Chapter 34

5.4K 234 57
                                    


Jangan lupa untuk vote dan komen yah....


                           ****

Malam harinya Nafisya tidak bisa tidur. Dia melihat Alvaro yang tengah tertidur dengan damai. Nafisya memperhatikan wajah damai Alvaro, sesekali dia mengusap wajah yang sangat tamvan walaupun dengan mata yang terpejam.

Nafisya memikirkan tentang sang peneror. Sebenarnya dia siapa? Kenapa mencoba membuat Nafisya selalu ketakutan. Bohong jika selama Nafisya mendapatkan teroran dia tidak takut. Dia takut, namun menyembunyikannya.

Nafisya mengecup kening Alvaro dan langsung merapatkan badannya memeluk Alvaro. Dia mencari kehangatan dan setelah itu dia terlelap.

Alvaro membuka matanya saat melihat mata Nafisya sudah terpejam. Dari awal Nafisya bergerak-gerak Alvaro sudah bangun.

Dia hanya pura-pura tidur saja. Alvaro merasakan wajahnya di usap dengan lembut. Alvaro menikmati elusan dari Nafisya, dia nyaman saat Nafisya mengelus wajah dan terakhir mengecup kening.

Alvaro melihat Nafisya sudah tidur. Dia melepaskan pelukan Nafisya dengan hati-hati. Nafisya bergerak imut mencari kehangatan. Alvaro terkekeh kecil dengan sifat sang istri. Alvaro mencium pelan bibir Nafisya yang sedikit terbuka, dia melumatnya dengan rakus. Alvaro harap Nafisya tidak terbangun oleh kelakuannya.

Nafisya hanya menggeliat kecil dan terlelap kembali. Alvaro merasa gemas dengan kelakuan istri imutnya. Alvaro menghentikan ciumannya saat melihat Nafisya mulai terganggu.

Alvaro berjalan meninggalkan kamarnya menuju ruang kerja. Dia harus mencari tahu siapa yang tengah main-main dengan rumah tangganya. Ternyata Alvaro terlalu lengah saat ini.

Alvaro duduk sembari membaca beberapa berkas dan biodata yang tengah dicarinya.

"Tama!"

Ceklek

Pintu terbuka dan seorang pria serba hitam masuk dengan langkah tegap sembari menenteng berkas. Dia menyerahkan berkas tersebut pada Alvaro.

Alvaro mengambil map berwarna coklat tersebut dengan senyuman yang mengerikan.

"Bagaimana hasilnya, Apakah tidak mengecewakan?" tanya Alvaro.

Tama mengenggukan kepalanya, akh Alvaro yang melihat itu merasa puas dengan cara kinerja sang kepercayaan.

"Main-main dengan Alvaro sama saja mencoba mendekatkan diri dalam kematian."

"Terus interogasi mereka supaya mengaku siapa yang menyuruh melakukan semua ini," perintah Alvaro.

Tama mengangguk dan membungkukan badannya setelah itu keluar.

"Tinggal tanggal mainnya sayang, cepat atau lambat semua akan berakhir."

Alvaro meninggalkan ruang kerja dan kembali ke kamar. Takutnya Nafisya bangun dan mencarinya. Jangan kalian kira Alvaro akan diam begitu saja. Dia tidak akan membiarkan seseorang mengganggu dirinya atau sang istri, bahkan sampai lubang tikus pun akan dia kejar.

Alvaro membaringkan dirinya di samping Nafisya. Dia merengkuh tubuh Nafisya dan akhirnya kegelapan menyelimutinya.

                             ****

Pagi harinya Nafisya sudah rapih, berbeda dengan Alvaro yang masih tidur. Setelah salat Subuh Alvaro langsung tidur, Nafisya mengerti bahwa Alvaro kelelahan akibat keinginannya kemarin.

Nafisya tengah menyiapkan pakaian yang akan dipakai Alvaro ke kampus. Celana warna hitam, kemeja cream dan jas hitam dipadukan dasi yang senada dengan kemeja.

Nafisya sudah menghangatkan air untuk mandi Alvaro. Tidak biasanya Alvaro tidur sampai kesiangan. Nafisya mendekati ranjang dan duduk di sampingnya.

Dia mengelus lembut rambut hitam legam Alvaro. Nafisya mengecup kening Alvaro yang membuat sang empu merasa terganggu.

"Mas, bangun. Udah siang loh, kan mas harus berangkat kuliah," kata Nafisya dengan lembut.

Alvaro semakin menyembunyikan badannya dalam selimut. Nafisya terkekeh dengan kelakuan sang suami.

"Mas, jangan manja deh. Cepat mandi, air hangat udah ana siapin, pakaiannya juga."

"Lima menit lagi, sayang," guman Alvaro tanpa membuka matanya.

"Kalau mas gak bangun, terus mas mau kasih makan ana sama anak mas apa? Kasih makan batu," ujar Nafisya kesal.

Alvaro langsung bangun dan memeluk Nafisya. "Maaf sayang, iya aku bangun. Suami seperti apa yang tega memberikan makan batu pada istrinya."

"Suami seperti, Mas. Kerja aja malas, mau kasih makan apa." Alvaro langsung mendekap Nafisya dari belakang saat melihat Nafisya akan keluar dari kamar.

Nafisya terkekeh geli dengan kelakuan Alvaro. Niat dia hanya bercanda saja, tapi efeknya lumayan ampuh untuk Alvaro.

"Iya sayang, mas bakalan bangun pagi. Jangan ngambek deh, kasih debay nya nanti kayak kamu. Gampang ngambek," gerutu Alvaro.

"Yaudah sana mandi. Ana mau bikin sarapan dulu," kata Nafisya dan pergi.

Alvaro mengangguk pasrah daripada Nafisya tambah ngambek padanya. Sekarang mood Nafisya selalu berubah-ubah setelah hamil.

Alvaro berjalan menuju kamar mandi, dia sudah bertelanjang dada. Baru saja Alvaro akan membuka celana, dia mendengar teriakan Nafisya.

"Akhh .... Mas, tolong!!!"

Alvaro langsung berlari saat mendengar teriakan Nafisya. Dia tidak peduli saat dirinya lupa memakai baju. Yang terpenting, Nafisya tidak papa.

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang