eps 22

165 25 0
                                    

Untuk diriku sendiri,

GILA KALI YA! LAGI PANIK GINI SEMPET-SEMPETNYA NULIS YANG BEGINIAN.

Huh, emang dasar, aku!

***

Bisa dibilang, rumah Asa sekarang penuh oleh petugas aparatur negara. Dari polisi, tentara, hingga badan intelegen.

"Calon Mantu, baik-baik aja, kan?"

Yah. Tidak ada yang menyangka pimpinan militer tertinggi di negara ini berbicara lemah lembut seperti itu. Biasanya, beliau sangat tegas dan berwibawa, hingga seluruh anak buahnya kaget saat beliau berbicara seperti itu.

"Nggak apa-apa, Calon Ayah Mertua," jawab Asa dengan senyum yang goyah.

Nggak apa-apa ndasmu! Padahal, kaki Asa jadi sangat lembek saking takutnya. Cuma, dia berlagak sok kuat saja. Harga diri, man!

Setelah cukup lama dimintai keterangan, Asa akhirnya bisa sedikit bernapas. Pasalnya, sesi itu sangat menguras emosi, Asa bolak-balik dibuat menceritakan kejadian yang tolol tapi mengerikan itu.

"Minggir, Burik! Ini rumah saya ya! Terserah saya mau ke mana dan mau ketemu siapa!" Mama Asa menyegak seseorang dibalik pintu.

Asa dan saksi lain memang dipisahkan saat diminta keterangan.

"Minggir, ya kalau nggak mau bubuk kayak si Pedang Naruto!"

Well. Mau dikata apa lagi, Asa memang anak kandung Mamanya. Suka sekali menyebut orang lain dengan julukan aneh.

Terdengar suara 'bug' kencang sebelum akhirnya pintu terbuka, menunjukkan seorang aparat berpakaian serba hitam yanh tergeletak di lantai sambil mengerang. Di sisinya, Mama Asa berdiri sambil menyilangkan tangan di pinggang.

Haduh. Bahaya.

"Heh Wajendra! Katanya kamu ngasih pengaman sama Asa, buktinya mana? Hah? Yang bener dong kalo kerja! Untung ada ibu-ibu yang lagi arisan, jadi bisa nolong!"

Wah. Mama Asa memang seberani itu. Ekspresinya terlihat siap membunuh, berbeda dengan para aparat yang tercengang karena pimpinan mereka sama sekali tidak ditakuti.

Mama Asa melanjutkan. "Jangan sampe aku bilangin Abiyasa, ya! Baru nyaho, kamu!"

Ayah Abiyasa itu langsung terlihat panik. "Eh, jangan! Kalo dia marah gimana?"

Para aparat yang sedang mendengarkan, mengangguk setuju dengan pimpinan mereka.

"Iya jangan, Pak Bos Kecil nyeremin kalo lagi marah. Saya aja sampe takut." Ujar seorang aparat berbaju hijau yang tadi menemani Asa saat sedang ditanyai.

Semua orang terdekat mengangguk. Menyetujui perkataan pria itu.

Ck. Sifat buruk Abiyasa sepertinya sudah mereka ketahui. Cowok itu memang galak habis! Asa juga sering dibuat menangis karena cowok itu mengatakan hal-hal buruk.

Untung Asa cinta, jadi dia akan membantu cowok itu untuk menjadi lebih baik.

"Abiyasa sekarang di mana?" Tanya Asa mengalihkan pembicaraan.

"Anu, itu. Itu loh. Abi lagi di anu."

"Calon Ayah Mertua, tolong jawab yang baik dan benar!"

"Abi lagi bantu divisi 3 nangkepin salah satu komplotan yang kita incar!" Ayah Abiyasa menjawab dengan kalimat super cepat, sehingga Asa hampir saja tidak mengerti.

"Divisi 3? Bapak Wajendra Rajasa Ranggawuni! Abiyasa masih kuliah, kenapa malah disuruh ngejer komplotan?!" Asa naik darah.

Di sebrangnya, orang yang mengaku calon mertuanya itu menciut.

***

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang