah lebih parah siapa dari kalian. Toh kalian sakit penyebabnya sama. Karena kecapekan, banyak pikirandan didukung dengan musin yang sedang berganti."

"Dia bilang gak kenapa bisa banyak pikiran?"

"Mas, saya bukan Romy Rafael. Mending tanya sendiri sama dia." Dokternya sedikit kesal. "Ini sudah saya kasih resep ya, Mas. Silahkan ditebus dan semoga cepat sembuh."

Dokter tersbeut secara halus mengusir Brian. Brian mendapat sinyal tersebut dan dia kini memilih pergi dari ruangan tersebut untuk menebus obat.

Tetapi satu hal yang ia sangat panjatkan doa untuk sekarang.

Bukan tentang kesehatan dirinya maupun Archiera. Melainkan, ia berharap tak bertemu Jae dan Archiera ditemlat tebus obat.

"Tuhan. Jangan dipertemukan di tempat tebus obat, ya. Perihnya tadi aja belum selesai soalnya."


To : Jae
Banyak tanya cowok yang setelah Archiera masuk. Take care of her, seems like she is a good girl. I like her.

Jae hanya terkekeh melihat pesan yang baru saja ia dapatkan.

Bassist ; BrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang