"Ngomong-ngomong soal keberuntungan, gue sebenarnya salah satu orang yang paling beruntung di dunia ini." Setelah jeda cukup panjang, Sarka akhirnya berkata, memecah keheningan yang sedari tadi berkumpul di sekitar mereka.
Mendesah pelan, Sarka memperhatikan pantai di hadapannya, matanya menyipit. Debur dan suara gemuruh ombak terdengar begitu menenangkan ditelinga. Suasana santai ini, dengan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan tubuh, membuat siapa saja pasti akan merasa nyaman.
Nadine, yang duduk di samping kanan Sarka mengangguk mengerti.
"Nggak usah gue jelasin sebenarnya kalian juga sudah paham apa yang gue maksud," lanjut Sarka. Ia menunduk, memperhatikan pasir yang sedang ia duduki. Senyumannya mengembang. "Kalian tahu, dapatin donor mata itu sama sekali nggak mudah. Dan gue, nggak butuh waktu bertahun-tahun buat dapatin itu. Bukannya gue sangat beruntung banget kan?"
Edo tersenyum, lalu ia merangkul Sarka seraya mengusap bahu sohibnya itu. "Karena lo layak Sar, lo berhak dapetin itu."
"Ya, barangkali memang begitu." Sarka mengendikkan bahunya.
Hening lagi setelah itu. Mereka bertiga duduk beralaskan pasir sembari terus memperhatikan pantai. Makanan dan minuman yang mereka bawa sudah habis. Matahari sebentar lagi akan menenggelamkan dirinya. Dan tujuan Sarka, Edo dan Nadine sebenarnya memang itu, melihat betapa indahnya sunset. Sekarang, langit sudah mulai berubah warna menjadi perpaduan antara warna merah, jingga, kuning dan bahkan biru.
Nadine tersenyum. "Nggak sadar ya, sebentar lagi tiba-tiba mau ganti tahun ajaran baru."
Edo tersentak dengan ucapan Nadine. "Nah iya, udah kelas dua belas aja tiba-tiba. Terus lulus, lanjut kuliah, kerja, nikah, lalu punya anak."
"Perjalanan masih panjang Do, nggak usah mikir sampai sejauh itu." Sarka berkata lirih, "nikmati aja waktu sekarang."
"Benar itu Do, santai aja." Nadine tersenyum lebar sembari mengangguk. Edo yang sedari tadi curi-curi pandang menatap wajah cantik Nadine, membuatnya semakin jatuh hati dengan cewek itu.
Ya, Edo masih memendam rasa untuk Nadine. Sampai detik ini pun, Edo belum mengungkap perasaan cintanya ini. Terlalu takut untuk ditolak, dan lebih takut lagi Nadine akan menjauh dan membuat persahabatan ini retak begitu saja. Dan Edo, tidak mau hal itu sampai terjadi. Tidak, ia lebih baik memendam perasaannya.
"Ini liburan ngomong-ngomong berapa hari lagi sih?" Edo mengalihkan topik pembicaraan.
"Lima hari lagi," jawab Sarka.
"Wah anjir, tiga minggu belakang ini berarti gue ngapain aja, ya?" Edo menggaruk belakang kepalanya. "Nggak produktif sama sekali tuh gue."
"Kerjaan lo rebahan mulu."
"Itu termasuk produktif nggak sih Sar?"
Sarka mendengkus panjang, ditatapnya Nadine setelah itu. "Dine, nih anak halal untuk dihujat nggak nih?"
Nadine tertawa pelan. "Halal banget Ka, hujat bareng-bareng yuk. Seru nih kayaknya."
"Nah gini nih yang bikin gue males, pasti gue nggak punya tim. Hujat aja nih gue buruan." Edo mencibir pelan.
Tawa Sarka dan Nadine langsung mengudara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Scent 2 : He Did It
Teen FictionDemi menguak kisah masa lalu keluarganya yang tewas dengan tragis dan janggal, Nadine memutuskan untuk kembali ke sebuah villa tua yang berada di puncak-tempat semua masalah berawal. Ditemani oleh Sarka dan Edo, Nadine menemukan hal-hal yang tidak p...