Chapter 31

4.7K 194 31
                                    

Jangan lupa untuk vote dan follow akun author yahh!!

Love u buat kalian yang selalu setia membaca cerita Author....💜💜

Happy Reading!!!

                               ***

Keesokan paginya Nafisya dan Alvaro sedang berada di perjalanan untuk ke rumah baru mereka. Nafisya bersandar di bahu Alvaro, sementara Alvaro nyaman menyetir dengan menggenggam tangan Nafisya.

Nafisya tidak merasa risih, dia merasa nyaman. Sekarang, dia mempunyai tempat untuk bersandar. "Mas, apakah masih jauh?" tanya Nafisya.

"Lumayan sayang. Kamu tidur saja, nanti setelah sampai Mas bangunkan," kata Alvaro sembari mengecup pucuk kepala Nafisya.

Nafisya mengangguk dan mulai memejamkan matanya. Dia mulai menguap setelah menghirup aroma parfum Alvaro yang sangat wangi.

Mobil yang dikendarai Alvaro berhenti di rumah yang terbilang besar tidak kecilpun tidak. Rumah yang sangat cantik dan terkesan sederhana.

Alvaro memarkirkan mobilnya di garasi. Dia melihat Nafisya yang nyaman tidur dengan menelusupkan wajahnya pada dada bidang Alvaro.

Alvaro terkekeh kecil, dirinya tidak pernah menyangka akan mencintai Nafisya pada pandangan pertama. Alvaro tidak tega membangunkan Nafisya, dia mengangkat tubuh mungil Nafisya dan mulai membawanya kedalam rumah.

"Istri kecilku yang sangat imut," guman Alvaro sembari mendekap tubuh Nafisya.

"Ya Allah, Den. Non Nafisya kenapa?" tanya Mbok Ijah, kepala pelayan.

"Dia tidak papa Mbok. Dia hanya tertidur saja, oh ya! Katakan pada pak Anto untuk membawa barang-barang ke kamar," kata Alvaro dan kembali berjalan. Mbok Ijah mengangguk dan tersenyum bahagia melihat keharmonisan Keluarga baru Alvaro.

Saat tiba di kamar Alvaro menidurkan Nafisya dengan hatih-hati. Baginya, Nafisya adalah suatu yang sangat berharga. Jika terluka sedikit saja maka jangan salahkan Alvaro yang lain keluar.

"Tidur yang nyenyak, honey." Alvaro mengecup kening Nafisya dan meninggalkan kamar tersebut. Dia berniat untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

Alvaro turun dari lantai atas untuk mengambil Air minum meredakan rasa hausnya. Disana terdapat 3 pelayan termasuk Mbok Ijah, Dua pengawal, satu supir dan satu penjaga kebun.

"Den, ini barang-barangnya di bawa kemana?" tanya Pak Anto, supir Alvaro.

"Taruh di kamar saya saja dan suruh Mbok Ijah untuk membereskannya," kata Alvaro dan Pak Anto mengangguk paham.

Alvaro kembali melanjutkan langkahnya untuk mengambil air minum. Mbok Ijah adalah pelayan yang terpercaya, dia sudah bersama keluarga Alvaro sejak 10 tahun. Jadi, Alvaro sudah percaya bahwa Mbok Ijah memang tepat untuk berada di sini.

                        ****

1 bulan kemudian

Kehidupan Nafisya sudah berjalan seperti semula. Dia tidak melanjutkan kuliahnya dan pokus untuk menjadi seorang istri.

Begitupun dengan Alvaro yang masih mengajar sebagai dosen. Berita berhentinya Nafisya kuliah cukup menjadi pertanyaan buat mereka.

Alvaro terlihat semakin romantis terhadap Nafisya dan di kuliahan dia semakin tidak tersentuh. Angel sering berkunjung ke rumah Nafisya sekedar melepas rindu dan lain sebagainya.

Sudah satu bulan juga Risa tidak pernah terlihat. Alvaro mengatakan dia kembali kuliah di LA. Kedamaian untuk semuanya hanya sampai satu bulan.

Nafisya sering kali di teror oleh seseorang. Menurutnya itu hanyalah iseng saja,  namun semakin kesini Nafisya semakin yakin dirinya di teror.
Nafisya tidak pernah memberitahukan itu semua kepada Alvaro. Alvaro selalu sibuk dengan pekerjaannya dan Nafisya tidak ingin menambahkan beban Alvaro.

"Huwekk! Huwekk!!"

Nafisya merasakan mual yang luar biasa. Dia berlari ke arah kamar mandi dan berdiri didekat wastafel. Dia mengeluarkan semua isi perutnya tapi, yang keluar hanya cairan bening. Nafisya mulai ingat, dirinya telat datang bulan. Nafisya membulatkan matanya, apakah dirinya hamil?.

"Huwek! Huwek!" wajah Nafisya langsung pucat, kepalanya juga pening. Dia berjalan dengan gontai ke arah ranjang.

Nafisya berbaring dan memejamkan matanya. Dia butuh istirahat untuk meredakan rasa mual dan pusingnya.

Mobil Alvaro sudah terparkir di bagasi. Alvaro berjalan dengan senyuman yang tak lepas, dia membawa buket bunga yang cantik untuk istri tercintanya.

Alvaro membuka pintu dan langsung berlutut sembari menyerahkan bunga. "Sayang, kamu suka bunganya?" tanya Alvaro tanpa melihat siapa yang didepannya.

Alvaro meneliti, kenapa pakaiannya seperti bukan Nafisya. Alvaro berdiri dan melihat Mbok Ijah yang tengah menahan tawanya.

"Den Alvaro sedang apa? Ini Mbok bukan Non Nafisya," kata Mbok Ijah. Alvaro jadi malu sendiri. "Nafisyanya mana, Mbok?" tanya Alvaro.

"Sudah 3 jam Non Nafisya tidak keluar, mungkin dia sedang istirahat." Alvaro mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Alvaro membuka kenop pintu dan tidak melihat Nafisya. Dia seperti mendengar suara dari kamar mandi. Dengan cepat Alvaro berlari dan melihat Nafisya yang tengah terdiam.

Alvaro terkejut saat melihat wajah pucat Nafisya, dengan cepat Alvaro mendekap Nafisya. "Kamu kenapa sayang. Kamu sakit? Kenapa tid---"

"Huwekk! Huwek!"

Alvaro membantu Nafisya yang tengah mual-mual. Dia mengusap tengkuk Nafisya. Nafisya rasa mualnya sudah mereda saat Alvaro membantunya.

Alvaro menggendong tubuh Nafisya dan membawanya ke ranjang. Sungguh, dia khawatir Nafisya kenapa-napa.

"Sebentar, Mas panggil Dokter dulu." kata Alvaro.

"Halo! Ke rumah saya sekarang juga. Kalau dalam waktu 15 menit tidak sampai, saya tidak akan menganggap kamu sepupu," sambung Alvaro dan mematikan ponselnya secara sepihak.

Tbc
##
Huhu!!!! Konflik akan segera datang!!!

Sweet Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang