Changmin dan chanhee sudah siap dengan seragamnya pagi ini. masalah semalam Changmin tidak ingin memberitahukannya pada chanhee.tentang semalam ia kemana sudah Changmin jelaskan ke chanhee kecuali masalah itu.
apa chanhee marah?? iya chanhee marah, bahkan pagi ini chanhee hanya memasak sarapan untuknya.
dan juga chanhee lebih memilih berangkat kesekolah menggunakan bus. chanhee sudah tidak peduli pada Changmin, bahkan kalau Changmin ingin menggunakan kartu kredit milik sang ayah, chanhee tidak ingin menegurnya lagi semuanya terasa percuma.
Changmin tidak akan pernah mendengarkannya. selama ini hanya chanhee kan yang mendengarkan Changmin.
baru kali ini chanhee dan Changmin memisahkan diri, rasanya aneh. separuh dari diri mereka hilang, mereka tidak egois hanya saja mereka gengsi untuk sekedar memanggil satu sama lain.
"kamu kenapa sama Changmin??" tanya kevin pada chanhee yang untuk sekarang menjadi teman duduknya.
chanhee dan Changmin sekelas hanya saja mereka pisah tempat duduk untuk sekarang, chanhee dan haknyeon bertukar tempat duduk, chanhee yang minta.
"chanhee." kevin melambaikan tangannya di depan wajah chanhee karena yang ditanya hanya diam tidak menjawab.
"eh iya kevin kenapa??" tanya chanhee. "aku tanya kamu sama Changmin kenapa??" chanhee hanya menjawabnya dengan gelengan.
sebenarnya kevin ingin memaksa chanhee untuk bercerita tapi sepertinya kevin tahu masalahnya.
.
.
.
pelajaran olahraga akan segera dimulai, semua murid keluar kelas menuju lapangan."kamu tuh kenapa sih sama chanhee??" tanya haknyeon sambil terus berlari karena mereka kini memang sedang berlari kecil untuk pemanasan.
"kan aku udah bilang, aku sama dia marahan." jawab Changmin kesal. "tapi chanhee nggak banyak ngomong hari ini, malah dia melamun terus tuh, dia lari aja tatapannya kosong, serem tau." ucap haknyeon.
benar yang dikatakan haknyeon tapi Changmin tidak peduli, Chanhee emang gitukan kalau pelajaran olahraga.
mereka semua kini berbaris sambil mendengar dan melihat intruksi yang diajarkan sang guru.
"CHANHEE TANGKAP BOLANYA!!" pinta sang guru tapi chanhee tetap diam.
bola melayang semakin mendekati chanhee, Changmin tahu chanhee akan dalam bahaya jika tidak menangkap bola itu.
Changmin dengan cepat memeluk chanhee saat melihat bola basket itu semakin dekat dengan chanhee.
"akh..."
Changmin memeluk chanhee membuat bola itu terkena tepat di tengkuk Changmin membuatnya langsung kehilangan kesadaran.
"KYU!!" chanhee menepuk pelan pipi Changmin tapi tidak ada respon. "bawa Changmin ke UKS." pinta sang guru.
kevin membawa Changmin ke UKS sedangkan chanhee yang ingin menyusul langsung ditahan oleh gurunya.
"chanhee, kamu harus belajar dari kesalahanmu ini, kamu harus tau pentingnya memperhatikan pelajaran pada saat jam olahraga kalau tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi." chanhee membungkukkan badannya meminta maaf.
"yasudah pergi sana, minta maaf sama saudaramu." chanhee mengangguk mengerti lalu berlari pergi menuju UKS.
sesampai di UKS chanhee bisa lihat Changmin yang belum sadarkan diri juga ada kevin yang duduk dikursi samping brankar UKS yang Changmin tempati.
"jangan panik oke?? changmin nggak papa cuman tadi kan yang kena tengkuknya, kalau bisa dibilang tengkuk itu daerah yang paling lemah dan jika terkena hantaman yang lumayan keras bakalan kaget jadinya nggak sadar diri kayak Changmin sekarang." chanhee masih berusaha mengendalikan dirinya agar tidak panik.
"duduk sini." kevin berdiri dari duduknya lalu menyuruh chanhee agar duduk di kursi yang tadi ia duduki.
tidak lama akhirnya Changmin sadar, chanhee orang pertama yang Changmin liat. "kenapa nangis??" tanya Changmin pada chanhee.
"kamu tenang nyu, aku nggak papa kok." ucap Changmin sambil terkekeh. "maaf kyu." ucap chanhee lalu menghapus air matanya.
"aku kan bilang nggak papa, kamu nggak salah, aku yang salah disini. pasti kamu banyak pikiran karena aku, maaf ya, maaf karena nggak dengerin kamu." chanhee mengangguk.
.
.
.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛᴡɪɴꜱ;[ᴋʏᴜɴʏᴜ ᴛʜᴇ ʙᴏʏᴢ]
Random[ON GOING] «slow update» bagaimana usaha si kembar chanhee dan Changmin agar tidak dipisahkan hanya karena permintaan ayahnya yang harus dipenuhi.