eps 21

156 23 2
                                    

Untuk diriku sendiri,

Kalau ada hal janggal yang sedang menghantui atau bahkan mengikuti, jangan panik, ya!

Konsentrasi. Tarik napas dalam-dalam, lalu lari!

Aku nggak bisa bela diri! Ya satu-satunya jalan harus lari.

***

Ini sudah hari ke 42 Abiyasa menghilang.

Iya! Asa menghitung kok. Habisnya, setiap hari dia rindu cowok super galak dan hobi menghilang itu.

Seperti sekarang, Asa sedang berjalan pulang saja, teringat cowok itu. Biasanya Abiyasa akan memaksa untuk mengantarnya kalau Asa terpaksa pulang karena ada rapat organisasi. Tapi, yah, Abiyasa sedang tidak ada, Asa tidak bisa mengeluh.

Entah kenapa, hari ini dia agak sulit mendapatkan keberuntungan. Jessenda, Jeneral dan Cleine masih sering terlibat perdebatan tentang Asa, apalagi tadi saat mereka berada di gedung PKM. Cewek itu sih santai saja. Lalu, sekarang, ayahnya tidak bisa menjemput karena sedang di luar kota, sedangkan ibunya tidak bisa mengendarai kendaraan jenis apapun.

Terpaksa, Asa pulang sendiri di malam-malam begini.

Jam 9 tepat.

Jalan yang Asa lalui sudah sangat sepi. Mungkin karena ini bukan malam minggu, melainkan malam jumat.

Krek.

Tubuh Asa menegang. Dia bukannya takut setan atau hantu, yang dia takutkan adalah manusia, mereka bisa lebih sadis, bahkan bisa membunuh. Setan sih, nggak tahu ya, Asa tidak pernah melihatnya dan tidak peduli jika mereka ada sekalipun.

Krek.

Suara itu lagi. Insting Asa mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Meskipun begitu, dia tetap berjalan dengan tenang.

Semakin lama, Asa semakin yakin, bahwa ada seseorang yang mengikutinya. Pasti. Mengikutinya. Sedari. Tadi.

Dengan memberanikan diri, cewek itu menoleh ke belakang dan menemukan seorang pria sedang membawa pedang yang terlihat mengkilap saking tajam dan tipisnya.

Lah, dikiranya dia Sasuke apa? Bawa pedang segala.

Bangsat! Bukannya lari, Asa malah memikirkan Sasuke.

Ah! Asa punya ide.

"Heh bangsat! Kalo ngikutin yang bener dong, masa ketahuan sih?" Asa mengacum.

Biasanya, orang yang tersulut emosinya akan kalap dan tidak tahu apa yang akan dilakukannya, kan? Iya, kan? Jadi Asa punya kesempatan untuk selamat, kan?

Dengan segenap hati dan jiwa, Asa berlari.

Pria berpedang panjang itu juga ikut berlari.

"Sial! Bangsat! Anjir! Setan! Iblis!" Asa mengumpat, lalu mendapat ide untuk menarik perhatian warga yang mengurung dirinya di rumah masing-masing.

"Maliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing! Ada maling! Pak, buk, tolong! Saya dikejar maling."

Sedetik kemudian, orang-orang keluar dan mendapati si pria berpedang panjang itu sedang mengejar Asa.

"Ibu-ibu! Seraaaaaaaang!" Teriak sebuah suara yang Asa yakini sebagai Bu RT daerah rumahnya.

Rumah sudah dekat!

Napas Asa sudah hampir habis.

Saat cewek itu menoleh ke belakang, pria dengan pedang panjang itu sedang digebuki ibu-ibu menggunakan panci.

Wah-wah pasti sakit rasanya. Semangat buibu!

"Neng Asa teu nanaon? (Neng Asa nggak apa-apa?)" Bu RT menghampirinya sambil memegang pedang yang dirampas dari pria tadi.

"Alhamdulillah Bu, teu nanaon. Hatus nuhun pisan. Jalmi eta teh tos nuturkeun abdi titatadi. (Alhamdulillah Bu, nggak apa-apa. Terima kasih banget. Orang itu sudah ngikutin saya daritadi.)"

Tiba-tiba saja, Mama Asa membuka pagar rumah. "Asa ada apa?" Lalu, matanya menatap kerumunan ibu-ibu yang sedang mengomel sambil memukuli sesuatu.

"Ini ada apa, ya? Kok ribut-ribut." Tanya Mama Asa lagi.

"Aya nu nuturkeun Asa, bu. Mawa pedang sagala, deui. (Ada yang ngikutin Asa, bu. Bawa pedang segala, lagi.)" Bu RT menjawab.

Mama Asa melotot, dia langsung mengambil helm yang tergantung dekatnya dan bergabung dengan kerumunan ibu-ibu. Memukuli pria itu.

Woah!

***

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang