eps 6

228 38 6
                                    

Untuk diriku sendiri,

Jangan telat makan, minum air putih yang banyak dan jangan tidur kemaleman.

Nyadar dong, kamu itu jomlo (yang kemaren belom sah!).

Nggak ada yang ingetin, ya sadar sendiri lah!

***

Asa tepar!

Setelah berkutat dengan tugas Discourse Analysis hingga jam 3 pagi, akhirnya dia teler. Matanya memerah dan jalannya oleng, belum lagi rasa mual muncul karena pusing efek kurang tidur.

"Sa, jangan bilang-bilang yang kemarin ke temen-temen yang lain, ya?" Ena tiba-tiba saja menghampiri Asa yang baru datang.

Asa mengernyitkan kepalanya yang pening, "yang kemarin gimana?"

"Ih, jangan pura-pura bego."

"Hah?"

"Yang ciuman itu!"

Oh.

"Iya, nggak akan aku bilangin kok, aku lagi pusing soalnya. Tapi, kalo udah nggak pusing, aku nggak jamin ya."

"Ihhhhh. Jangan gitu dong." Ena merengek, "eh betewe, tadi kamu dicariin Abiyasa. Serem banget sih dia. Alwano aja sampe takut tadi. Dia beneran balik lagi, ya?"

Asa tidak menjawab.

***

Abiyasa Rajasa Ranggawuni ditakuti bukan hanya karena sifatnya yang kasar dan antisosial, tapi karena dia juga anak Jendral Panglima TNI. Ayahnya seorang Marsekal yang diangkat jadi Panglima dua setengah tahun lalu. Tepat saat cowok itu masuk kampus.

Cowok satu itu hanya punya satu teman saja di kampus. Benar-benar satu.

Dulu banyak yang mencari perhatian dan menjadikannya bahan untuk panjat sosial, tetapi sifatnya yang kasar malah membuat dia ditakuti.

Satu-satunya teman yang tahan sama dia hanya Jeneral, fakboi paling tenar se-kampus.

Asa sendiri, pertama kali bertemu dengan Abiyasa di perpustakaan pada semester dua. Waktu itu, Asa tidak sengaja memergoki cowok itu sedang tidur dan tidak sengaja membangunkannya karena semua buku yang dia bawa berdebum jatuh.

Sejak itu, mereka dekat. Meskipun awalnya Asa takut karena imej Abiyasa, lama kelamaan Asa juga masih takut, tapi karena takut hal yang lain, patah hati misalnya.

Asa digantung selama dua tahun. Sialnya, dia memang bucin, sehingga tahan saja. Tapi, kejadian dua bulan lalu, saat Abiyasa tiba-tiba menghilang, membuat Asa sangat galau.

"Bego! Saya cari dari tadi juga!" Suara Abiyasa terdengar sangat kesal.

Asa menatapnya dengan tatapan dingin. Dia tidak mau dikata-katai oleh orang lain, apalagi oleh orang yang kemarin mengajaknya untuk melanjutkan hubungannya ke arah yang sangat serius. Dia benci dicela!

"Sekali lagi aku denger kamu bilang aku bego, I'll kick you, from any possibility relationship in future." Ujarnya dengan lambat-lambat. Moodnya sedang jelek dan kepalanya sedang pening, jadi jangan mengharapkan kebucinan untuk hari ini.

"Kalo tolol?" Abiyasa bertanya.

"Kamu yang tolol!" Asa langsung berderap pergi menuju kelas selanjutnya. Rasanya Asa ingin menangis saja, lalu meringkuk di pojokkan.

Asa semakin ragu saja menjawab lamaran Abiyasa. Tampaknya, cowok itu hanya butuh pelampiasan akan sesuatu yang menimpanya waktu dia menghilang dua bulan.

Brak!

ANJ#$%

Asa menabrak pintu kaca lejas di depannya. Bangsat emang semuanya!
Lagipula siapa sih yang mengelap pintu kaca hingga sebening itu? Bahaya, tahu! Bisa bikin orang  celaka!

Belum lagi malunya, lebih besar dari rasa sakitnya!

Asa bahkan bisa mendengar beberapa orang menertawainya.

Memang semuanya bajingan!

Dengan air mata mengalir, Asa pergi menuju belakang gedung yang sangat sepi.

***

"Maaf, Asa."

Asa merasakan dirinya dirangkul. Kemudian rambutnya dielus dengan lembut.

"Jangan nangis, please. Maafin saya."

Dari aroma dan suaranya, itu pasti Abiyasa, jadi Asa tidak perlu mengangkat wajahnya yang pasti bengkak dan memerah.

"I don't mean to hurt you."

"But, you did. You do." Dengan sesenggukan, Asa membalas.

"Apa yang harus saya lakukan biar kamu memaafkan saya?"

***

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang