eps 23

143 24 0
                                    

Untuk diriku sendiri,

Belajarlah bersikap tenang. Jangan mudah terbawa arus. Tetaplah teguh.

Hidup sekarang semakin sulit. Salah sedikit dihujat, benar sedikit disebut sok suci.

Yah, nikmati saja semuanya. Banyak-banyak bersyukur, niscaya semua urusan akan dimudahkan.

***

Mama Asa pernah bilang, kalau Asa adalah orang yang sangat idealis. Tentu saja, seorang ibu memang sangat mengenal anaknya.

"Ah cupu kamu mah! Gaul sama novel terus, sama manusia nggak."

Asa tersenyum mendengar perkataan Kara setelah menolak ajakannya untuk minum.

Sering kali, Asa dikatakan munafik dan sok suci oleh teman-temanya. Dia tidak minum-minuman keras, tidak melakukan seks bebas, tidak merokok dan tidak melakukan hal-hal di luar adat kebiasaan dan moral. Dia lurus saja.

Kata ibunya, Asa memang seidealis itu.

Terkadang, Asa bisa sangat memikirkan orang lain yang bisa dengan mudah melakukan hal-hal -yang menurutnya- tabu. Inginnya, dia mencegajlh mereka tapi, apa daya. Jika mengingatkan dia pasti dianggap sok suci, jika melarang, memangnya dia siapa?

Hidup memang serumit itu.

"Nggak makasih, hehe." Novel lebih menyenangkan dari tawaran pertemananmu.

"Asa, ayo!" Nakke menyelamatkan Asa, lagi. "Kita langsung ke kampus aja."

Asa membuntuti. Setelah berhasil keluar dari kosan salah satu temannya (niat awalnya untuk bekerja kelompok, malah Asa yang bekerja sisanya mengelompok untuk minum-minum) dia akhirnya bisa bernapas lega.

"Bangke! Bau alkohol banget mereka. Aku ketularan nggak Nak?"

Nakke mengendus Asa. "Nggak sih, tapi coba pake parfum aja."

Saran Nakke langsung diikuti Asa.

Hah! Asa capek! Setelah mengungkapkan unek-unek mengenai teman-temannya yang berkelakuan seperti seta-- teman yang tidak baik maksudnya, Asa menceritakan tentang kejadian kemarin saat dia sikejar.

"Sumpah ya, Nak! Serem banget, dia ngejer aku sambil bawa pedang-"

"Siapa yang bawa pedang?" Sebuah suara memotong pembicaraan Asa dan Nakke yang sudah tiba di depan kampus.

Cewek itu berbalik dan menemukan Abiyasa berdiri dengan wajah manai.

"Romansa, siapa yang bawa pedang?" Tanya cowok itu lagi, kali ini suaranya terdengar bergetar.

Asa tersenyum mencoba menenangkan cowok yang sangat dirindukannya itu. "Hai, Yasa. Long time no see."

"I'm asking you a question, Romansa."

Asa kemudian meringis. Kalau Abiyasa sudah memanggil nama lengkapnya, berarti ada masalah besar yang terjadi.

***

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang