eps 3

323 45 16
                                    

Untuk diriku sendiri,

Jangan suka iri sama pencapaian orang lain dan jangan benci lihat orang lain bahagia, itu tandanya kamu tidak bahagia.

Cintai diri sendiri!

Bangga lah pada diri sendiri!

Aku itu berharga.

***

"Anjir, kalian tau ga tadi di kamar mandi ada kejadian apa?" Tanya Asa kepada sahabat-sahabatnya yang sedang berkumpul di Senat.

"Ada apaan?" Tanya Ena yang sedang bersandar pada Alwano, suaminya (iya, Ena emang udah nikah, sama teman sekelas, lagi!).

Asa mulai berbisik, "si bangsat Jessenda sama Ayudi ngomongin aku, jir. Mereka ga nyadar aku lagi beol."

"Terus, terus? Kamu nunggu mereka keluar?" Kali ini Nakke yang bertanya. "Ya nggak, lah. Sejak kapan aku jadi cengeng, nunggu mereka keluar baru aku keluar?" Asa mengedikkan bahunya, "aku langsung keluar dan cuci tangan di wastafel, tau. Terus mereka pasang tampang tolol deh hahaha."

Elisa, Rata, dan Seli -yang juga sahabat Asa- hanya tertawa mendengar cerita Asa. Sepertinya sudah tidak aneh lagi kalau Ayudi, Jessenda dan sebenarnya satu lagi trio bangsat itu, Sadia, memang suka menjelekkan orang lain dan merasa lebih tinggi derajatnya dari orang lain.

Ck.

Begitulah bangsatnya hidup di kampus. Mana Jessenda anak dosen di kampus, lagi. Ya sudahlah, pasti mereka merasa menguasai dunia (merasa menguasai Si Celana Dalam juga, rasa-rasanya).

Asa bercerita lagi. "Aku sebenernya punya rahasia kotor tentang mereka. Tapi, aku lagi nggak enak hati, istilah kerennya sih, tengara buruk. Jadi, besok lagi ya, ceritanya."

Kontan saja, sahabat-sahabat Asa protes.

Belum lima menit mereka membujuk Asa untuk membeberkan cerita, pintu Senat di ketuk. Dengan enggan, Asa membuka pintu dn menemukan seorang cowok kecil-yang tidak Asa kenal- berdiri.

"Asa dipanggil Abi ke perpus," ujar cowok itu singkat.

Asa mengernyit. Oh, ini toh yang membuatnya tidak enak hati. "Nggak mau."

Cowok itu sedikit kaget dengan penolakan Asa. "Ih, masa kamu nggak takut, sih? Aku aja takut. Dateng dong," bujuknya, "aku takut diapa-apain kalo kamu nolak. Emangnya kamu nggak tahu siapa dia?"

Asa tahu, kok.

Tahu sekali, malah.

Asa juga takut. Namun, rasa takutnya berbeda dengan maksud cowok itu.

"Yaudah, aku ke sana," wajah cowok itu menunjukkan rasa lega. "Tapi nanti, satu jam lagi." Tambah Asa, menyusutlah rasa lega si cowok yang tidak dikenal itu.

***

Asa sedang bersandar di salah satu rak saat orang yang diharapkannya datang.

"Mau apa?"

"..."

"Abi!"

"Yasa. You used to call me that."

"Used. To." Asa menekan kata perkata. "Mau apa?" Ulang Asa.

Abiyasa merapikan kemejanya, tanda sedang gelisah. "Saya nunggu kamu dari satu jam lalu. Kenapa baru datang?"

"Banyak tugas. Sekarang juga belum beres, makanya cepet."

"Asa ...."

***

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang