eps 13

176 29 1
                                    

Untuk diriku sendiri,

Have faith! Yakinlah kalau semuanya akan baik-baik saja. Jangan ngerasa paling menderita hanya karena mengalami kejadian yang siapa saja bisa terkena. "Kamu nggak ngerasain apa yang aku rasain", lagi-lagi kalimat bacot itu. Bullshit! Dibandingkan dengan orang lain, itu nggak ada apa-apanya :).

Cobalah sekali-kali lebih bersyukur. Toh bersyukur itu gratis. Jangan merasa menderita terus, lama-kelamaan orang jadi muak.

***

"Masih sakit?" Abiyasa bertanya sambil mengamati tangan Asa yang terbalut perban.

Dengan malas, Asa menjawab. "Nggak sakit, aku udah minum obat pereda sakit." Jawabnya yang kesekian kali. Abiyasa tidak bisa berhenti menanyakan hal yang sama.

Cowok itu kemudian menunduk di hadapan Asa yang masih duduk di ranjang rumah sakit. "Ini pasti karena kamu jalan sama aku. I know it. Harusnya dari awal aku jauh-jauh sama kamu."

"Ini juga bisa aja karena kecelakaan." Asa menanggapi.

"Kecelakaan macam apa yang pengemudinya sengaja bawa pisau? Kalau aku nggak narik kamu ..."

Tiba-tiba saja, pintu kamar perawatan Asa terbuka. "Anjir ya Sa, babeh Abiyasa nyeremin bang- eh ada Abiyasa. Hehe."

***

Asa pusing melihat Nakke yang dolak-dalik di hadapannya. Cewek itu terlihat sangat gelisah. "Duduk coba, Nak."

"Aku lagi pusing. Jangan ganggu dulu."

Oke.

Setelah mengatakan itu, Nakke malah duduk, membuat Asa tersenyum juga. "Nggak usah senyum-senyum!" Tegur Nakke, "ada apa sih sebenernya? Kecelakaan, VVIP, pemeriksaan di depan. Aku nggak ngerti."

Well, ya. Asa juga sebenarnya tidak mengerti. Sedaritadi Abiyasa kekeh kalau kejadian ini karena salahnya yang tidak bisa menjauhi Asa. Asa sendiri malah merasa ini semua salahnya. Dia yang ceroboh karena tidak mendengar motor lewat.

"Aku juga nggak tau. Pusing."

"Mana coba liat tangan kamu," pinta Nakke. "9 jahitan. Banyak juga ya. Lukanya dalem?" Cewek itu bertanya sambik mengamati tangan Asa, tepat dibawah siku, di mana luka itu mengoyak.

Asa mengedikkan bahu. "Nggak tau. Yang pasti, awalnya nggak sakit sama sekali, pas Abiyasa nunjukkin darah baru sakit. Aneh banget."

Nakke terdiam. "Sa, ini ada hubungannya sama babehnya Abiyasa, ya? Soalnya tadi aku nggak sengaja denger tentang 'orang yang sama kayak 2 bulan lalu'"

"Nggak tahu aku juga."

"Ck. Kamu emang nggak tau apa-apa."

***

Ruang perawatannya penuh!

Asa bingung sendiri bagaimana menanggapi pertanyaan dari kawan-kawannya yang terlalu bersemangat. Hanya Vienna yang tidak bertanya. Dia sibuk bisik-bisik mesum dengan Alwano.

"Eh, itu bapaknya Abiyasa, ya? Yang di tadi nanya-nanya di luar." Elisa membuka percakapan tentang sang Marsekal.

Asa mengangguk. "Iya. Kenapa? Baik kok orangnya."

"Dih, baik apaan?" Vienna tiba-tiba memfokuskan dirinya ke percakapan, meskipun tubuhnya tidak mau lepas dari pelukan Alwano. "Kita ditanya-tanya, udah kayak interogasi aja. Cleine bahkan masih ada di luar. Nggak boleh masuk."

Hah?

Si Celana Dalam masih di luar?

Gawat!

***

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang