🎉Rank #276 dalam #btsfanfiction (24102019) 💐🎊
Kim Namjoon (28) CEO sekaligus pembunuh bayaran yang hatinya telah menghitam sejak 10 tahun yang lalu.
Sedangkan Kim Seokjin (25) itu hanya pemuda biasa yang tunanetra.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bighit foto keluarga.
Update neh. Dingin bat pagi ini. 25 derajat di sini. Di kalian berapa?
Updatenya di balik selimut. Belom di balik pelukan doi😣
Namjoon tak pernah membayangkan Ia kembali di posisi ini.
Kepala yang di tutupi kain, dengan kedua tangan yang di borgol di atas kepalanya. Rasanya sekujur tubuh Namjoon seakan hilang tenaga. Kepalanya berdenyut nyeri, namun rasanya ini sudah biasa. Dan seharusnya Namjoon bisa melarikan diri seperti yang sudah-sudah. Omong-omong, Namjoon itu punya banyak musuh, di culik dan di siksa sudah biasa baginya.
Maka dari itu, Namjoon berusaha menarik lengannya sekuat tenaga, agar rantai itu lepas pada pengaitnya.
Namun sialnya usahanya itu sia sia.
Ia menduga bahwa sesuatu yang merantai kedua tangannya berasal dari baja, bukan besi biasa.
"Brengsek." Ia mengumpat.
Srat!
Seseorang membuka penutup kepala Namjoon. Sinar memenuhi bagian mata rentinanya. Kepalanya masih berdenyut namun Ia berusaha memfokuskan netranya.
Detik pertama yang Ia lihat adalah..
Kim Seokjin nya yang tergeletak hanya dengan kemeja putih yang kebesaran di bawah lampu temaram itu. Hanya kemeja, tanpa bawahan. Satu satu nya yang menutup bagian bawah Seokjinnya hanya dalaman yang sudah terlihat lusuh. Kemeja itu terlihat lusuh bahkan hampir berwarna merah karena darah.
Kepala Namjoon rasanya mendidih. Apa yang yang mereka lakukan pada Seokjinnya? Namjoon tak akan sedikit pun mengampuninya.
"SEOKJIN! " Panggil Namjoon.
Pria itu berusaha melepaskan rantai yang membelit pergelangannya ini. Membuat bunyi bunyi bergemerincing memenuhi ruang sunyi yang pengap.
"SEOKJIN! BANGUN! INI AKU! JINSEOK! AKU DI SINI! " Seru Namjoon. Ia masih tak meyerah.
Meskipun pergelangan tangannya mulai meneteskan darah karena terlalu banyak bergesekan dengan rantai baja yang kasar, Namjoon seakan tak peduli dan masih berusaha.
"JINSEOK! JINSEOK!"
Yang di panggil memberikan sedikit responnya. Tubuh ringkih itu bergerak pelan. Berusaha untuk bangun tuk mengangkat tubuhnya. Seokjin mendongak lalu mencari suara Namjoon kembali dengan berujar lirih. Ia terduduk di lantai yang kotor itu.