eps 30

445 34 6
                                    

...
...
...

***

Demi apapun, ya! Asa benci sekali melihat luka-luka di tubuh Abiyasa.

Tangan dan kakinya berkelukur, terutama di daerah yang terkena tembakan.

Ingin rasanya Asa membalas para radikal bangsat itu! Namun sayang, Asa penakut dan cemen. Jadi, untuk sekarang, dia melampiaskan kemarahannya ke Abiyasa.

"Kamu sih! Aku udah bilang jangan, malah kekeuh. Liat kan, jadi kayak gini? Kalau udah luka-luka gini siapa yang ngobatin?!" Asa menekan kapas berantiseptik ke luka Abiyasa yang sedang dibersihkannya.

"Dokter?"

Asa menekan semakin keras, membuat cowok itu mengaduh. "Jangan galak-galak, dong sama calon suami."

"Calon suami ndasmu! Makan tuh calon suami."

***

Seminggu berlalu, Abiyasa masih tidak diizinkan untuk keluar dari rumah sakit sedangkan Asa sibuk dimintai keterangan oleh pihak berwajib.

Rasanya bisa sampai memuakkan, bikin takut, kadang bisa bikin gelisah saat Asa dimintai keterangan. Wajah si penanya sepertinya memang dipilih yang paling menyeramkan.

"Capek?" Tanya Abiyasa sewaktu Asa baru masuk ke ruangannya.

Asa mendecih. "Gara-gara kamu ikut campur, aku jadi kena, kan. Awas aja kalau sekali lagi kejadian kayak gini, bakal aku sleding kamu."

Cowok itu meringis mendengar ancaman Asa. "Iya, janji nggak akan kayak gini lagi, tapi kalau aku nggak khilaf ya itu juga."

Kemudian sebuah jaket berwarna hitam meluncur cantik di wajah Abiyasa.

***

"Sa, kamu belum benar-benar jawab pertanyaan aku."

Asa menoleh ke arah Abiyasa yang sama-sama memakai toga. "Pertanyaan yang mana? Perasaan kamu suka banget nanya sama aku."

Cowok yang duduk disebelahnya itu menghela napas. "Yang soal lamaran. Sampai sekarang kamu masih gantungin aku. Nggak enak loh digantung padahal aku bukan jemuran. Kalau aku pindah ke lain hati nanti kamu nyesel."

"Oh, jadi kamu udah punya niat pindah ke lain hati, ya?" Asa tersenyum, tipis sekali.

Dengan panik, Abiyasa menggelengkan kepalanya. "Bukannya gitu, tapi ..."

Belum selesai Abiyasa bicara, sorakan terdengar dari seluruh mahasiswa di gedung serba guna kampus. Mereka termasuk Asa dan Abiyasa merayakan kelulusan mereka.

Hingga dua jam kemudian, selesai foto-foto dan pemberian hadiah dari keluarga maupun teman, Abiyasa sama sekali tidak mendapatkan atensi Asa.

Sampai, "Yasa, ayo kita foto. Aku cuma belum foto sama kamu, padahal sama om dan tante udah."

Abiyasa cemberut. Melihat itu, Asa tersenyum. "Yasa, iya."

"Iya apa?" Tanya cowok itu masih kesal.

"Iya kita nikah." Jawaban Asa membuat cowok itu seketika menoleh dengan senyum paling lebar, namun senyum itu segera hilang setelah Asa lanjut bicara. "Tapi setelah kita lulus S2 ya."

"Nggak! Enak aja! Jangan lama-lama. Pokoknya harus sebentar lagi."

Asa tidak menjawab, hanya tersenyum kecil, membuat Abiyasa ketar-ketir sendiri dengan maksud cewek itu.

***






T-A-M-A-T

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang