eps 17

160 21 0
                                    

Untuk diriku sendiri,

Kapan mau berubah jadi lebih dewasa? Umur aku udah bukan 15, bukan lagi waktunya untuk bertingkah kekanak-kanakan dan manja-manja.

Dewasa dong!

Grown up, Lady!

***

"Mereka mengancam aku sama Ibu, jadi kita terpaksa 'menghilangkan diri'. Bukannya aku sudah nggak peduli lagi sama kamu, Asa. Malah, bisa dibilang, kamu alasan aku kembali ke sini."

Oh. Jadi itu alasan Abiyasa menghilang selama dua bulan. Asa bisa memakluminya. Kalau Asa berada dikeadaan yang sama dengan cowok itu, Asa juga tidak segan meninggalkan apapun dan siapapun asal keluarganya selamat.

"Terus, kasus aku?" Asa bertanya sambil mengangkat tangannya yang masih diperban meskipun sudah cukup pulih.

Abiyasa menarik napas dalam-dalam, lalu mengambil tangan Asa yang terangkat untuk digenggamnya. "Ada informasi, kalau ternyata mereka yang mengancam aku sama mencelakai kamu, adalah pihak yang sama. Dan setelah ditelusuri, jejak mereka sampai di kampus ini."

Menelan ludah, Asa merasa sedikit cemen. Padahal, Asa adalah orang paling sembrono dan sompral. Bilangnya sih, tidak takut apa-apa, selain azab Allah.

Cewek itu menyiah gawainya ke arah Abiyasa. "Ini. Coba cek, takutnya ada yang sadap." Yang dibalas hanya dengan kekehan saja oleh Abiyasa.

Asa cemberut. Kesal.

***

"Asa kamu udah tugas Syntax? Reading gimana? Kewirausahaan juga gimana ih? Liat dong."

Dengan muak, Asa mematikan daya gawainya.

Teman-temannya memang tuman. Asa sedang pusing malah ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh. Main liat-liat aja, padahal Asa mengerjakannya dengan mikir. Yang lebih bikin kesal lagi, si teman-teman yang hanya datang saat butuh itu akan ngebacot jika Asa tidak memberi contekan.

Bangsat memang. Asa dipaksa mewajari kebodohan mereka.

Kan aku bego, jadi nggak bisa mikir, makanya minta sama kamu, ujar teman-temannya yang bangsat dan datang hanya saat susah.

Ah. Luar biasa sekali hidup ini.

Dengan suasana hati yang sangat jelek, Asa melanjutkan mengerjakan tugasnya yang bertumpuk. Andai saja sahabat-sahabatnya di sini, Asa pasti tidak akan terlalu stres.

Lalu, suara pintu digedor membuat Asa mendongak dari depan laptop.

"Asa, ada Abiyasa di ruang tamu. Sana ke ruang tamu."

Well ya, setidaknya ada Abiyasa yang selalu datang disaat yang tepat.

Asa sedang butuh bucinan!

***

Romansa - 31 Days Writing Challenge (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang