Ketika kelas sudah mulai bubar pada pukul dua siang, Nadine langsung tancap gas, kakinya melangkah begitu gesit, bagai macan tutul yang tengah mengincar mangsanya. Cepat sekali kaki Nadine kini berpijak pada lantai di depan kelas IPA dua, menunggu Sarka dan Edo muncul dari dalam kelas. Kerumunan siswa-siswi sudah jelas membuat jarak pandang Nadine agak terbatas, bahkan sesaat saja ia mengira bahwa dirinya baru saja kehilangan kedua sahabatnya. Bisa jadi mereka jauh lebih cepat dan kini sudah dalam perjalanan pulang. Namun, Sarka dan Edo tiba-tiba menyembul keluar dari pintu kelas, serta merta membuat senyuman Nadine tersenyum begitu cerah dan lebar.
"Hai!" Nadine melambaikan tangannya tinggi-tinggi.
Sarka maupun Edo lantas dapat melihat posisi Nadine dengan cepat, mereka berdua pun bergabung. "Hei Dine, lo nungguin kita berdua?"
"Iya, pulang bareng yuk," ucap Nadine.
"Yakin nih langsung mau pulang? Masih jam dua siang loh. Kita dibubarin lebih cepat mungkin karena masih hari pertama masuk sekolah," kata Edo.
"Bener juga sih Do, tapi mau pergi ke mana?" tanya Sarka, memperhatikan wajah Edo lamat-lamat, yang berdiri tepat di sampingnya.
Karena tidak tahu dengan jawaban tersebut, Edo mengedikkan bahunya. Lantas, ia menyengir begitu lebar. "Nggak tahu sih gue, gue cuma nggak mau pulang lebih cepat. Lagian di rumah mau ngapain? Bakal bosen juga pasti."
"Kita nongkrong di kafe aja gimana?" Nadine mengusulkan, barangkali idenya ini disetujui Edo maupun Sarka.
"Boleh, daripada bingung mau ke mana, kan?" Edo sepakat tanpa pikir panjang atas apa yang Nadine usulkan. Lalu, gerakan kepalanya beralih cepat menatap Sarka. Sejurus kemudian, Edo menyikut sohibnya itu. "Kalo menurut lo gimana Sar?"
"Menurut gue?"
"Iya."
"Gue mau-mau aja, nggak masalah." Sarka mengangguk pelan.
"Bagus, ayo kita ke sana aja," ujar Nadine, paling semangat diantara yang lain karena idenya barusan disetujui dengan mantap.
"Tunggu, kafe yang mana ini?" tanya Sarka.
"Ada, gue tahu tempatnya, ikut gue aja yuk."
"Oke Dine, gue sama Sarka serahin ke elo aja.
Begitulah akhirnya mereka sepakat untuk pergi dari sekolah menuju kafe, alih-alih segera cabut pulang ke rumah. Pada umumnya, siswa-siswi SMA Kencana diperbolehkan meninggalkan sekolah saat jarum jam sudah jatuh di angka empat sore. Itulah hari-hari biasanya. Belajar mengajar belum terlalu efektif tentunya, masih butuh adaptasi dan penyesuaian setelah libur panjang.
Dan singkat waktu, pada akhirnya, Sarka, Edo, dan Nadine sudah duduk di meja bundar berwarna putih yang berada di dalam kafe. Mereka sengaja memilih bangku yang paling pojok, agak gelap sebenarnya, tapi tidak menjadi masalah. Di sudut tersebut terasa begitu dingin menusuk kulit lantaran tempat duduk mereka dekat dengan AC, tepat beberapa meter di atas kepala Edo.
Hidangan sudah terhidang dihadapan mereka, Sarka memesan es kopi dengan cream di atasnya, juga terdapat seres yang bertaburan, sementara Nadine mencoba milkshake strawberry yang tampak sangat menggiurkan ketika dilihat, bahkan sangat disayangkan apabila tidak dipotret terlebih dahulu sebelum masuk ke mulut. Sementara Edo sendiri, ia lebih memilih jus melon, yang bagi Sarka sangat memuakkan karena ia tidak suka buah melon.
Sebenarnya kafe yang mereka kunjungi juga menyediakan makanan, tapi ketiganya tidak ada yang kepengin. Maka dari itulah tidak ada kudapan apapun di meja mereka bertiga.
"Gimana hari pertama sekolah?" Sarka memecah keheningan sembari menatap Edo dan Nadine, secara bergantian.
Suaranya sebenarnya agak sedikit cukup keras, tapi tentu saja tidak ada yang peduli kecuali Nadine dan Edo. Pengunjung kafe fokus pada diri mereka sendiri dan rekan yang mereka ajak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Scent 2 : He Did It
Teen FictionDemi menguak kisah masa lalu keluarganya yang tewas dengan tragis dan janggal, Nadine memutuskan untuk kembali ke sebuah villa tua yang berada di puncak-tempat semua masalah berawal. Ditemani oleh Sarka dan Edo, Nadine menemukan hal-hal yang tidak p...