eps 5

278 42 9
                                    

Untuk diriku sendiri,

Jangan lupa bahagia, hidup cuma sekali, sayang kalo di sia-siakan. Jangan lupa bersyukur juga, jangan lihat ke atas terus, coba lihat ke bawah juga (sangkanya hidup aku doang yang susah kali ya, orang lain juga keles!).

Bersyukur!

***

Asa mengentas lip creamnya yang tidak sengaja dijatuhkan ke mangkuk baksonya. Basah sudah. Lagipula sejak kapan dia memegang benda itu? Dia 'kan lagi makan!

"Kenapa sih? Dari tadi bengong mulu? Sampe masukkin lip cream ke bakso, pula." Nakke bertanya sambil menambah sambal ke kuah batagor kuahnya.

Ena mengangguk. "Tumben banget, biasanya paling semangat waktu matkul Exploring Literature, eh tadi malah bengong."

Asa juga bingung dengan dirinya sendiri. Sedari tadi dia tidak bisa fokus. "Na, nikah enak nggak sih?" Asa tiba-tiba bertanya.

Ena -yang sebenarnya bernama asli Vienna- menjawab, "kadang enak kadang nggak. Kamu tau lah enaknya di mana, -eh, maksudnya jadi ada temennya, nggak sendiri terus. Nggak enaknya ya sering beda pendapat. Nyatuin dua kepala itu susah."

"Kamu nanya gitu buat apa? Hilal jodoh aja belum keliatan," tambah Ena.

Asa diam saja. Padahal, dia sudah diajak kawin, eh nikah, tapi dia masih ingin menyimpan semuanya sendiri.

"Eh, betewe, kalian mau tau rahasia kotor trio kutil itu?" Kata Asa, mengubah subjek pembicaraan.

Sahabat-sahabatnya yang lain, yang tadinya sedang fokus sendiri-sendiri langsung memasang telinga.

"Apaan?" Tanya Elisa penasaran.

"Kalian tau kan, kalo mereka bertiga orang-orang berduit?" Asa membuat gerakan mengutip saat menyebutkan kata berduit. Sahabat-sahabatnya mengangguk. "Mereka bertiga semester kemarin ikut beasiswa, yang mengharuskan bikin SKTM dong! Dan mereka semua lolos!"

"Ih anjir beneran?" Rata merasa takjub. "Mereka malu nggak ya waktu bikinnya, datang ke pak RT minta SKTM padahal rumah gedongan."

Nakke menggeleng. "Ck. Ck. Ck. Mereka selama ini sok merasa kaya, merasa derajatnya lebih tinggi, tapi kelakuan begitu. Nggak malu, apa ya?"

Asa menyetujui. Trio bangke itu memang bukan hanya sok, mereka juga suka sekali merendahkan orang lain. "Terus ya," lanjut Asa, meneruskan gibahnya, "si Ayudi sempet bilang, katanya kalo duit beasiswa cair, bakal dia beliin tiket konser EXO! Dan kemarin kita semua tau dia datang ke konser itu. Jir! Memang luar biasa ya."

***

"Astagfirullah haladzim, Ya Allah. Allahu Akbar!"

Asa baru saja memergoki Ena dan Alwano melakukan French Kiss di kelas! Langsung saja, cewek itu lari sejauh mungkin.

Sial! Niat datang lebih pagi ke kelas untuk mengerjakan tugas pun sudah ambyar. Memang sih, di kelas ini tidak ada CCTV nya, tapi ya lihat-lihat tempat lah! Gimana kalau Asa tergoda, coba? Asa kan belum punya pasangan resmi!

"Tumben masih pagi udah di food court."

Asa dibuat kaget lagi, kali ini oleh Abiyasa, si cowok yang kemarin membuatnya bengong seharian.

"Mau ngerjain tugas dulu."

"Nggak di kelas? Food court sebentar lagi penuh loh."

Ini lagi. Kenapa Abiyasa tiba-tiba bucin, sih? Padahal biasanya dia orang yang agak 'keras'.

"Ada Vienna sama Alwano."

"Oh." Abiyasa mengerti. Lalu, cowok itu menggenggam tangan Asa, membuat jantung cewek itu berdebar keras. "Nggak mau kayak mereka?"

"Kayak mereka? French Kiss maksudnya?"

"Eh?" Wajah Abiyasa langsung memerah. "Bukan itunya, ikatannya." Jelasnya sambil sedikit gelagapan.

Duh, lucunyaaaaa.

***

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang