25 Kisah Okita Dan Kagura💞

Story 12. Kagura

.
.
.
.
.
.
.

Bulan Desember.

Sebentar lagi Natal akan datang dan tahun akan berganti.

Aku menatap kosong kedua tanganku yang entah mengapa tak terasa lagi, bahkan pandanganku cukup buram untuk memastikan apakah benar tanganku masih ada.

Aku kembali menengok keluar jendela kamarku. Ya, salju perlahan turun.

Tetapi karena suhu di luar rumah sakit berbeda dengan di dalam bangunan besar ini, kaca di kamarku sedikit mengembun dan tentu saja pemandangan di luar juga tak terlihat jelas dalam pandanganku.

Penglihatanku yang kabur ini, ditambah kaca mengembun itu sudah sangat menyiksaku.

Ah... Apa aku sudah tidak diperbolehkan lagi untuk melihat sesuatu yang indah ya?

Aku kesal pada diriku sendiri, kenapa di saat orang lain bersenang-senang menyambut Natal dan tahun baru, diriku ini malah terbaring lemah di rumah sakit sembari mengeluhkan kondisi badanku sendiri.

Sepertinya aku sudah tidak akan mendapatkan kebahagiaan duniawi lagi, ahahahaha...

Lalu, setelah aku yang sudah kehilangan harapan hidup ini, kau malah datang.

Kau malah berbicara seolah-olah aku akan sembuh dari penyakit aneh ini.

Kau malah meyakinkan diriku untuk terus hidup.

Cukup.

Cukup sudah.

Aku tidak ingin harapan seperti itu lagi.

Aku tidak ingin ada orang yang mengatakan hal itu padaku.

Kau tahu? Hidupku ini seperti sebutir salju yang turun ke bumi.

Perlahan akan menghilang, perlahan akan dilupakan.

Salju itu mencair dan akan menyerap ke dalam tanah.

Aku tidak ingin dibohongi dengan harapan palsu.

Kau pikir itu akan menyelamatkanku?

Tentu tidak bodoh.

Mana bisa hal itu terjadi ahaha...

Tetapi entah kenapa, saat kau mengatakan itu...

Hidupku jauh lebih panjang dari yang seharusnya, aku bersyukur.

Menikmati dunia ini sebelum aku meninggalkannya kah...? Hm, yap. Itu adalah ide yang bagus ne sadist? ehehe...

Kalau begitu, biarkan aku mengatakan sesuatu.

Aku ingin menyampaikan ini dari lubuk hatiku yang terdalam.

Ya, aku biasanya sangat malu jika mengatakannya secara langsung. Tetapi setelah semua apa yang terjadi, sepertinya tidak apa-apa aku mengatakannya sekarang.

.
.
.
.
.

....

Aku