Chapter 6

6.8K 290 2
                                    


Jangan lupa Vote dan follow akun aku yah!

Happy reading!!!

                        ****

Pov Alvaro

Entahlah apa yang terjadi dengan diri ini. Tiba-tiba saja aku merasakan gugup dan jantung berdebar tak karuan. Gadis ini adalah satu-satunya yang duduk di mobil ku.

Dulu, aku selalu saja menolak orang jika ingin duduk di mobil ini. Tapi, tidak dengan keluargaku.

Dalam hati aku bertanya-tanya, Ada apa dengan diri ini? Dari pertanyaan yang aku lontarkan tidak ada satupun yang terjawab.

Di dalam mobil sunyi, bahkan dia masih fokus pada jalanan. Heh! Apakah dia tidak tertarik memandangku? Padahal di luar sana masih banyak yang menunggu momen seperti ini. Tapi, sepertinya dia tidak tertarik.

Aku mencoba mencairkan suasana dengan mengajaknya berbicara dan fia hanya menjawab dengan kata 'Na'am' saja.

"Di mana letak rumahmu?"

Ku lihat dia menoleh, lalu memandangku seketika dan langsung saja mengalihkan pandangan ke arah lain. "Ana tinggal di Aparteman, dan bapak bisa berhenti di depan sana."

Aku berhenti tepat di mana arah yang dia tunjuk. "Di sini," kataku.

"Na'am pak, syukron atas tumpangannya. Kalau begitu Assalamu'alaikum," pamitnya.

"Ku lihat hujan masih deras, aku tidak tega melihatnya. Aku keluar dari mobil dan menyerahkan jaket kepadanya.

Aku lihat dia mengerutkan keningnya. "Kamu pakai ini, hujannya masih deras."

"Tidak usah pak, tujuan ana sudah dekat. Lebih baik bapak kembali ke mobil saja," tolak dia dengan nada rendah.

Sekarang aku basah kuyup, banyak pasang mata yang melihat ke arah ku dan Nafisya. Bisa di lihat dari sudut pandangan orang, bahwa kami seperti tengah bertengkar.

"Wah! Kalian memang cocok. Langsung halalin saja Mbak nya, Mas!" Seseorang wanita paruh baya berbicara sembari tersenyum.

"E-eh anu---,"

Belum selesai berbicara aku langsung menyela ucapannya. "Siap Bu, saya niatnya juga mau langsung di halalin."

Aku ingin tertawa melihat dia kebingungan atas jawaban yang aku lontarkan. Entah kenapa kata itu keluar dari mulutku, bahkan aku sendiri tidak memikirkannya.

"Ya sudah, semoga cepat dilamar yah Mbak nya. Jaman sekarang jangan mau pacaran. Mending pacaran setelah halal, 'kan indah lagi tidak berdosa," ucap wanita itu dan pamit pergi.

Nafisya Pov

Ya Allah, apa yang terjadi dengan diri ini. Jantung yang berdetak tidak karuan saat pak Alvaro akan mrnghalalkan ana. Dalam diri ini ana mengerti bahwa ucapan pan Alvaro hanyalah sebuah candaan belaka.

Ana menetralkam kembali keadaan, ana mengulas sedikit senyuman sebelum pergi dari hadapannya.

"Bapak jangan di ambil hati, orang-orang di sekitar sini memang seperti itu. Ya sudah, kalau begitu ana famit."

Pak Alvaro hanya tersenyum dan mengangguk, "ucapan saya tadi juga hanya candaan."

Ada rasa sesak saat Pak Alvaro mengatakan ini hanyalah sebuah candaan. Ana menghilangkan pikiran itu dan fokus saja pada tujuan.

Pov and

                               ****

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan. Alvaro menaruh tas lalu melangkahkan kaki jenjangnya ke arah kamar mandi. Dia membutuhkan air hangat untuk menghilangkan rasa penatnya.

Kira-kira 20 menit berlalu, Alvaro keluar lengkap dengan pakaian casualnya. Rambut basah yang terkenan sexy dan juga wajah tamvan yang indah untuk di lihat.

Alvaro mendudukan bokongnya di sofa yang letaknya di samping ranjang. Dia mengambil ponsel dan mulai mengutak-atik isinya.

Saat dia tengah bermain game, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ternyata yang menelpon dia adalah ibu nya.

"Halo, Assalamu'alaikum, Bu!" ucap Alvaro dengan senyuman yang tulus.

"Wa'alaikumsalam anak ibu yang paling tamvan," goda sang ibu di sebrang telpon.

Alvaro hanya tersenyum sembari menikmati kopi yang sempat Dia buat.

"Oh ya, bagaimana keadaan ibu?" tanya Alvaro.

"Keadaan ibu tidak baik Nak," lirihnya.

Alvaro terkejut mendengan penuturan sang ibu. "Kenapa? Apa ibu sakit," tanya Alvaro memastikan.

"Ya, ibu sakit dan itu ulah kamu," ujar sang ibu.

Alvaro mengerutkan keningnya. dia kebingungan, kapan dirinya membuat sang ibu terluka.

"Ya sudah, kalau begitu Al minta maaf, memangnya apa yang Al perbuat terhadap ibu?" tanya Alvaro.

Sang ibu hanya tersenyum, dia hanya bercanda dan membohongi anaknya. "Ibu sudah pengen nimang cucu Al. Kapan kamu nikah?"

Alvaro hanya tersenyum datar. Pasti itu yang selalu ibunya katakan.

"Ibu, Al belum kepikiran buat nikah. Punya pacar saja tidak,"

"Ya sudah kamu cari pacar saja. Atau mau ibu yang cariin?"

"Gak! Iya nanti Al pikir-pikir lagi."

Menyerah, akhirnya Alvaro menyerah.

To Be Continued

Yeee!  Gimana nih ceritanya. Jangan pada bosan yah sama cerita aku🌹🌹

Sweet Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang