DUA BELAS TAHUN YANG LALU
Sebuah rumah cukup besar dipinggiran kota, hiduplah sebuah keluarga yang tentram, harmonis, dan penuh dengan suka cita. Keluarga itu hidup damai dengan seorang ibu yang baik hati, ayah yang pekerja keras, dan keempat anak dengan watak dan karakter masing-masing.
"Bunda, minggu depan aku boleh ya mau main sama temen." Rana, gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA itu mengajak Bundanya mengobrol, meminta ijin lebih tepatnya sambil sibuk memijit pundak sang Bunda.
"Memangnya Rana mau ke mana niatnya?" tanya Jessica, Bundanya.
"Mau renang Bun niatnya, kita berlima kok, banyak temen. Rana boleh pergi, ya?"
"Pantes aja tiba-tiba niat mau mijit Bunda, ada maunya rupanya."
Rana tertawa pelan mendengar kalimat Bundanya, memang itulah tujuannya, merayu Bunda agar mendapatkan ijin. "Bunda tahu aja hehehe. Gimana Bun? Tapi boleh, kan?"
"Beneran banyak temennya?" tanya Bunda sekali lagi, yang langsung ditanggapi Rana dengan anggukan antusias. Cewek itu kemudian berhenti melakukan pijitan ringan dibahu Jessica, lalu posisinya berpindah dan mengambil duduk di hadapan sang Bunda.
"Rana nggak mungkin bohong sama Bunda lah, kalo Bunda nggak percaya nanti juga bakal lihat sendiri. Sebelum kita berangkat, temen-temen Rana bakal nyusul Rana di sini dulu, Bunda bisa cek itu nanti." Dengan segenap usaha yang berusaha ia kerahkan, Rana menunggu keputusan Bunda. Dari dulu Rana tahu bahwa Bundanya ini sedikit protective terhadapnya.
Rana sudah harap-harap cemas ketika Bunda tidak kunjung memberikan sebuah jawaban, membuat Rana menggigit bibirnya. "Bunda kok diem aja sih?" serunya protes lantaran tidak sabar. "Jadi apa jawaban Bunda? Boleh, kan? Kolam renangnya nggak jauh kok, tempat itu baru buka Bun, jadi masih baru gitu."
"Hmmm, boleh nggak, ya?" Jessica dengan sengaja membuat anak keduanya ini gemas sendiri menunggu keputusannya.
"Boleh dong Bun!"
"Iya deh boleh," putus Bunda akhirnya, yang membuat Rana langsung kegirangan bukan main.
"Yes! Makasih Bunda!" Rana tersenyum kelewat lebar, menunjukkan sederet giginya yang putih, bersih dan tersusun rapi.
Jessica tersenyum. "Tapi Rana ingat, harus jaga diri dan hati-hati nanti."
"Kalau soal itu Rana pasti bisa dong Bun. Aman aja deh! Sekali lagi Rana makasih ya Bunda."
"Iya, sama-sama. Lagian Rana kenapa ijinnya harus sekarang? Perginya minggu depan, kan?"
Kepala Rana mengangguk cepat. "Karena Rana nggak mau minta ijin dadakan, nanti Bunda nggak kasih ijin lagi, kayak yang sudah-sudah."
"Yang waktu itu Bunda nggak ijinin kan karena permintaan Rana menurut bunda nggak baik buat Rana sendiri. Bunda kayak gitu karena bunda sayang loh sama anak-anak Bunda."
"Tapi kan Rana waktu itu pengin ikut temen-temen touring juga, jalan-jalan mumpung lagi liburan." Rana memberenggut kesal mengingat kejadian itu lantaran Jessica tidak memberinya sebuah ijin. Tapi sudahlah, itu sudah berlalu dan Rana tidak mau mengingatnya lagi. Waktu itu bahkan Rana kesal dengan Bunda sampai mogok bicara selama seminggu penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Scent 2 : He Did It
Fiksi RemajaDemi menguak kisah masa lalu keluarganya yang tewas dengan tragis dan janggal, Nadine memutuskan untuk kembali ke sebuah villa tua yang berada di puncak-tempat semua masalah berawal. Ditemani oleh Sarka dan Edo, Nadine menemukan hal-hal yang tidak p...