eps 16

160 23 0
                                    

Untuk diriku sendiri,

SABAR OY, SABAR. ORANG SABAR PANTATNYA LEBAR.

TOBAT, TOBAT.

***

Bangsaaaaaaaaaaaat!

Asa mengumpat panjang. PKMnya, yang dia kerjakan selama 2x24 jam nonstop, harus direvisi hanya gara-gara abstraknya tidak menggunakan spasi 1.

Sial! Sialan!

Kubra sudah rencana liburannya! Ambyar!

"Ini kata Bu Sri PKM nya cuma tinggal ganti abstrak doang kok, benerin spasinya aja. Sedikit kok," ujar Bapak Entah Siapa itu dengan membujuk, seakan hapal Asa sedang diambang kemarahan.

Ibu Sri, semoga amal ibadahmu diterima disisi-Nya.

Astagfirullah, Asa istigfar.

Lagian Ibu Sri ini bangsat kali, mungkin dia nggak ada kerjaan sehingga suka mencari-cari kesalahan orang lain. Hanya gara-gara spasi beda 0.5 di satu lembar saja, Asa harus mencetak ulang PKM nya.

Buang-buang duit tahu! Belum lagi boros kertas. Sadar doooong, global warming! Cintai alam!

Selama ini Asa sudah mengurangi penggunaan kertas dan beralih ke catatan di gadget, eh si Sri malah mau buang-buang kertas.

Koplok!

Awas ya Ibu Sri, aing laporin maneh ke bapak aing baru nyaho!

***

"Sabar Sa," kata Nakke sambil mengelus pundak Asa.

Asa sudah tidak bisa sabar lagi. Tugas di akhir semester sedang hobi menggandakan diri, eh sekarang ada masalah PKM. Kan bangsat. Mana Asa baru saja merusak laptopnya lagi. Asa harus bagaimanaaaaaaaa?

Seakan bisa membaca pikiran Asa, Nakke berbicara lagi. "Pinjem laptop Abiyasa sana. Dia pasti ngasih. Belum apa-apa kamu udah desperate."

Hehe. Asa nyengir. Dia memang orang yang sangat optimis dan kelebihan hormon percaya diri, tapi terkadang dia mudah frustrasi dan pesimistis.

"Iya, aku pinjem. Eh-" Asa melihat ayah Abiyasa menyamar lagi. Kalau kemarin menjadi mahasiswa, kali ini menjadi petugas kebersihan. Cewek itu kemudian menghampiri objek yang sedang dilihatnya. Dia pura-pura berdiri dekat petugas kebersihan palsu yang sedang mengelap jendela itu. "Selamat siang bapak Wajendra Rajasa Ranggawuni."

Si petugas kebersihan palsu langsung menjatuhkan lapnya karena kaget. "Eh calon mantu, bikin kaget aja."

"Apa yang membuat orang dengan jabatan setinggi Anda berada di sini, wahai bapak Wajendra Rajasa Ranggawuni?"

Ayah Abiyasa itu melirik kiri kanan, setelah mengetahui tidak ada siapa-siapa di dekat mereka, dia berbisik pada Asa. "Mau ngawasin Cleine. Takut dia ngincer kamu. Nanti Abiyasa patah hati soalnya."

Asa merengut tak percaya. "Bohong banget ih."

Sang Marsekal mengulangi lirikannya ke kiri dan ke kanan. Lalu berbicara lagi dengan berbisik. Sangat lirih. "Ini rahasia ya, supaya kamu tetap hati-hati. Ada kelompok radikal di sini. Salah satunya yang ngejer Abiyasa 2 bulan lalu dan salah satunya lagi yang hampir nusuk kamu."

Tubuh Asa langsung membeku, merinding, lalu seperti tak bertulang. Untungnya sebelum tubuhnya limbung Abiyasa muncul dibelakangnya, menahan bahu Asa untuk tetap tegak.

"Ayah! Itu rahasia operasi!"

Asa semakin tenggelam dalam pelukan Abiyasa. Tulangnya seakan dilucuti dari tubuhnya. Sial! Itu memang seharusnya tetap jadi rahasia! Asa jadi paranoid setengah mati.

Bukannya menanggapi ucapan sang anak, ayah Abiyasa malah berkata, "idih! Kesempatan ya, peluk-peluk anak gadis orang lain. Lepas ah!"

Astaga! Sempet-sempetnya!

***

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang