Sebelumnya maaf yaa..
Kemarin aku belum bisa up. Aku masih belum sehat soalnya. 2 hari aku izin ga masuk sekolah juga 😭Maaf jika ada typo
~Selamat membaca~
😊
17 tahun kemudian.
Han Jisung mematut dirinya di depan cermin. Ia mengambil dasi yang tadi ia letakkan di atas meja lalu memakainya. Setelah dirasa cukup rapi, Jisung memakai blazer dengan warna biru navy. Hari ini hari pertamanya memasuki jenjang Senior High School. Ia tidak mau namanya jelek karena terlambat masuk di hari pertama sekolah. Setelah memastikan ikatan tali sepatunya kuat, Jisung menyambar tasnya lalu berangkat.
Jisung tinggal sendiri di sebuah apartemen sederhana. Sebenarnya itu milik pamannya, tetapi karena sang paman sibuk bekerja di Incheon, jadi ia menyuruh Jisung untuk menempati apartemennya daripada dibiarkan begitu saja tanpa ada penghuninya.
Orang tua Jisung? Tidak ada. Jika ditanya dimana orang tuanya ia selalu menjawab 'aku tidak punya orang tua'. Tetapi meskipun sudah mengatakan hal itu, masih ada saja orang yang salah pengertian. 'Ah.. Orang tuamu sudah tidak ada ya? Maaf.' itu salah satu kalimat yang dilontarkan mereka yang kurang memahami apa yang Jisung katakan. Setelahnya, ia kembali mempertegas, 'bukan sudah tidak ada, tetapi aku tidak punya orang tua.'
Jisung menganggap dirinya ditelantarkan orang tuanya sejak ia lahir. Akan tetapi, pamannya selalu mengatakan jika ada alasan kenapa orang tuanya bersikap seperti itu. Dulu ada suatu kejadian besar yang menggemparkan seluruh Korea Selatan, katanya. Ada satu jawaban dari Jisung yang tak bisa dilupakan oleh sang paman.
'Seburuk apapun kejadian di masa lalu, jika mereka menyayangiku pasti tak akan berbuat seperti itu. Tapi buktinya mereka malah meninggalkanku pada paman. Mereka membuangku. Tak menginginkan keberadaanku.'
Jisung memasuki bangunan yang didominasi warna coklat itu. Mulai sekarang ia resmi menjadi murid di sana. Victory High School, itu nama sekolahnya. Salah satu Senior High School yang cukup terkenal di Seoul.
Tentu saja Jisung masuk ke sekolah ini dengan dibiayai oleh pamannya. Jisung tidak tahu alasan sang paman menyekolahkannya di sekolah ini. Padahal Victory High School ini merupakan sekolah swasta, biayanya pasti lebih mahal daripada sekolah biasa.Jisung cukup tahu diri untuk tidak terlalu merepotkan pamannya. Maka dari itu Jisung memutuskan untuk bekerja paruh waktu. Ia sudah melamar pekerjaan di beberapa toko yang menerima pegawai yang masih SMA. Ia mendapat 2 pekerjaan, sebagai kasir di sebuah minimarket dan sebagai pelayan di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari sekolahnya.
◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆
Chan bersiap-siap dengan kemejanya. Saat hendak memakainya, tak sengaja ia melihat pantulan dirinya di cermin. Fokusnya terletak pada sesuatu mirip tato berwarna coklat yang berada di bahu kirinya. Chan mengusapnya pelan."Sudah 6 tahun sejak simbol itu mulai muncul. Aku sudah tahu siapa diriku. Elemen Tanah itu berada dalam diriku. Sekarang aku harus mencari Aqua, Fuego, dan Levanter."
Chan hidup sendiri di Korea Selatan. Semua keluarganya berada di Australia. Sebenarnya dulu Chan dan keluarganya tinggal di Korea, tetapi karena suatu hal terjadi, yaitu lepasnya keempat elemen. Satu tahun setelahnya mereka memutuskan untuk pindah ke Australia saat usia Chan menginjak 8 tahun.
Setelah meyelesaikan pendidikannya di Australian National University, Chan meminta izin pada orang tuanya untuk bekerja di Korea, sekaligus untuk mencari ketiga elemen lain. Chan sudah diterima menjadi guru olahraga di salah salah satu sekolah yang berada di daerah Gangnam, Seoul.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVANTER [Stray Kids/Han Jisung]
Fiksi Penggemar[Friendship/Brothership] Levanter (Angin), elemen yang menjadi incaran oleh Fuego (Api) dan Aqua (Air) guna meningkatkan kekuatan mereka. Dengan menggabungkan salah satu elemen dengan Angin, kekuatannya akan jauh lebih besar dan berkemungkinan menj...