. . . . .
"Haechan! Coba kamu jawab pertanyaan yang ada di papan tulis, sekarang!"-ucap Yeri selaku guru matematika itu sambil menunjuk Haechan.
"Loh Bu...gini ya, ini kan kelas bahasa Jerman, kalau saya disuruh jawab yang begituan ya maap, saya noob."-jawabnya sambil cengengesan.
Gurunya itu hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban dari Haechan, karena sebenarnya ini sudah biasa terjadi di jam mengajarnya, terlebih lagi Haechan adalah murid yang menurutnya paling bandel diantara yang lainnya.
"Pergi ke lapangan sekarang juga!!!"-perintah wanita itu kepada Haechan, membuat laki-laki itu melongo tak percaya.
"S-saya Bu? Sendirian dilapangan? Becanda kali Bu Yeri, lapangan gelap loh Bu."-jawab Haechan dengan tawa canggungnya, karena biasanya guru matematika itu jarang memberi hukuman yang menurutnya mengerikan seperti ini. Jadi Haechan kira gurunya hanya ingin menggertak saja.
"Ya kamu Haechan! Bagus dong kalo lapangannya gelap, lampu dilapangan juga mati dan belum diganti, biar kamu jera Chan."-kata guru itu menambahi ketakutan Haechan.
"Sekolah mahal-mahal, tetep dapet hukuman, wakakakakak, mampus lo."-ejek teman sekelasnya yang bernametag Chenle.
"Kamu juga mau Chenle?"-tanya gurunya yang hanya dijawab gelengan kepala oleh Chenle. Tentu saja, siapa yang mau dihukum seperti itu? Apalagi malam-malam seperti ini.
"Cepet Haechan!!!"-perintah gurunya kesal, mau tak mau Haechan langsung berdiri dan keluar dari kelas menuju lapangan yang gelap.
~~~~~
"Sialan, gelap banget sih lapangannya! Kalo ga bisa beli lampu bilang kek, biar gue beliin."-monolog Haechan duduk didekat tiang bendera dan memainkan handphone nya yang sedari tadi menganggur.
Selang 5 menit memang tidak ada apa-apa, tapi tiba-tiba saja angin berhembus kencang membuat bulu kuduk Haechan berdiri semua─ laki-laki itu jelas saja merasa ketakutan sekarang.
"Permisi."-suara perempuan terdengar jelas di sebelah telinga kanan Haechan, membuatnya tambah ketakutan, samar-samar kalau apa yang dipikirkannya terjadi─ dia mulai menengok perlahan-lahan dan membaca doa-doa yang dia tahu.
"Astaga─ gue kira siapa."-ucap Haechan lega karena ternyata perempuan yang ada disampingnya ini bukanlah seperti yang dia pikirkan sebelumnya.
"Cari siapa?"-tanyanya berusaha tenang.
"Kelas 12 dimana ya?"-tanya perempuan itu sambil tersenyum manis, bahkan Haechan saja sampai melamun─ tapi bukan karena cantiknya, dia melamun karna dia merasa tidak asing dengan perempuan ini.
"Di lantai dua paling pojok, ngelewatin koprasi."-jawab Haechan masih sambil mengingat-ingat dimana dia pernah melihat perempuan ini.
"Lo anak baru? Kok gue gak asing ya?"-katanya yang hanya dijawab anggukan oleh perempuan itu.
"Oh, kenalin. Gue Zey, kalo gitu gue tinggal dulu ya. Kayaknya gue telat kelas."-ucapnya lalu meninggalkan Haechan dengan banyak pertanyaan di dalam kepalannya.
Zey siapa sih anjir, wajahnya gak asing-Haechan.
~~~~~
"Silahkan kerjakan soalnya, Winwin tolong kamu usahakan kelasnya tidak ramai. Bapak akan keluar sebentar."-ucap guru laki-laki yang biasa dipanggil Pak Lay itu yang kini sedang mengajar kelas 11 ipa.
"Siap Pak."
Saat sedang mengerjakan ulangan, Heerin merasa ada yang aneh dengan dirinnya. biasalah, ini masalah perempuan, dan dia memilih untuk mengeceknya di kamar mandi sekarang.
"Yunmi!!!"-panggilnya sedikit keras membuat semua perhatian tertuju kepadanya sementara Yunmi hanya membalas dengan dehaman.
"Anterin gue ke toilet dong."-pintanya.
"Ga bisa ditahan dulu? Nanggung nih."-tanya Yunmi tapi Heerin hanya menggeleng.
"Gue bukannya kebelet, ini women's problem!!! Ayo!!!"-desaknya yang diangguki oleh Yunmi.
"Win, ke toilet dulu ya."-ijinnya kepada Winwin selaku ketua kelas yang diangguki oleh Winwin─ setelah itu mereka berdua keluar dari kelas.
~~~~~
"Toilet yang di lantai bawah aja, Yun."-kata Heerin sambil berjalan─ kelas mereka itu berada dilantai satu.
"Yaiyalah Hee, ngapain juga harus sampai ke atas. Ngeri gue."-jawabnya.
"Yaudah lo tunggu sini, gue mau ngecek dulu."-katanya setelah sampai di toilet, Yunmi hanya mengangguk tersenyum dan menunggu temannya itu diluar toilet.
Setelah menunggu sekitar lima menit, akhirnya Heerin keluar dengan wajah yang sulit di tebak.
"Yun, hehe... gue bocor dan ga bawa itu..."-ucapnya sambil cengengesan sedangkan Yunmi hanya mendengus.
"Yauda lo tunggu sini, gue beliin di koprasi "-katanya menyuruh Heerin menunggu didalam toilet.
"Eh tapi gue takut, Hee."-lanjut Yunmi sambil cengengesan─ mengingat koprasi ada dilantai dua dan terletak jauh dari toilet bawah.
"Trus gimana nih? Minta tolong aja coba, siapa tahu ada yang dibawah juga."-ucap Heerin sambil celingukan mencari orang yang bisa dimintai tolong─ dan pandangannya berhenti di lapangan, dekat tiang bendera lebih tepatnya.
"Itu Haechan anak kelas Jerman bukan sih, Yun?"-tanyanya kepada Yunmi untuk memastikan.
"Iya deh kayaknya, coba gue panggil. HAECHAN!!!!"-teriak yunmi lantang dan beruntungnya Haechan dengar lalu menunjuk dirinnya sendiri.
"IYA ELO!"-jawab Yunmi, Haechan mengangguk lalu berlari kearah mereka berdua dengan sedikit cepat.
"Kenapa Kak?"-tanya Haechan begitu sampai didepan toilet─ Heerin tertawa mendengar Haechan memanggilnya dengan embel-embel kak, entah kenapa baginya itu terdengar lucu.
"Gausah panggil Kak, cuma lebih tua satu tahun doang."-kata Heerin tersenyum manis.
"Ah iya, btw kenapa?"-ulangnya sekali lagi.
"Tolong anterin gue ke koprasi dong, buat beli sesuatu─ si Heerin bocor nih."-ucap Yunmi ceplas-ceplos, Haechan pun mengangguk mengerti.
"Yaudah lo tunggu sini, gue sama Yunmi ke atas dulu Ka- ah maksut gue, Heerin."-ucap Haechan lalu meninggalkan Heerin sendirian.
Up up!
Jangan lupa tinggalin jejak ya!
Kalau emang tertarik sama ceritanya bisa dimasukin ke library biar tau kalo pas up~ lebih bagus lagi akunnya di follow biar pas ada pengumuman ga ketinggalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL NIGHT | nct ✘ exo | ✔
Mystery / ThrillerSeorang siswi yang mempunyai niat untuk membalaskan dendamnya kepada satu sekolah, bahkan sampai membunuh sebagian dari mereka. Apakah dendamnya sudah terselesaikan? edit : 12/12/21