eps 26

154 21 0
                                    

Untuk diriku sendiri,

Please, take a deep breath.

***

Asa berdiri di depan ruang UGD. Tubuhnya serasa limbung dan pikirannya melayang tak tentu arah sejak dia menerima informasi itu dan berlari menuju rumah sakit.

Abiyasa tertembak.

Mereka baru berpisah tiga puluh menit. Abiyasa menyuruh salah satu anak buah ayahnya untuk mengantar Asa pulang, lalu, boom! Dalam tiga puluh menit, Asa sudah mendapat pesan itu dari ayah Abiyasa yang memintanya untuk menemani cowok itu, sedangkan beliau sendiri sedang 'membereskan' masalah.

Hingga kini, pintu UGD belum dibuka. Asa sudah frustrasi sekali, nyaris gila karena menunggu. Beruntunglah dirinya, dia ditemani oleh mamanya sehingga tidak bisa berlaku seperti orang sinting.

"Duduk, Sa. Nanti juga mereka keluar sendiri," perintah mamanya.

Lima belas menit kemudian, para dokter dan perawat keluar dari sarangnya.

Lutut Asa langsung lemas setelah mengetahui keadaan Abiyasa.

***

Wajendra Rajasa Ranggawuni terluhat sangat prestise dalam seragam lengkapnya. Sayangnya, seragam itu tidak bisa menutupi kemuraman wajahnya.

"Abi masih belum bangun?" Tanya pria itu, lalu duduk di kursi sebelah Asa, tepat di sebrang sebuah danau.

Yang ditanya hanya mampu menggeleng sambil menatap danau rumah sakit yang gelap karena malam.

Abiyasa dipindahkan ke ruang ICU, sehingga mereka tidak diizinkan masuk beramai-ramai. Di dalam ruangan itu sekarang hanya ada ibu Abiyasa.

"Semua sudah ... beres?" Asa bertanya.

"Sudah. Mungkin sebentar lagi kamu juga akan di panggil untuk dimintai keterangan lagi."

***

Asa menggunakan jubah berwarna biru juga masker berwarna sama. Dia menatap Abiyasa yang terbaring belum sadarkan diri.

Setelah dari UGD, cowok itu harus menuju ruang operasi untuk mengeluarkan peluru dari paha atas dan dadanya. Hingga kini di ICU, Abiyasa belum juga menunjukkan tanda-tanda sadar. Kata dokter, itu karena pengaruh obat bius, tapi sudah hampir 9 jam cowok itu belum bangun juga.

Asa kini diselubungi penyesalan. Seharusnya dia lebih tegas melarang cowok itu bergabung dengan pasukan ayahnya. Seharusnya, dia geret saja cowok itu.

"Yasa," panggil Asa pelan. Dia kemudian menatap seluruh tubuh cowok itu. Selama beberapa jam ini, Asa pantang menangis. Dia yakin, Abiyasa pasti bertahan.

"Kamu ingkar janji. Katanya kamu bakal pulang, bukannya malah datang ke rumah sakit."

Tidak ada tanggapan.

"Bangun. Jangan sampe berhenti di sini. Aku masih belum jawab lamaran kamu dengan pasti," bujuk Asa.

Masih juga tidak ada tanggapan.

Dengan lelah, Asa menyandarkan kepalanya ke tangan Abiyasa yang tidak diberi infus.

"Aku mau nikah sama kamu. Makanya bangun."

Sial!

Di drama-drama atau film yang ditonton Asa, kalau pemeran utamanya mengatakan hal-hal yang menggugah, orang yang sakit pasti akan bangun dan menjawab pernyataan itu.

"Harusnya kamu bangun, terus balas aku, bilang kalau aku udah nggak bisa narik kata-kata aku sebelumnya."

Tanpa bisa ditahan lagi, Asa menangis sesenggukan.

***

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang